• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek geospasial dalam delimitasi batas maritim

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang (Halaman 34-39)

I.8. Landasan Teori 1 Klaim atas wilayah maritim

I.8.3 Aspek geospasial dalam delimitasi batas maritim

Dalam proses delimitasi batas maritim, terdapat aspek geospasial yang berperan dalam demilitasi batas yang dilakukan. Pembahasan aspek-aspek geospasial yang berperan dalam delimitasi batas maritim seperti berikut ini.

1. Pulau

Pulau memiliki peran penting dalam delimitasi karena klaim sebuah negara atas zona maritim dimulai dari pulau, khususnya pulau terluar. Dari pulau terluar, sebuah negara pantai yang ingin menggunakan garis pangkal lurus atau garis pangkal kepulauan mendefinisikan titik pangkal yang kemudian digunakan untuk komponen pembentukan garis pangkal sebuah negara pantai. Berdasarkan garis pangkal tersebut, klaim atas zona maritim dapat dilakukan. Dalam UNCLOS diatur ketentuan tentang Pulau pada Pasal 121. Terdapat empat kriteria sebuah fitur maritim dapat didefinisikan sebagai pulau, keempat kriteria tersebut yaitu berupa daratan, terbentuk secara alami, dikelilingi oleh air, dan berada di atas permukaan air laut saat pasang. Pulau juga dapat didefinisikan sebagai batu yang dapat mendukung kehidupan manusia atau kehidupan ekonomi dari makhluk hidup. Jika sebuah fitur

maritim tidak dapat memenuhi dua faktor tersebut, maka pulau tersebut tidak memiliki ZEE dan landas kontinen.

2. Elevasi pasang terendah /low tide elevation (LTE)

Elevasi pasang terendah yang didefinisikan sebagai daratan yang nampak pada saat pasang terendah tetapi tenggelam pada saat pasang tertinggi dapat berperan dalam delimitasi batas maritim sebuah negara pantai untuk zona laut teritorial. Elevasi pasang terendah dapat dijadikan sebagai titik pangkal jika berada di dalam laut teritorial sebuah negara dan digunakan untuk klaim laut teritorial. Namun jika elevasi pasang terendah tersebut terletak di luar dari luasan laut teritorial, maka tidak bisa digunakan sebagai bagian dari garis pangkal, kecuali telah dibangun mercusuar atau instalasi lain yang dibangun di atas air secara permanen di atasnya sesuai dengan Pasal 13 UNCLOS. 3. Titik pangkal (basepoint) dan garis pangkal (baseline)

Titik pangkal adalah titik yang telah diukur pada muka laut terendah dan diketahui koordinatnya, dan digunakan sebagai acuan dalam menentukan garis pangkal. Garis pangkal adalah garis yang disusun oleh titik-titik pangkal sepanjang muka laut terendah, yang menjadi acuan dalam menentukan klaim maritim suatu negara. Atau dengan kata lain, garis pangkal adalah garis referensi pengukuran batas teluar laut wilayah dan zona yurisdiksi maritim lain sebuah negara pantai (IHO, 2006). Jenis-jenis garis pangkal dengan visualisasi ditampilkan pada Gambar I.22. Jenis garis pangkal antara lain sebagai berikut (UN, 1982):

1. Garis pangkal normal (normal baseline)

Garis pangkal sepanjang muka laut terendah yang mengikuti bentuk alami pantai di sekeliling benua, pulau, batas terluar dari pelabuhan permanen, atau batu karang yang muncul dan terumbu karang sekitar pulau, Garis pangkal normal ini ditetapkan pada peta laut skala besar yang ditetapkan pada negara pantai. Ketentuan tentang garis pangkal normal dapat dilihat pada (Pasal 5 UNCLOS)

Gambar I.22. Tipe garis pangkal (Arsana, 2007) 2. Garis pangkal lurus (straight baselines)

Garis pangkal berupa garis lurus yang menghubungkan titik-titik pangkal sepanjang pantai yang telah memenuhi syarat (Pasal 7 UNCLOS):

1. Di tempat-tempat dimana garis pantai menjorok jauh ke dalam dan menikung ke dalam atau jika terdapat suatu deretan pulau sepanjang pantai di dekatnya, cara penarikan garis pangkal lurus yang menghubungkan titik-titik yang tepat dapat digunakan dalam menarik garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur. 2. Dimana karena adanya suatu delta dan kondisi alam lainnya garis

pantai sangat tidak tetap, maka titik-titik yang tepat dapat dipilih pada garis air rendah yang paling jauh menjorok ke laut dan sekalipun garis air rendah kemudian mundur, garis-garis pangkal lurus tersebut tetap berlaku sampai diubah oleh Negara pantai sesuai dengan Konvensi ini.

3. Penarikan garis pangkal lurus tersebut tidak boleh menyimpang terlalu jauh dari arah umum dari pada pantai dan bagian-bagian laut yang terletak di dalam garis pangkal demikian harus cukup dekat ikatannya dengan daratan untuk dapat tunduk pada rejim perairan pedalaman.

4. Garis pangkal lurus tidak boleh ditarik ke dan dari elevasi surut terendah kecuali jika di atasnya didirikan mercusuar atau instalasi serupa yang secara permanen ada di atas permukaan laut atau kecuali dalam hal penarikan garis pangkal lurus ke dan dari elevasi demikian telat memperoleh pengakuan umum internasional

5. Dalam hal cara penarikan garis pangkal lurus dapat diterapkan berdasarkan ayat 1, maka di dalam menetapkan garis pangkal tertentu, dapat ikut diperhitungkan kepentingan ekonomi yang khusus bagi daerah yang bersangkutan, yang kenyataan dan pentingnya secara jelas dibuktikan oleh praktek yang telah berlangsung lama.

6. Sistem penarikan garis pangkal lurus tidak boleh diterapkan oleh suatu Negara denganc ara yang demikian rupa sehingga memotong laut teritorial negara lain dari laut lepas atau zona ekonomi eksklusif.

3. Garis pangkal penutup sungai (mouth of rivers)

Garis pangkal yang menutup mulut sungai, jika aliran sungai tepat menuju laut, garis pangkal bisa memotong garis lurus muara sungai antara titik pada garis air rendah (Pasal 9 UNCLOS).

4. Garis pangkal penutup teluk (bay)

Suatu lekukan pantai dianggap sebagai teluk, jika luas lekukan tersebut sama atau lebih luas dari setengah lingkaran yang diameternya melintasi mulut lekukan tersebut. Garis pangkal dibuat dengan menarik garis lurus antara titik-titik pada garis air rendah di pintu masuk alamiah (mulut)

suatu teluk yang panjangnya tidak lebih dari 24 mil laut. Apabila melebihi 24 mil laut, maka suatu garis lurus yang panjangnya 24 mil laut ditarik sehingga menutup suatu daerah perairan yang maksimal dicapai oleh garis tersebut (Pasal 10 UNCLOS).

5. Garis pangkal kepulauan (archipelagic baselines)

Garis pangkal ini, yang hanya bisa dimiliki oleh negara kepulauan, dibuat dengan menghubungkan titik titik pulau terluar suatu negara dan karang kepulauan dengan jarak maksimal tiap segmen garis 100 mil laut kecuali 3 % dari total segmen garis pangkal kepulauan yang panjangnya dapat mencapai 125 mil laut. Tidak terdapat batasan jumlah segmen garis pangkal yang bisa digunakan. Jika panjang suatu segmen garis pangkal lebih dari 100 mil laut maka harus diputuskan untuk mengurangi panjang garis pangkal dengan menambah titik pangkal baru sehingga panjang segmen garis pangkal kurang dari 100 mil laut (Pasal 47 UNCLOS). I.8.4 Perangkat Lunak CARIS LOTS

Dalam delimitasi batas maritim, penggunaan perangkat lunak berbasis SIG semakin penting, karena untuk mendukung kemudahan dalam pekerjaan-pekerjaan teknis yang dilakukan. Salah satu perangkat lunak yang dikeembangkan khusus untuk kepentingan delimitasi batas maritim yang disebut CARIS LOTS (CARIS Law of The Sea) yang dibuat oleh perusahaan CARIS asal Kanada. CARIS LOTS secara umum memfasilitasi perhitungan-perhitungan teknis dan tools analisis untuk data batimetri. (Levesque & Cardenas, 2011).

CARIS LOTS memfasilitasi 5 kategori fungsi (CARIS, 2014) : 1. Pasal 76 UNCLOS

Pada kategori ini, CARIS LOTS dapat digunakan untuk dekstop study klaim landas kotinen esktensi yang dilakukan sebuah negara. Selain itu CARIS LOTS memfasilitasi perhitungan foot of continental slope dan perhitungan teknis pasal 76 UNCLOS diantaranya garis 2500 m plus 100 m, garis batas konstrain, garis formula jarak, garis formula gardiner dan fungsi lainnya.

2. Aplikasi batas maritim negara pantai

Beberapa aplikasi terkait dengan batas maritim negara adalah aplikasi negosiasi batas maritim yang lengkap, meliputi pembuatan, analisis, dan menghasilkan solusi untuk permasalahan batas. Selain itu CARIS LOTS dapat juga memberikan fasilitas managemen batas maritim yang komplit. 3. Global digital data

CARIS LOTS dilengkapi dengan data global berformat digital yang dapat digunakan pada aplikasi hukum laut.

4. Aplikasi hukum laut

Untuk pekerjaan terkait aplikasi hukum laut, CARIS LOTS dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan pemetaan dari proses editing sampai dengan pencetakan, juga transformasi geometrik dan ekspor data.

5. Aplikasi khusus lainnya

Beberapa aplikasi khusus yang didukung oleh CARIS LOTS adalah analisis data seismik, tools perencanaan survei, managemen garis pangkal laut teritorial.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang (Halaman 34-39)

Dokumen terkait