• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktur Operasional

ANALISA DAMPAK DAN RISIKO USAHA

7.1 ASPEK HUKUM

Sebagai sebuah perusahaan yang dalam pendiriannya tidak terikat oleh badan hukum, CV Rona Muda tentunya tidak terlepas dari aspek hukum yang berlaku. Aspek hukum tersebut saling terkait, yaitu aspek tentang pendirian usaha dan aspek permasalahan di bidang ketenagakerjaan.

7.1.1 Aspek Hukum Pendirian Usaha

Aspek Pertama adalah aspek hukum tentang pendirian persekutuan komanditer (CV), yaitu:

a. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor: 17 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Perdata.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

c. KUHD Pasal 19 s/d 21 Tentang Persekutuan Komanditer d. KUHD Pasal 16 Tentang Perseroan Firma

7.1.2 Aspek Hukum Hak Cipta

Aspek kedua adalah aspek hukum yang berkaiatan dengan hak atas konten dalam website perusahaan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor: 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa:

a. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

7.1.3 Aspek Hukum Perjanjian Ketenagakerjaan

Aspek ketiga adalah aspek hukum yang berkaitan dengan ketenagakerjaan yang tercantum dalam:

a. Undang-undang (UU) Nomor: 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja b. Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

c. Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2003 Pasal 29 Ketenagakerjaan ayat (2) (3) d. Undang-Undang Nomor: Tahun 2003 Pasal 50 Ketenagakerjaan Tentang

Perjanjian Kerja

e. Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2003 Pasal 67 Ketenagakerjaan Tentang Perlindungan, Pengupahan, dan kesejahteraan

98

f. Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2003Pasal 86 Tentang Keselamatan dan Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2003

g. Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 30 Tentang Upah Pekerja h. Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2003 Pasal 88 Tentang Pengupahan i. Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2003 Pasal 99 Tentang Kesejahteraan

7.1.4 Aspek Hukum Perjanjian Kerja Sama

Aspek yang keempat adalah aspek hukum yang berkaitan dengan kerjasama yang dillakukan oleh perusahaan yang diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya” dan juga dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang berbunyi: “: Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih”. Yang dimna perjanjian ini adalah pendiri CV Rona Muda bekerjasama dengan para vendor yang akan melakukan kerjasama di dalam penyedia jasa Live Streaming.

7.1.5 Aspek Hukum Mengenai Penyelenggaraan Sistem Elektronik (PSE)

Aspek kelima adalah aspek hukum yang mengenai penyelenggaran sistem elektronik, dengan semakin bertambahnya jumlah perusahaan yang menyelenggarakan bisnisnya melalui media elektronik, dengan itu pemerintah Indonesia menetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 71 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Adapun hal-hal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang dipakai sebagai acuan CV Rona Muda yaitu.

a. Dalam Pasal 1 Ayat 1 yang dimaksud penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik adalah Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi. mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.

b. Dalam Pasal 1 Ayat 2 yang dimaksud penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik adalah Sistem Elektronik adalah Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/ atau media elektronik lainnya.

c. Dalam Pasal 1 Ayat 3 yang dimaksud penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik adalah Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu Sistem Elektronik yang dibuat untuk melakukan suatu tindakan terhadap suatu Informasi Elektronik tertentu secara otomatis yang diselenggarakan oleh Orang.

d. Dalam Pasal 1 Ayat 4 yang dimaksud penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik adalah Penyelenggara Sistem Elektronik adalah setiap Orang, penyelenggara negara, Badan Usaha, dan masyarakat yang menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan Sistem Elektronik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kepada Pengguna Sistem Elektronik untuk keperluair dirinya dan/ atau keperluan pihak lain.

e. Menurut Pasal 1 Ayat 5 yang dimaksud penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik adalah Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik adalah

100

penyelenggaraan Sistem Elektronik oleh Instansi Penyelenggara Negara atau institusi yang ditunjuk oleh Instansi Penyilenggara.Negara.

f. Menurut Pasal 1 Ayat 6 yang dimaksud penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik, penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat adalah penyelenggaraan Sistem Elektronik oleh Orang, Badan Usaha, dan masyarakat. g. Menurut Pasal 1 Ayat 7 yang dimaksud penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik, Kementerian atau Lembaga adalah Instansi Penyelenggara Negara yang bertugas mengawasi dan mengeluarkan pengaturan terhadap sektornya. h. Menurut Pasal 1 Ayat 8 yang dimaksud penyelenggaraan sistem dan transaksi

elektronik, Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan Data Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, eledrontc data interchange (EDI), surat elektronik (electronic maill, telegram, teleks, telecopg atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

7.1.6 Aspek Hukum Penyelesaian Sengketa

Aspek Keenam adalah aspek hukum mengenai penyelesaian sengketa. Penyelesaian sengketa adalah suatu penyelesaian perkara yang dilakukan antara salah satu pihak dengan pihak yang lainnya. Penyelesaian sengketa terdiri dari dua cara yaitu melalui litigasi (pengadilan) dan non litigasi (luar pengadilan). Dalam proses penyelesaian sengketa melalui litigasi merupakan sarana terakhir (ultimum remidium) bagi para pihak yang bersengketa setelah proses penyelesaian melalui non litigasi (pengadilan) tidak membuahkan hasil. Ada dua aspek hukum

penyelesaiaan sengketa yaitu tercantum dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor: 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam Pasal 1 Nomor: 10. Ada 5 cara penyelesaian sengketa melalui non litigasi (luar pengadilan) yaitu.

a. Konsultasi, ialah suatu tindakan yang dilakukan antara satu pihak dengan pihak yang lain yang merupakan pihak konsultan.

b. Negosiasi, penyelesaian di luar pengadilan dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang lebih harmonis.

c. Mediasi, penyelesaian melalui perundingan untuk mencapai kesepakatan di antara para pihak dengan dibantu oleh mediator.

d. Konsiliasi, penyelesaian sengketa dibantu oleh konsiliator yang berfungsi menengahi para pihak untuk mencari solusi dan mencapai kesepakatan di antara para pihak.

e. Penilaian Ahli, pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan sesuai dengan bidang keahliannya.

Dokumen terkait