• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Fungsi Kognitif

2.2.2. Aspek Fungsi Kognitif

2.2.2.1. Memori

Memori didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyimpan dan mengulang kembali informasi yang diperoleh yang terdiri dari 3 tahap yaitu:

1. Tahap pertama yaitu encoding yang merupakan fungsi menerima, proses, dan penggabungan informasi.

2. Tahap kedua yaitu consolidation dimana terjadi pembentukan suatu catatan permanen dari informasi yang telah dilakukan encoding.

3. Tahap ketiga yaitu retrieval, tahap ini merupakan suatu fungsi memanggil kembali informasi yang telah disimpan untuk interpretasi dari suatu aktivitas (Purves et al., 2008).

12

Memori menurut american academy of neurology membagi memori menjadi 3 kategori yaitu:

1. Short-term memory : kemampuan seseorang dalam mengingat

informasi baru misalnya pada saat kita mengingat nomor telepon baru.

2. Working memory : kemampuan mengingat informasi di pikiran selama

beberapa detik sampai menit setelah kejadian sekarang telah lewat.

3. Long-term memory : kemampuan mengingat dalam jangka waktu yang

cukup lama, baik beberapa hari, minggu, bahkan seumur hidup (Purves et al., 2008).

McCoy & Strecker (2011) membagi long-term memory dalam dua kategori yaitu:

1. Memori deklaratif (atau memori eksplisit) yaitu memori yang tahap penyimpanan dan pemanggilannya berada pada tahap sadar dan dapat diekspresikan dengan bahasa. Memori deklaratif dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:

a. Memori episodik yaitu ingatan mengenai pengalaman terkait waktu dan tempat.

b. Memori semantik yaitu ingatan mengenai fakta dan informasi umum yang didapat dalam pengalaman bicara (Purves et al., 2008; Markam, 2009; Ginsberg, 2010).

2. Memori non-deklaratif (atau memori prosedural/implisit) yaitu memori yang pada tahap tidak sadar. Memori ini melibatkan kemampuan dan asosiasi yang berada pada tahap bawah sadar (Purves et al., 2008; Ginsberg, 2010).

Dasar anatomi untuk memori episodik dipengaruhi oleh sistem limbik (termasuk hipokampus, talamus dan koneksinya), sementara memori semantik dipengaruhi oleh neokorteks temporal. Memori implisit melibatkan berbagai struktur seperti basal ganglia, serebelum dan koneksinya dengan korteks serebri (Ginsberg, 2010).

13

2.2.2.2. Bahasa

Berbahasa merupakan suatu instrumen dasar bagi manusia untuk berkomunikasi antara satu orang dengan yang lainnya. Bila terdapat gangguan dalam hal ini, akan mengakibatkan hambatan yang cukup besar bagi penderita. Kemampuan berbahasa seseorang mencakup kemampuan untuk berbicara spontan, pemahaman, pengulangan, membaca, dan menulis (Satyanegara et al., 2010).

Beberapa kelainan dalam berbahasa antara lain disartria (pelo), disfonia (serak), disprosodi (gangguan irama bicara), apraksia oral, afasia, aleksia (kehilangan kemampuan membaca), dan agrafia (gangguan dalam penulisan) (Satyanegara et al., 2010).

Broca (1861) menemukan pusat bicara terletak di girus frontalis inferior hemisfer kiri, sedangkan Wernicke menemukan pusat pengertian bahasa di girus temporalis superior hemisfer kiri di belakang pusat pendengaran primer. Dejerine menemukan pusat baca di daerah girus angularis lobus parietalis kiri. Pusat menulis juga berada di lobus parietalis kiri yang menyimpan ingatan gerakannya berkerja sama dengan pusat gerakan menulis di lobus frontalis di depan pusat motorik tangan (Markam, 2009).

Di lobus parietalis kiri pada perbatasan dengan lobus oksipitalis, terdapat pusat ingatan benda. Di dekat pusat ingatan benda ini diperkirakan berkembang pusat yang menyimpan nama benda bersangkutan. Pusat nama benda ini meluas hingga perbatasan lobus oksipitalis dengan lobus temporalis kiri. Pada kerusakan di perbatasan lobus oksipitalis dan lobus parietalis kiri terjadi anomia atau afasia nominal, yaitu kehilangan daya mengingat nama benda yang dilihat. Pada anomia ini, pasien dapat mengatakan nama benda yang diperlihatkan, bila dibantu dengan memberikan suku kata pertama nama benda yang sebelumnya tidak dapat dia sebutkan namanya. Pada kerusakan di daerah perbatasan lobus oksipitalis dengan lobus temporalis, pasien tetap tidak dapat mengatakan nama benda yang diperlihatkan, meskipun diberi bantuan dengan memberikan suku kata pertama

14

nama bendanya. Bila diminta menggambar dengan menyebutkan nama benda tersebut, dia juga tidak dapat melakukannya (Markam, 2009).

Daerah yang diperkirakan homolog dengan pusat bahasa ini berada di lobus temporalis dan lobus frontalis hemisfer kanan. Daerah ini mengatur prosodi, yaitu irama bicara yang digunakan (Markam, 2009).

2.2.2.3. Praksis

Praksis merupakan integrasi motorik untuk melakukan gerakan kompleks yang bertujuan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain dengan meminta pasien menggambar segi lima, membuat gambar secara spontan, atau dengan membuat gambar secara spontan (Satyanegara et al., 2010).

Praksis dipengaruhi oleh lobus frontalis dan parietalis. Ingatan gerakan, segi aferen propriosepsi dan kinestesia, dan aspek visuospasial disimpan di lobus parietalis. Kontrol visual gerakan dilakukan oleh lobus oksipitalis bersama lobus frontalis bagian dorsolateral. Lobus parietalis bersama area 6 lobus frontalis memulai, menghentikan, dan menyusun urutan gerakan yang akan disampaikan kepada neuron pelaksana di area 4 korteks motorik primer. Area Brodman 6 meliputi area motorik suplementer yang terletak di bagian atas depan korteks motorik primer dan area premotorik di bawahnya. Pada kerusakan area motorik suplementer, daya gerak cepat menjadi berkurang. Pada gangguan daerah premotorik, terjadi kesulitan mengubah urutan gerakan (Markam, 2009).

2.2.2.4. Visuospasial

Visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam gambar dan menyusun balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal terutama hemisfer kanan berperan paling dominan (Markam, 2009).

15

2.2.2.5. Atensi

Atensi merupakan kegiatan otak yang berupa peningkatan aktivitas perangsangan, pemilahan dan kategorisasi rangsangan yang diterima, persiapan fisiologis untuk bertindak atau bereaksi dan proses mempertahankan aktivitas di dalam usaha mencapai sasaran. Atensi menjadi dasar perilaku direktif, selektif dan terorganisasi. Atensi mempunyai tingkatan dasar, elementer dan luhur. Luria menemukan bahwa ketika daya atensi luhur terbentuk, potensial cetusan yang terjadi meningkat dan terjadi di korteks sensorik yang bersangkutan dan lobus frontalis. Atensi yang baik dapat terjadi pada keadaan sadar penuh. Hal ini menandakan formasio retikularis di daerah pons, mesensefalon dan hubungannya berperan dalam atensi (Markam, 2009).

2.2.2.6. Orientasi

Orientasi merupakan pengertian, pemahaman mengenai relasi diri sendiri dengan benda-benda yang tampak di sekitar tempat kita berada. Orientasi terdiri dari 3 jenis yaitu:

1. Orientasi Tempat

Mengetahui dimana kita berada memerlukan pelihatan dan merupakan daya visuospasial sehingga orientasi tempat diurus oleh bagian otak yang mengurus fungsi dan ingatan visuospasial, yaitu lobus oksipitalis, lobus parietalis, girus temporalis inferior dan daerah yang berkaitan dengan pelihatan lobus frontalis.

2. Orientasi Orang

Pada keadaan sadar, kita dapat mengenali wajah anggota keluarga atau teman. Pengenalan wajah (prosopognosis) dilakukan oleh lobus oksipitalis, temporalis, dan parietalis terutama sebelah kanan.

3. Orientasi Waktu

Mengenal waktu secara tepat memerlukan jam dan kalender. Mengira-ngira berlangsungnya waktu juga sulit dilakukan. Perkiraan waktu untuk mengucapkan satu-dua dengan kecepatan biasa, berlangsung

16

kurang lebih 1 detik. Jadi ada urutan pengucapan yang dapat didengar atau dapat juga tulisan yang dapat dilihat atau diraba yang berkaitan dengan persepsi waktu. Area korteks serebri yang terkait dengan urutan bunyi terdapat di dalam lobus temporalis, urutan tulisan di lobus oksipito-parietalis dan urutan gerakan di lobus frontalis. Selain itu, nukleus supra-kiasmatis di dalam diensefalon berfungsi sebagai jam biologis (Markam, 2009).

2.2.2.7. Kalkulasi

Kemampuan berhitung dapat dinilai dengan meminta pasien berhitung sederhana seperti mengurangi 100 dengan 7 dan dikurangi 7 dan seterusnya. Kemampuan berhitung umumnya tidak dimakan oleh usia. Kemampuan berhitung dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan (Satyanegara et al., 2010).

Ukuran banyak, panjang, tinggi, dan jauh merupakan pengukuran dalam ruangan yang terlihat. Berat ringan suatu benda dirasakan dari bobotnya ketika diangkat. Pelihatan merupakan fungsi lobus oksipitalis. Penilaian dalam ruangan dan bobot adalah fungsi lobus parietalis. Kedua lobus ini berperan penting dalam kemampuan menghitung. Selain kemampuan visuospasial, pengertian auditorik yang berkaitan dengan bahasa juga penting karena berhitung menggunakan bahasa yang khusus. Hal ini menandakan bahwa lobus temporalis dan frontalis ikut terlibat (Markam, 2009).

2.2.2.8. Eksekusi

Eksekusi merupakan kemampuan kognitif tinggi seperti cara berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Fungsi ini dimediasi oleh korteks prefrontal dorsolateral dan struktur subkortikal yang berhubungan dengan daerah tersebut. Fungsi eksekutif dapat terganggu bila sirkuit frontal-subkortikal terputus. Lezack membagi fungsi eksekutif menjadi 4 komponen yaitu volition (kemauan),

planning (perencanaan), purposive action (bertujuan), dan effective performance

17

2.2.2.9. Abstraksi

Berpikir abstrak diperlukan untuk menginterpretasi suatu pepatah atau kiasan, misalnya seseorang mampu menginterpretasi pepatah ada gula ada semut, atau kemampuan seseorang untuk mendeskrikpsikan perbedaan antara kucing dan anjing (Satyanegara et al., 2010).

2.2.3. Metode Pengukuran

Terdapat beberapa metode untuk mengukur fungsi kognitif, seperti Mini

Mental State Examination (MMSE) dan Montreal Cognitive Assessment (MoCA).

Menurut Tasha (2007), sensitifitas MoCA untuk mendeteksi pasien dengan Mild Cognitive Impairment (MCI) adalah sebesar 83%, lebih tinggi dibandingkan sensitivitas MMSE yang hanya sebesar 17%. Sensitivitas MoCA untuk mendeteksi pasien dengan demensia adalah sebesar 94%, jauh lebih tinggi dibandingkan sensitivitas MMSE yang hanya sebesar 25% (Smith, 2007).

Tes MoCA membutuhkan waktu setidaknya 10 menit untuk diselesaikan, dengan total poin yang dapat dicapai sebesar 30 poin. Tes dibagi menjadi delapan domain yaitu: fungsi visuospasial, eksekusi, penamaan, memori, atensi, bahasa, abstraksi, dan orientasi. Kemampuan visuospasial dinilai dengan menugaskan pasien untuk menggambar jam dan kubus tiga dimensi (4 poin). Fungsi eksekusi dinilai dengan menggunakan tugas menghubungkan garis dari satu angka ke satu huruf dan seterusnya dalam secara berurutan (1 poin). Penamaan dinilai dengan menampilkan tiga gambar hewan (3 poin). Memori dan delayed recall dinilai dengan menyebutkan 5 kata dan pasien diminta untuk mengulang kata tersebut setelah 5 menit (5 poin). Atensi dinilai dengan mengulang serangkaian angka dengan urutan dari depan dan belakang, tugas deteksi target dan pengurangan berulang (6 poin). Bahasa dinilai dengan repetisi dua kalimat sintak yang kompleks dan tes kelancaran (3 poin). Abstraksi dinilai dengan menggunakan tes kesamaan (2 poin). Orientasi dinilai terhadap waktu dan tempat (6 poin). Semua domain fungsi kognitif dijumlahkan untuk mendapatkan total skor fungsi kognitif.

18

Nilai fungsi kognitif normal adalah apabila skor ≥ 26. Jika skor < 26, maka fungsi kognitif dikatakan terganggu. (Friedman, 2012).

Dokumen terkait