BAB II KAJIAN PUSTAKA
4. Aspek dan Tahapan Kematangan Emosi
Farida Rahim (2008: 29) mengungkapkan ada tiga aspek kematangan
emosi dan sosial, yaitu (1) stabilitas emosi, (2) kepercayaan diri, dan (3)
kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Sehubungan dengan
kematangan emosi pada diri seseorang, pengontrolan emosi pada tingkat
tertentu hendaknya dimiliki. Hal tersebut berkaitan pula dengan
perkembangan seseorang.
Hurlock (1980: 6-13) menyebutkan beberapa fakta penting tentang
perkembangan diantaranya sebagai berikut.
a. Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun-tahun
pertama menentukan seberapa jauh individu berhasil menyesuaikan
diri dalam kehidupan ketika bertambah tua.
b. Kematangan dan belajar saling mempunyai keterhubungan dan
memainkan peranan penting dalam perkembangan. Kematangan
memberikan bahan dasar untuk belajar dan menentukan pola-pola
umum dan urutan-urutan perilaku yang lebih umum.
c. Perkembangan mengikuti pola tertentu dan yang dapat diramalkan.
d. Semua individu berbeda. Oleh karena itu, tidak dapat diharapkan
bahwa dua orang tertentu akan bereaksi dengan cara yang sama
terhadap rangsangan lingkungan yang sama.
e. Setiap tahapan perkembangan mempunyai karakteristik pola perilaku.
Dalam hal ini, apabila perilaku individu sejenis dengan usia tertentu
dan dapat mengakibatkan penyesuaian diri yang buruk, dalam
20
kebanyakan contoh dianggap sebagai perilaku yang bersifat
kekanak-kanakan dalam arti bahwa perilaku itu hanya dijumpai pada tingkat
usia yang lebih muda.
Dalam setiap tahap perkembangan, individu satu dengan yang
lainnya akan berbeda dalam menyalurkan emosi yang dialaminya. Hal ini
berkaitan erat dengan kematangan emosi seseorang yang mempunyai
beberapa tahapan. Berikut tahapan kematangan emosi menurut Anthony
Dio Martin (2003: 190-256).
a. Emotional Awareness
Kematangan emosi diawali dengan langkah dasar berupa
penyadaran emosi. Dalam kehidupan sehari-hari, kematangan emosi
dapat dimulai dengan menyadari apa yang terjadi di sekeliling
lingkungan sekitar. Orang yang cerdas secara emosi mempunyai
kesadaran penuh akan emosi yang dikeluarkannya. Sehingga dapat
dikatakan emosi yang cerdas adalah emosi yang disadari atau
dipikirkan secara matang. Faktor emosi mempunyai peranan penting
dalam diri seseorang. Emosi yang tidak terkontrol dengan baik dapat
menyebabkan seseorang mempunyai masalah dalam kehidupannya.
Anthony Dio Martin dalam bukunya “Emotional Quality Management,
Refleksi, Revisi dan Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi”
menyatakan bahwa dalam dunia psikologi, anak-anak atau dewasa
yang bermasalah tumbuh dari keluarga yang mengekspresikan
emosinya tanpa pikir panjang.
21
b. Emotional Acceptance
Tahap kematangan emosi yang kedua berkaitan tentang
penerimaan diri. Prinsip utama dalam kecerdasan emosi menegaskan
bahwa setiap orang memiliki kebutuhan emosi berbeda-beda yang
perlu dihargai. Perbedaan pada individu dalam hal kebutuhan emosi ini
berkaitan pula dengan bagaimana seseorang berempati terhadap orang
lain. Menurut Daniel Goleman kemampuan empati merupakan salah
satu kunci utama kecerdasan emosi. Dalam buku terbarunya “Working
with Emotional Intelligence” Goleman mengatakan bahwa empati
adalah radar sosial kita. Intisari empati adalah kemampuan mengindera
perasaan seseorang. Orang bahkan jarang mengungkap perasaan
mereka lewat kata-kata. Sebaliknya, mereka memberitahu lewat nada
suara, ekspresi wajah atau cara-cara nonverbal lainnya.
Untuk dapat memahami orang, seseorang harus mencoba
menempatkan diri pada posisinya dan mencoba merasakan apa yang
dirasakan oleh orang tersebut. Salah satu hal yang mendasari dalam
menerima orang lain menurut Tan Tuan Hock (dalam Anthony Dio
Martin, 2003: 232) yaitu basis psikologis, yang mana seseorang
mengakui dan menghargai setiap orang sebagai makhluk unik yang
berbeda dalam hal nilai, minat, serta kebutuhan hidupnya. Dengan
demikian, seseorang menerima dan menghargai ide, pendapat dan
keputusan orang lain, meskipun mungkin tidak selalu setuju dengan
orang lain tersebut.
22
c. Emotional Affection
Tahapan kematangan emosi ini berkaitan mengenai cara
berinteraksi dengan orang lain. Hal ini menyangkut individu sebagai
makhluk sosial. Terdapat beberapa prinsip dasar mengenai individu di
dalam kehidupan yaitu sebagai berikut:
1)Individual differences
Dalam prinsip ini, tidak ada manusia yang sama persis. Walaupun
berupa sama atau kembar sekalipun, namun dalam hal kebutuhan
dasar, proses mental serta cara berpikir dan bersikap pasti berbeda.
Oleh karena itu, setiap orang mempunyai minat, kebiasaan dan
karakter yang berbeda-beda.
2)Different treatment
Setiap orang tidak dapat diperlakukan dengan sama. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan individu yang unik sehingga
perlakuan untuk setiap orang pun dilakukan secara unik.
3)Starting from me
Dalam hal ini, hubungan emosi yang sehat harus dimulai dari
hubungan emosi yang nyaman, aman, dan damai dengan diri
sendiri.
4)Golden rule
Prinsip sederhana dalam hal ini dapat dikatakan sebagai berikut:
“kalau tidak ingin dicubit, Anda tidak boleh mencubit”.
23
5)Risk taking
Kenyataan menunjukkan bahwa hubungan dengan orang lain
terkadang mengandung adanya risiko. Sama halnya saat kita
mempersepsi dan menilai orang lain, mereka pun akan menilai diri
kita.
6) Menyesuaikan, bukan mengontrol
Saat mengontrol interaksi dengan orang lain, emosi akan kencang.
Semakin besar perbedaan yang timbul, biasanya semakin kuat pula
memaksa kehendak pada orang lain. Akibatnya semakin banyak
kesulitan dan ketidakcocokan yang timbul. Solusi dari hal ini adalah
menyesuaikan diri dengan keadaan.
Anthony Dio Martin (2003: 241) menyatakan bahwa pada
akhirnya kesuksesan adalah bagaimana kita membina relasi sehat
dengan orang lain. Termasuk di dalamnya mengelola emosi yang
menyenangkan saat berinteraksi dengan orang lain.
d. Emotional Affirmation
Tahapan tertinggi dan terpenting dari proses kematangan emosi
yaitu penguatan emosi (emotional affirmation). Tahapan ini berkaitan
dengan bagaimana seseorang bergerak dan bertindak. Tahapan yang
berbicara mengenai aksi yang membutuhkan keberanian serta
kesanggupan mengambil resiko-resiko emosi. Ketika berhubungan
dengan orang lain, ada pertimbangan resiko emosi yang harus
ditanggung seperti resiko dimarahi, dibenci, dikusilkan, diremehkan
24
dan sebagainya. Kekuatan emosi manusia justru ditempa melalui
berbagai pengalaman pahit, penderitaan, kesulitan atau masalah hidup.
Salah satu hal penting untuk mendidik anak yang mempunyai EQ
tinggi adalah mengajari mereka berkompetisi, kalah serta mengambil
hikmah dari pengalaman kekalahannya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kematangan emosi mempunyai beberapa aspek dan tahapan. Aspek dan
tahapan ini dapat menunjukkan bagaimana kematangan emosi seseorang
yang terlihat dari sikap atau tindakan seseorang dalam mengungkapkan
emosi yang dialaminya. Aspek kematangan emosi diantaranya stabilitas
emosi, kepercayaan diri dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok.
Sementara tahapan kematangan emosi yaitu: (1) kesadaran emosi, (2)
penerimaan emosi, (3) cara berinteraksi dengan orang lain, dan (4)
penguatan emosi dalam bergerak dan bertindak.
Dalam dokumen
KEMATANGAN EMOSI PADA “ASD” SISWA BERPRESTASI KELAS VA SD NEGERI 4 WATES KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO.
(Halaman 33-38)