• Tidak ada hasil yang ditemukan

a.Pemilihan Pola Usaha

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa seorang pengusaha kerupuk tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk saja, tetapi juga memproduksi kerupuk jenis yang lain. Pada dasarnya ini merupakan salah satu strategi untuk memperkecil resiko sekaligus pengembangan usaha yang lebih luas. Untuk menganalisis aspek keuangan dari usaha kerupuk ikan sebenarnya dipengaruhi juga oleh jenis kerupuk lain yang diproduksi, akan tetapi dalam analisis ini hanya akan menganalisis aspek keuangan dari usaha yang hanya memproduksi jenis kerupuk ikan saja. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi adalah teknologi menengah dengan kapasitas produksi optimal 310 kg kerupuk setiap satu kali adonan.

b. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan pada asumsi yang terangkum dalam Tabel 5.1. Periode proyek adalah 5 tahun. Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin/peralatan dan jumlah tenaga kerja seperti yang tercantum dalam tabel asumsi, seorang pengusaha mampu memproduksi 310 kg kerupuk. Angka rendemen sebesar 79%. Harga kerupuk di pasar lokal sebesar Rp 6.000, Hari kerja selama setahun sebanyak 285 hari. Tenaga kerja borongan bekerja selama 200 hari.

Tabel 5.1.

Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan No Asumsi Satuan Jumlah/

Nilai Keterangan 1 Periode proyek tahun 5 Periode 5 tahun 2 Luas tanah m2 2.000

- Luas bangunan m2 500

- Luas tanah

penjemuran m2 1.500

3 Sarana Transportasi unit 1 Mobil box 4

Hari kerja selama 1

tahun

- tenaga kerja tetap hari 285 - tenaga borongan hari 200 5 Produksi dan Harga

- Produksi per hari kg 620 2 adonan per hari. produksi

@310 kg kerupuk - Harga kerupuk ikan kg 6.000

6

Penggunaan tenaga

kerja

- Tenaga Manajerial orang 2 - Tenaga kerja tetap orang 14

- Tenaga kerja

borongan orang 4

7 Upah tenaga kerja - Tenaga Manajerial Rp/hr 36.000 - Tenaga kerja tetap Rp/hr 18.000

- Tenaga kerja

borongan Rp/hr 22.000 8

Penggunaan bahan

baku Untuk satu kali adonan

- Tepung tapioka kg 300 - Ikan kg 50 - Garam kg 10 - Gula kg 12,5 - Telur kg 10 - Penyedap kg 2 - Pewarna kg 0,25 9 Discount Factor/suku bunga % 17% Sumber: Lampiran 1

c. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional

1. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha kerupuk ikan terdiri dari beberapa komponen diantaranya biaya perijinan, sewa tanah, pembelian mesin atau peralatan produksi, peralatan pendukung dan sarana transportasi.

Biaya perijinan meliputi ijin usaha dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Departemen Kesehatan dengan jumlah biaya Rp600.000 dan masa berlaku selama 3 tahun. Sewa tanah dibayarkan tiap tahun, sehingga setiap tahun harus dikeluarkan biaya untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun 0 adalah Rp 299.339.000.

Tabel 5.2.

Biaya Investasi Usaha Kerupuk Ikan

No Jenis Biaya Nilai Penyusutan

1 Perijinan 600.000 0

2

Sewa Tanah dan

Bangunan 150.000.000 0 3 Mesin/Peralatan Produksi 107.030.000 43.994.750 4 Peralatan lain 1.709.000 221.800 5 Mobil box 40.000.000 4.000.000 Jumlah Biaya Investasi 299.339.000 48.216.550

Sumber : Lampiran 2

Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah sewa tanah yang mencapai 50,11% dari total biaya investasi pada awal usaha. Komponen terbesar kedua adalah biaya pembelian mesin/peralatan produksi yaitu sebesar 35,74% dari total biaya investasi. Sedangkan 14,15% sisa biaya untuk investasi merupakan biaya investasi untuk pembelian peralatan lainnya, mobil angkutan dan perijinan.

2. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku dan pembantu, peralatan operasional, biaya transportasi, listrik dan telepon, serta upah tenaga kerja. Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari untuk produksi kerupuk. Jumlah hari kerja dalam setahun sebanyak 285 hari (asumsi yang digunakan adalah 1 tahun=365 hari, dikurangi hari libur minggu dan libur nasional 64 hari dan jumlah hari tidak berproduksi selama 16 hari).

Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp 711.298.900. Biaya bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari total biaya operasional per tahun. Komponen biaya terbesar kedua adalah biaya penggunaan tenaga kerja yang mencapai 15,45% dari total biaya operasional tiap tahunnya. Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan borongan ditambah 2 orang tenaga kerja manajerial yang berasal dari anggota keluarga dengan upah/gaji tenaga manajerial diasumsikan dua kali lipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja borongan hanya digunakan dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, karena hanya dibutuhkan pada saat terjadi kenaikan permintaan.

Tabel 5.3.

Biaya Operasional Usaha Kerupuk Ikan per Tahun

No Jenis Biaya Nilai (Rp)

1 Bahan Baku 520.125.000 2 Bahan Pembantu 16.200.000 3 Peralatan Operasional 11.700.000 4 Biaya Transportasi 14.400.000 5 Biaya Listrik 7.200.000 6 Biaya telepon 1.800.000 7 Tenaga Kerja 109.940.000 8 Biaya Pemeliharaan 29.933.900 Jumlah Biaya Operasional Per Tahun 711.298.900

Sumber : Lampiran 3

d. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja

Kebutuhan investasi maupun modal kerja tidak harus dipenuhi sendiri. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha kerupuk ikan sebesar Rp 374.212.568. Jumlah kredit investasi yang dibiayai oleh bank sebesar 70% dari total kebutuhan investasi. Dengan kata lain pengusaha harus menyediakan dana sendiri sebesar 30% dari total dana investasi. Dalam analisis ini jumlah dana kredit investasi sebesar Rp 209.537.300.

Besarnya kredit modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha pembuatan kerupuk ikan mempunyai siklus produksi (dari pembuatan sampai memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang lebih selama 30 hari atau 1 bulan. Sehingga jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah:

Kebutuhan modal kerja = (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x biaya operasional selama 1 tahun

= (30/285) x Rp 711.298.900 = Rp 74.873.568

Jumlah kredit modal kerja dari bank dipersyaratkan sebesar 70% dari kebutuhan dana modal kerja. Dengan demikian jumlah kredit modal kerja sebesar 70% x Rp 74.873.568 = Rp 52.411.498.

Jumlah dan sumber dana untuk usaha kerupuk ikan disajikan dalam Tabel 5.4. berikut:

Tabel 5.4.

Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja No Rincian Biaya Proyek Total Biaya

1 Dana investasi yang bersumber dari

a. Kredit 209.537.300

b. Dana sendiri 89.801.700

Jumlah dana investasi 299.339.000

2 Dana modal kerja yang bersumber dari

a. Kredit 52.411.498

b. Dana sendiri 22.462.071

Jumlah dana modal kerja 74.873.568 3 Total dana proyek yang bersumber dari

a. Kredit 261.948.798

b. Dana sendiri 112.263.771

Jumlah dana proyek 374.212.568 Sumber : Lampiran 4

Jangka waktu kredit untuk investasi selama 5 tahun tanpa grace period sedangkan kredit modal kerja yang digunakan dalam analisis ini berjangka waktu 1 tahun. Kredit modal kerja pada kenyataannya dapat diperpanjang lagi masa jatuh temponya disesuaikan dengan kemampuan pengusaha membayarnya. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah sebesar 17% per tahun flat. Dengan demikian jumlah angsuran pokok berikut bunga yang harus dibayar setiap bulan untuk masing-masing jenis kredit dapat dihitung. Tabel 5.7. menunjukkan kumulatif angsuran (angsuran pokok dan bunga) untuk kredit investasi dan modal kerja yang harus dibayar setiap tahunnya.

Tabel 5.5.

Angsuran Pokok dan Bunga Kredit Investasi dan Modal Kerja Tahun ke- Kredit Angsuran Pokok Angsuran Bunga Total

Angsuran Saldo Awal

Saldo Akhir 0 261.948.798 261.948.798 261.948.798 1 94.318.958 37.182.277 131.501.235 261.948.798 167.629.840 2 41.907.460 25.231.783 67.139.243 167.629.840 125.722.380 3 41.907.460 18.107.515 60.014.975 125.722.380 83.814.920 4 41.907.460 10.983.247 52.890.707 83.814.920 41.907.460 5 41.907.460 3.858.979 45.766.439 41.907.460 0 Sumber : Lampiran 5

e. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor

Jumlah produksi selama satu tahun sebesar 176.700 kg. Jumlah ini diperoleh dari jumlah adonan per tahun dikalikan dengan jumlah produksi per adonan. Dalam satu tahun dilakukan adonan sebanyak 570 kali dengan jumlah

produksi per adonan sebesar 310 kg kerupuk. Harga kerupuk ikan diasumsikan sebesar Rp 6.000 tiap kg, sehingga pendapatan dari produksi kerupuk per tahun sebesar Rp 1.060.200.000. Pendapatan sampingan diperoleh dari penjualan kantong bekas tepung tapioka (sak) per tahun rata-rata Rp 1.368.000. Tabel penerimaan kotor dalam setahun disajikan dalam Tabel 5.6. berikut:

Tabel 5.6.

Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun

No Uraian Satuan Jumlah

Harga satuan (Rp)

Nilai (Rp) 1 Produksi per tahun Kg 176.700

2 Penjualan per tahun Kg 176.700 6.000 1.060.200.000 3

Penjualan sak per

tahun Sak 3.420 400 1.368.000

4 Pendapatan kotor 1.061.568.000 Sumber : Lampiran 6

Dari Tabel 5.6. di atas diketahui bahwa aliran penerimaan usaha pembuatan kerupuk ikan adalah Rp 1.061.568.000 per tahun. Sedangkan untuk aliran biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya.

f. Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point

Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan bagian penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel 5.7. menunjukkan keuntungan (surplus) selama periode proyek.

Hasil perhitungan proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha ini telah untung sebesar Rp 144.968.618. Laba ini akan meningkat untuk tahun-tahun berikutnya karena komponen biaya angsuran kredit yang semakin berkurang. Laba rata-rata selama periode proyek adalah Rp 196.001.526 per tahun. Profit margin rata-rata per tahun sebesar 18,46%.

Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan kerupuk ikan, dari hasil analisis diperoleh BEP rata-rata selama 5 tahun untuk usaha ini adalah sebesar Rp 362.713.898 atau dengan jumlah produksi sebesar 60.452 kg per tahunnya dengan harga kerupuk ikan per kg sebesar Rp 6.000.

Tabel. 5.7.

Proyeksi Rugi/Laba Usaha Kerupuk Ikan

Uraian T A H U N 1 2 3 4 5 Pendapatan 1.061.568.000 1.061.568.000 1.061.568.000 1.061.568.000 1.061.568.000 Pengeluaran a. Biaya operasional 711.298.900 711.298.900 711.298.900 711.298.900 711.298.900 b. Penyusutan 48.216.550 48.216.550 48.216.550 48.216.550 48.216.550 c. Angsuran pokok 94.318.958 41.907.460 41.907.460 41.907.460 41.907.460 d. Bunga bank 37.182.277 25.231.783 18.107.515 10.983.247 3.858.979 Jumlah 891.016.685 826.654.693 819.530.425 812.406.157 805.281.889 Laba sebelum pajak 170.551.315 234.913.307 242.037.575 249.161.843 256.286.111 e. Pajak 15% 25.582.697 35.236.996 36.305.636 37.374.276 38.442.917 Laba rugi 144.968.618 199.676.311 205.731.939 211.787.567 217.843.195 Profit margin % 13,66% 18,81% 19,38% 19,95% 20,52% BEP (nilai penjualan) 544.674.507 349.611.252 328.019.581 306.427.910 284.836.239 BEP (produksi) 90.779 58.269 54.670 51.071 47.473 BEP Rp/kg : - Biaya operasional 4.025 4.025 4.025 4.025 4.025 - Total biaya 5.043 4.678 4.638 4.598 4.557 BEP rata-rata - Penjualan (Rp) 362.713.898 - Produksi (kg) 60.452 - Rp/kg - Biaya operasional 4.025 - Total biaya 4.703 Sumber : Lampiran 8

g. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

Berdasarkan analisis arus kas dilakukan perhitungan B/C ratio, Net B/C ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP). Sebuah usaha berdasarkan kriteria investasi di atas dikatakan layak jika B/C ratio atau Net B/C ratio > 1, NPV > 0 dan IRR > discount rate.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha kerupuk ikan menguntungkan karena pada tingkat suku bunga 17% per tahun net B/C ratio sebesar 1,60 dan NPV sebesar Rp 223.409.530. Dengan nilai IRR 46,37% artinya proyek ini layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga sebesar 46,37% per tahun.

Tabel 5.8.

Kelayakan Usaha Kerupuk Ikan

No Kriteria Kelayakan Nilai

1 Net B/C ratio pada DF 17% 1,60 2 NPV pada DF 17% (Rp) 223.409.530

3 IRR (%) 46,37

4 PBP (usaha) 3 tahun 11 bulan

5 PBP (kredit) 2 tahun 6 bulan

Sumber : Lampiran 9

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jangka waktu pengembalian seluruh biaya investasi adalah 3 tahun 11 bulan. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari periode proyek. Dilihat dari segi kelayakan kredit, usaha ini layak dibiayai karena jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan kredit hanya 2 tahun 6 bulan.

h. Analisis Sensitivitas

Dalam analisis proyek investasi kerupuk ikan terdapat ketidakpastian yang akan mempengaruhi hasil perhitungan. Analisis sensitivitas akan dilakukan untuk menguji seberapa jauh proyek yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan dan harga-harga input dan output. Dalam analisis sensitivitas ini digunakan 3 skenario yaitu :

1. Skenario I

Pendapatan proyek mengalami penurunan sedangkan biaya investasi dan biaya operasional dianggap tetap. Penurunan pendapatan bisa diakibatkan oleh penurunan harga kerupuk, jumlah permintaan yang menurun ataupun jumlah produksi yang menurun.

2. Skenario II

Biaya operasional mengalami kenaikan sedangkan biaya investasi dan penerimaan proyek investasi tetap. Kenaikan biaya operasional bisa terjadi karena kenaikan harga input untuk operasional seperti bahan baku, peralatan operasional, dll.

3. Skenario III

Skenario ini merupakan gabungan dari skenario I dan skenario II yaitu diasumsikan penerimaan proyek mengalami penurunan dan biaya operasional mengalami kenaikan, sedangkan biaya investasi tetap. Hasil analisis sensitivitas disajikan dalam Tabel berikut:

Tabel 5.9.

Hasil Analisis Sensitivitas Skenario I

No Kriteria Kelayakan Penerimaan Turun

2,5% 3%

1 Net B/C ratio pada DF 17%

1,37 1,32

2 NPV pada DF 17% (Rp) 138.501.442 121.519.824

3 IRR (%) 35,94 33,76

4 PBP (usaha) 4 tahun 9 bulan 6 tahun

5 PBP (kredit) 3 tahun 9 bulan 4 tahun 5 bulan Sumber : Lampiran 10 dan Lampiran 11

Tabel 5.10.

Hasil Analisis Sensitivitas Skenario II

No Kriteria Kelayakan Biaya Operasional Naik

4% 5%

1 Net B/C ratio pada DF 17% 1,35 1,29 2 NPV pada DF 17% (Rp) 132.381.873 109.624.959

3 IRR (%) 35,16 32,22

4 PBP (usaha) 4 tahun 10 bulan 6 tahun 1 bulan 5 PBP (kredit) 3 tahun 11 bulan 4 tahun 8 bulan

Sumber : Lampiran 12 dan Lampiran 13 Tabel 5.11.

Hasil Analisis Sensitivitas Skenario III No Kriteria Kelayakan

Penerimaan Turun dan Biaya Operasional Naik

1,5% 2%

1 Net B/C ratio pada DF 17% 1,37 1,29 2 NPV pada DF 17% (Rp) 138.329.306 109.969.231

3 IRR (%) 35,91 32,26

4 PBP (usaha) 4 tahun 7 bulan 6 tahun 1 bulan 5 PBP (kredit) 3 tahun 8 bulan 5 tahun 7 bulan

Pada skenario I, dengan penurunan pendapatan proyek sebesar 2,5%, proyek ini masih layak dibiayai karena pada tingkat suku bunga 17% net B/C sebesar 1,37, NPV sebesar Rp 138.501.442 nilai IRR 35,94%, periode pengembalian baik kredit investasi dan kredit modal kerja kurang dari 5 tahun sehingga proyek ini layak diusahakan dan dibiayai oleh bank.

Pada penurunan pendapatan sebesar 3%, diperoleh Net B/C ratio sebesar 1,32, NPV yang diperoleh sebesar Rp 121.519.824 dan IRR 33,76. Jangka waktu pengembalian kredit selama 4 tahun 5 bulan tetapi jika dilihat dari jangka waktu pengembalian investasi, usaha ini tidak layak dilakukan karena payback periodnya melebihi periode proyek yang hanya 5 tahun.

Pada skenario II, dengan kenaikan biaya operasional sebesar 4%, proyek ini masih layak dilakukan dengan net B/C sebesar 1,35, NPV Rp 132.381.873, IRR sebesar 35,16% dan jangka waktu pengembalian kredit investasi dan kredit modal kerja kurang dari 5 tahun. Dengan demikian pada tingkat kenaikan biaya operasional sebesar 4%, usaha ini masih layak untuk dibiayai oleh bank.

Pada skenario kenaikan biaya 5%, proyek ini tidak layak diusahakan jika dilihat dari payback period usahanya, karena jangka waktu pengembalian investasi melebihi periode proyek. Tetapi jika dilihat dari kriteria investasi lainnya proyek ini masih layak diusahakan dengan net B/C sebesar 1,29, NPV Rp 109.624.959 dan IRR sebesar 32,22%. Sedangkan pay back period kredit selama 4 tahun 8 bulan.

Pada skenario III, pada saat terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional masing-masing sebesar 1,5%, proyek ini masih layak dibiayai dengan net B/C sebesar 1,37, NPV sebesar Rp 138.329.306, IRR 35,91% dan lama pengembalian kredit selama 4 tahun 7 bulan. Dilihat dari jangka waktu pengembalian kredit, usaha ini layak dibiayai oleh bank karena pay back period untuk kredit selama 3 tahun 8 bulan.

Pada penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional masing-masing sebesar 2%, proyek ini masih layak dilaksanakan Hal tersebut bisa dilihat dari Net B/C yang diperoleh 1,29, NPV sebesar Rp 109.969.231. IRR yang diperoleh masih jauh dari tingkat suku bunga yaitu 32,26%. Tetapi jika dilihat jangka waktu pengembalian investasi proyek ini menjadi tidak layak karena memerlukan 6 tahun 1 bulan dimana jangka waktu ini melebihi periode proyek.

Hasil analisis sensitivitas di atas menunjukkan bahwa proyek ini lebih sensitif dengan penurunan pendapatan dibandingkan kenaikan biaya operasional. Dengan memperhatikan kriteria jangka waktu pengembalian investasi (pay back period usaha), proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan sebesar 3%, artinya jika penurunan pendapatan lebih besar dari 3% tiap tahunnya

sebesar 5% dengan asumsi biaya investasi dan pendapatan tetap. Analisis sensitivitas gabungan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada kondisi terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional masing-masing sebesar 2%.

Hasil analisis aspek keuangan di atas menunjukkan bahwa usaha kerupuk ikan memberikan pendapatan yang tinggi sehingga proyek ini layak dilaksanakan dan dibiayai oleh bank.

Dokumen terkait