• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Non Teknis Kelembagaan

Dalam dokumen BAB 1. RAD AMPL Kabupaten Temanggung 1 (Halaman 22-38)

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Agung Kabupaten Temanggung merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Temanggung yang didirikan pada tahun 1986 sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Temanggung No. 3 tahun 1986 tertanggal 5 Maret 1986. Dalam perjalanannya organisasi PDAM mengalami merubahan melalui Perda No. 9 Tahun 2003, tanggal 31 Maret 2003 dan Perda No. 4 Tahun 2008, tanggal 11 Februari 2008.

RAD AMPL Kabupaten Temanggung 23 Sesuai dengan peraturan pendirian perusahaan diatas, kegiatan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Agung, Kabupaten Temanggung ditetapkan adalah untuk melayani masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di wilayah Kabupaten Temanggung.

Pengaturan

PDAM Tirta Agung, Kabupaten Temanggung telah menerapkan struktur organisasi berdasarkan Peraturan Bupati Temanggung Nomor 690/06/Tahun 2006, Tanggal 7 Maret 2006 yang membagi pimpinan PDAM Tirta Agung menjadi 3 bagian utama, yaitu, Direksi, Kepala Bagian dan Kepala Sub bagian.

Struktur Organisasi PDAM Tirta Agung, Kabupaten Temanggung pada tingkatan tinggi adalah direktur yang terdiri dari Satu orang Direktur, Tiga orang Kepala Bagian, yang terdiri dari Bagian Administrasi dan Keuangan, Hubungan Langganan dan Bagian Teknik. Selanjutnya pada tingkatan dibawahnya terdapat Tujuh Kepala Sub Bagian, yang terdiri dari Bagian Administrasi/Keuangan membawahi Sub Bagian Keuangan, Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dan Sub Bagian Perlengkapan. dari masing-masing Bagian. Sementara Bagian Hubungan Langganan membawahi Sub Bagian Pembacaan Meter dan Rekening dan Sub Bagian Pelayanan Gangguan. Selanjutnya, Bagian Teknik membawahi Sub Bagian Perencanaan Teknik, Sub Bagian Produksi dan Sub Bagian Transmisi dan Distribusi.

Pembiayaan

Pendapatan air PDAM Tirta Agung, Kabupaten Temanggung telah mengalami peningkatan pada periode 3 tahun terakhir. Peningkatan pendapatan diperoleh PDAM Tirta Agung, Kabupaten Temanggung terutama disebabkan karena adanya pertambahan sambungan. Kontribusi dari pertambahan sambungan dapat dilihat dari jumlah pelanggan PDAM Tirta Agung, Kabupaten Temanggung yang terus meningkat pada periode 3 tahun terakhir. Rata-rata pertambahan pelanggan yang dicapai oleh PDAM adalah sebesar 525 unit per tahun.

Sementara perjalanan penyesuaian tarif belum menunjukkan keadaan yang kondusif. PDAM Tirta Agung, Kabupaten Temanggung terakhir memperoleh penyesuaian tarif pada Tahun 2002 melalui Keputusan Bupati Temanggung Nomor 690/138/2002, Tanggal 2 Juli 2002. Pada penyesuaian tarif Tahun 2002 tersebut, terjadi peningkatan besaran tarif dasar sebesar 30%, yaitu bergerak dari Rp. 250,- menjadi Rp. 355. Sementara, penyesuaian sebelumnya terjadi pada Tahun 2000.

Dari struktur tarif yang berlaku saat ini, yaitu tarif yang berlaku sejak Tahun 2002 terakhir dilakukan penyesuaian tarif, diketahui bahwa tarif rata-rata dari seluruh jenis pelanggan PDAM Tirta Agung, Kabupaten Temanggung adalah Rp. 759 /m3 dengan tarif terendah untuk Kelompok Sosial sebesar Rp. 325 /m3 dan tarif tertinggi untuk Kelompok Industri Besar sebesar Rp. 1.930/m3.

Sementara itu, Pendapatan Non-Air pada periode ini seperti Pendapatan Sambungan Baru, Denda dan lainnya mencapai peningkatan 18%, dan Pendapatan Non-Usaha telah meningkat 29 %.

Namun demikian, indikator Rasio Operasi atau Kecukupan Tarif terhadap Biaya Operasional secara menyeluruh belum memberikan hasil yang sama dengan parameter

RAD AMPL Kabupaten Temanggung 24 Pendapatan Air. Dari data yang diperoleh pada 3 tahun terakhir, Rasio Operasi ini cenderung mengalami penurunan,

Tabel 14. Tarif Pelayanan Air Minum Kabupaten Temanggung Tahun 2010

No Penyelenggara

Sistem (Perpipaan

atau Non Perpipaan)

Tarif/m³ Kemampuan Tarif Memenuhi (beri √ pada kolom yang sesuai)

Operasional Pemeliharaan Recovery

1 PDAM Perpipaan 759   

2 BPSPAMS Perpipaan Disepakati warga desa

 

Sumber:

1.2.3. Hasil Telaahan Terhadap Kebijakan Daerah yang Berimplikasi pada Kebutuhan Pelayanan AMPL

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Temanggung Tahun 2008-2013 menetapkan bahwa visi dan misi Kabupaten Temanggung adalah:

Visi

Dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik (Good

Governance) dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk 5

(lima) tahun kedepan, maka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah didasarkan pada asas-asas umum, yaitu :

1. Asas Kepastian Hukum, yaitu mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan pemerintahan. 2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu mengutamakan keteraturan,

keserasian, dan keseimbangan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

3. Asas Kepentingan Umum, yaitu mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

4. Asas Keterbukaan, yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, bersikap jujur, dan tidak diskriminatif dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

5. Asas Proporsionalitas, yaitu mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara pemerintahan.

6. Asas Profesionalitas, yaitu mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik profesional dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

7. Asas Akuntabilitas, yaitu setiap penyelenggaraan pemerintahan daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Sejalan dengan penerapan asas-asas umum pemerintahan tersebut dan agar pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah dapat terarah dan berkelanjutan maka diperlukan adanya Visi Daerah baik untuk jangka panjang maupun jangka menengah. Visi Daerah dalam RPJPD Tahun 2005-2025 adalah Temanggung makin Maju, Mandiri,

RAD AMPL Kabupaten Temanggung 25 Aman, Adil, dan Sejahtera. Untuk jangka menengah periode tahun 2008-2013 Visi Daerah adalah BERSATU UNTUK MAJU DAN SEJAHTERA.

Visi tersebut mengandung filosofi dasar, yaitu:

1. Untuk mewujudkan Temanggung yang lebih baik maka diperlukan adanya tekad semua komponen baik Pemerintah Daerah, swasta maupun masyarakat untuk “BERSATU”. Hal ini mengandung makna menyatukan semua potensi sumberdaya manusia (SDM) dalam lingkungan birokrasi (eksekutif), legislatif, dunia usaha dan masyarakat agar mampu mengelola sumberdaya alam (SDA) secara terarah, didasarkan pada program yang mantap, pelaksanaan yang tepat, serta pengawasan yang ketat sehingga “KEMAJUAN” bisa tercapai.

2. Masyarakat yang “MAJU” mengandung makna terwujudnya kondisi masyarakat yang bekembang dan berorientasi pada upaya memajukan daerah dengan dilandasi sikap disiplin, bekerja keras, dan gemar membaca/meningkatkan kapasitas dan kapabilitas diri. Kondisi ini akan mengantar pada terwujudnya masyarakat yang “SEJAHTERA”. 3. “SEJAHTERA” mengandung arti tercukupinya kebutuhan pokok material dan spiritual

bagi masyarakat, yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yaitu meningkatnya kehidupan perekonomian masyarakat, pelaksanaan pendidikan yang berkeadilan dan derajat kesehatan yang berkualitas, serta didukung oleh kepastian hukum dan penegakan hak azasi manusia.

Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi Pemerintah Daerah jangka panjang tahun 2005-2025 adalah: 1. Mewujudkan pemerintahan yang bersendikan pada prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik, kapasitas daerah dan jaringan kerjasama dalam rangka optimalisasi kinerja pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suasana politik yang demokratis berdasarkan pada penegakan supremasi hukum dan HAM.

2. Mewujudkan kondisi sosial dan budaya masyarakat yang bermoral, beretika, berbudaya, beretos kerja, berkemampuan, sehat, dan cerdas berbasis pada nilai-nilai luhur bangsa dan keagamaan dalam rangka pencapaian masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

3. Mewujudkan perekonomian daerah yang semakin kuat berbasis pada ekonomi kerakyatan, potensi sektor unggulan daerah, dan cluster usaha tingkat perdesaan dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian daerah. 4. Mewujudkan ketersediaan dan pemerataan prasarana dan sarana pelayanan

dasar dalam rangka peningkatan aksesibilitas dan mobilitas ekonomi dan non ekonomi, pengembangan kawasan serta pengurangan kesenjangan antar wilayah.

5. Mewujudkan pembangunan daerah secara berkelanjutan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara lestari berbasis pada partisipasi segenap pemangku kepentingan dan memperhatikan dimensi tata ruang.

RAD AMPL Kabupaten Temanggung 26 Misi jangka panjang tersebut diimplementasikan pada setiap periodisasi 5 (lima) tahunan menjadi misi jangka menengah. Untuk periode tahun 2008-2013 misi Pemerintah Kabupaten Temanggung adalah :

1. Meningkatkan kualitas iman dan taqwa melalui pembinaan dan pengembangan kehidupan beragama, kerukunan umat beragama, dan fasilitasi kehidupan beragama.

2. Meningkatkan fasilitasi pendidikan, ketrampilan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka pengembangan kualitas sumberdaya manusia.

3. Meningkatkan kualitas dan keterjangkauan pelayanan kesehatan secara merata.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

5. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh potensi ekonomi kerakyatan, bertumpu pada potensi sumberdaya alam dan potensi unggulan daerah, serta pemerataan pertumbuhan ekonomi daerah.

6. Meningkatkan kualitas dan pelestarian lingkungan hidup.

Dalam rangka pencapaian Visi dan Misi tersebut, kebijakan pembangunan yang dinilai akan berimplikasi pada pelayanan AMPL daerah adalah sebagai berikut: a) Kebijakan meningkatkan fasilitas pendidikan , ketrampilan, dan penguasaan

ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka pengembangan kualitas sumberdaya manusia , memerlukan dukungan sistem penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan yang tidak saja melayani keluarga, namun juga pemukiman sekitar yang belum dilayani sistem penyediaan air minum dan pengolahan air limbah.

b) Kebijakan meningkatkan kualitas dan keterjangkauan pelayanan kesehatan secara merata , termasuk didalamnya adalah masyarakat yang berpenghasilan rendah menjadi prioritas kelompok sasaran upaya-upaya peningkatan derajat kesehatan, termasuk melalui peningkatan derajat kesehatan , termasuk melalui peningkatan cakupan akses air minum dan sanitas.

c) Kebijakan pemberdayaan masyarakat dan seluruh potensi ekonomi kerakyatan , bertumpu pada potensi sumberdaya alam dan potensi unggulan daerah , serta pemerataan pertumbuhan ekonomi daerah ; dengan kebijakan ini maka pemenuhan akses air minum dan sanitasi untuk mendukung produktivitas sumberdaya manusia khususnya dipedesaan juga menjadi prioritas.

d) Kebijakan meningkatkan kualitas dan pelestarian lingkngan hidup ; dengan kebijakan ini maka peningkatan cakupan layanan air bersih dan penyehatan lingkungan termasuk dalam kebijakan yang akan dilaksanakan dalam lima tahun kedepan.

1.2.4. Perkiraan Kebutuhan Investasi Pelayanan AMPL Daerah

Perkiraan kebutuhan investasi pelayanan AMPL daerah bertujuan untuk mengetahui perkiraan investasi yang akan diperlukan dalam rangka pencapaian target 7C MDGs. Dengan adanya perkiraan ini, diharapkan pemerintah daerah dapat mempersiapkan

RAD AMPL Kabupaten Temanggung 27 strategi pendanaan dan pilihan program/ kegiatan yang lebih efektif dan efisien dalam mencapai kinerja yang ditargetkan.

Angka hasil perkiraan investasi merupakan ancar-ancar biaya yang diperlukan daerah sebagai pertimbangkan dalam peningkatan alokasi anggaran APBD untuk AMPL dan pertimbangan dalam perumusan program dan kegiatan yang diusulkan untuk didanai APBD Provinsi dan APBN, juga dunia usaha/perbankan, dan masyarakat.

Terdapat berbagai metoda perhitungan untuk memperkirakan kebutuhan investasi AMPL suatu daerah. Salah satu metoda perhitungan yang digunakan dan relative sederhana, yaitu dengan menggunakan biaya per satuan unit (unit cost) tambahan akses sampai dengan 2015 mendatang.

Tambahan akses sampai dengan 2016 dihitung berdasarkan target 7C MDGs kabupaten/ kota, baik pada air minum dan sanitasi. Berdasarkan tambahan akses tersebut, investasi air minum dihitung dengan menggunakan pendekatan kelembagaan, pendekatan pemberdayaan masyarakat, dan kombinasi antara pendekatan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat. Penerapan pendekatan penghitungan investasi air minum didasarkan pada hasil pemetaan atas besar tambahan akses yang dapat dipenuhi dengan pendekatan kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, dan kombinasi keduanya. Investasi sanitasi dihitung dengan menggunakan pendekatan berbasis masyarakat, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Tabel perhitungan investasi yang digunakan adalah Tabel 15a (untuk air minum) dan Tabel 15b (untuk sanitasi) berikut:

RAD AMPL Kabupaten Temanggung 28 Tabel 15a: Perkiraan Kebutuhan Investasi Air Minum Kabupaten Temanggung 2012 s/d 2016

No Indikator Saat Ini (Tahun 2010.) 2015 Tambahan Akses sd 2015 Biaya Investasi per Unit (Rp)

Kebutuhan Investasi sd 2015 (Rp)

Formula Data Formula Hasil Formula Hasil Formula Hasil

(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H) (I) (J) (K)

1 Jumlah penduduk (jiwa)

730.455 758.578

1.a Perkotaan (jiwa) 129.814 134.812

1.b Perdesaan (jiwa) 600.641 623.766

2 Jumlah penduduk dengan akses air minum layak (jiwa)

519.952 648.257 F2-D2 128.305 K2.a+ K2.b 57,854,350,000

2.a Perkotaan (jiwa)* Kelembagaan / PDAM 110.748 57.424 F3.aXF1. a 124.917 68.756 F2.a-D2.a 14.169 11.332 (2.883 SR) 3,000,000 Per SR H2.aX I2.a 8,649,000,000 53.324 56.161 2.837 350,000/Jiwa (pendekatan berbasis masyarakat) 992.950,000 2.b Perdesaan (jiwa)* Kelembagaan / PDAM 407.204 48.404 F3.bXF1. b 523.340 67.316 F2.b-D2.b 116.136 18.912 ( 4.728 SR ) H2.bX I2.b 14,184,000,000 358.800 456.024 97.224 350,000/Jiwa (pendekatan berbasis masyarakat) 34.028.400,000

RAD AMPL Kabupaten Temanggung 29 No Indikator Saat Ini (Tahun 2010.) 2015

Tambahan Akses sd

2015 Biaya Investasi per Unit (Rp) Kebutuhan Investasi sd 2015 (Rp)

Formula Data Formula Hasil Formula Hasil Formula Hasil

(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H) (I) (J) (K)

3 Cakupan penduduk dengan akses air minum layak (%)

(C2):(C1) 70,91 % (D3)+(0.5 X(1-D3)

85,46 %

3.a Cakupan di perkotaan (%) (C2.a):(C 1.a) 85,31 % (D3.a)+(0 .5X(1-D3.a) 92,66 % 3.b Cakupan di perdesaan (%) (C2.b):(C 1.b) 67,79 % (D3B)+(0. 5X(1-D3.b) 83,90 %

Tabel 15b: Perkiraan Kebutuhan Investasi Sanitasi Kabupaten Temanggung sd 2016

No

Indikator

Saat Ini (Tahun2010) 2016 Tambahan Akses sd 2016 Investasi per Biaya Unit (Rp)

Kebutuhan Investasi sd 2015 (Rp)

Formula Data Formula Hasil Formula Hasil Formula Hasil

(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H) (I) (J) (K)

1 Jumlah penduduk

(jiwa) 730.455

1.a Perkotaan (jiwa) 129.814 134.812

1.b Perdesaan (jiwa) 600.641 623.766

2 Jumlah penduduk dengan akses sanitasi layak (jiwa)

RAD AMPL Kabupaten Temanggung 30 No

Indikator

Saat Ini (Tahun2010) 2016 Tambahan Akses sd 2016 Investasi per Biaya Unit (Rp)

Kebutuhan Investasi sd 2015 (Rp)

Formula Data Formula Hasil Formula Hasil Formula Hasil

(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H) (I) (J) (K)

2.

a Perkotaan (jiwa)* 94.507 F3.aXF1.a 116.478 F2.a-D2.a 21.971 150.000/jiwa (pendekatan berbasis masyarakat)

H2.aX I2.a 3.295,650,000 2.

b Perdesaan (jiwa)* 369.236 F3.bXF1.b 503.566 F2.b-D2.b 134.330 150.000/jiwa (pendekatan berbasis masyarakat) H2.bX I2.b 20.149,500,000 3 Cakupan penduduk dengan akses sanitasi layak (%) (C2):(C1) 63.49 % (D3)+(0 .5X(1-D3) 81,74 % 3.

a Cakupan di perkotaan (%) (C2.a):(C1.a) 72,80 % (D3.a)+(0.5X(1 -D3.a) 86,40 % 3. b Cakupan di perdesaan (%) (C2.b):(C1.b) 61,47 % (D3B)+(0.5X(1 -D3.b) 80,73 %

Total perkiraan kebutuhan investasi air minum dan sanitasi = investasi untuk air minum + investasi untuk sanitasi = Rp. 57,854,350,000 + Rp. 23,445,150,000 = Rp. 81,299,500,000.

RAD AMPL Kabupaten Temanggung 31 1.3 Permasalahan dan Tantangan

a. Tantangan Nasional dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Tantangan utama dalam meningkatkan akses air minum dan sanitasi yang layak antara lain sebagai berikut:

1) Belum lengkap dan terbaharukannya perangkat peraturan yang mendukung penyediaan air minum dan sanitasi yang layak.

Sejumlah peraturan yang ada sudah tidak sesuai dengan kondisi yang ada, sebagai contoh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah yang belum direvisi, sehingga menyulitkan PDAM untuk melakukan korporasi. Di samping itu, peran dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam pelaksanaan pembangunan air minum dan sanitasi perlu lebih diperjelas.

2) Belum adanya kebijakan komprehensif lintas sektor dalam penyediaan air minum dan sanitasi yang layak.

Banyak institusi dan lembaga yang membidangi pembangunan air minum dan sanitasi, sehingga dibutuhkan koordinasi yang lebih intensif, terutama pada tataran pelaksanaan program.

3) Menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air minum.

Masih banyaknya rumah tangga yang menggunakan sumber air minum non-perpipaan menurunkan kuantitas sumber daya air minum, ditambah lagi sistem sanitasi on-site yang ada juga belum disertai dengan investasi dalam infrastruktur penampungan, pengolahan, dan pembuangan limbah tinja sehingga meningkatkan pencemaran terhadap sumber air baku.

4) Belum diimbanginya pertumbuhan penduduk, terutama di perkotaan dengan pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi yang layak.

Tingkat investasi dalam penyediaan sambungan perpipaan khususnya di perkotaan tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk perkotaan. Begitu pula investasi dalam penyediaan layanan sambungan air limbah terpusat skala kota (sewerage system) dan skala komunal (communal system).

5) Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Keadaan dan perilaku tidak sehat tercermin dari masih tingginya kasus diare yang mencapai 411 per 1.000 penduduk (Survei Morbiditas Diare Kemkes, 2010). Mencuci tangan dengan sabun masih jarang dilakukan; rumah tangga masih melakukan buang air besar di tempat terbuka. Hal ini menunjukkan arti pentingnya kampanye serta komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk menumbuhkan kesadaran dan mengubah perilaku masyarakat. Saat ini, upaya KIE telah dilakukan namun masih kurang memadai. Hal ini mencerminkan masih rendahnya prioritas yang diberikan oleh para pemangku kepentingan terhadap pelaksanaan KIE.

RAD AMPL Kabupaten Temanggung 32 6) Masih terbatasnya penyedia air minum yang layak baik oleh PDAM dan non-PDAM

yang sehat (kredibel dan profesional), terutama di daerah perkotaan.

Kinerja PDAM yang tidak baik dapat semakin diperburuk oleh anggapan masyarakat bahwa air adalah sesuatu yang dapat diperoleh secara cuma-cuma, bukan merupakan komoditas yang langka. Hal ini membuat masyarakat enggan membayar iuran air minum, yang pada akhirnya mempersulit penyedia layanan untuk meningkatkan layanannya melalui investasi baru. Penetapan dan pengaturan tarif belum memenuhi prinsip pemulihan biaya (full-cost recovery). Di samping itu, dalam penyediaan air minum berbasis masyarakat, kualitas sumber daya manusia pada lembaga pengelola juga masih menjadi kendala.

7) Masih terbatasnya kapasitas pemerintah daerah untuk menangani sektor air minum dan sanitasi, padahal penyediaan dan pengelolaan air minum dan sanitasi yang layak telah menjadi kewenangan pemerintah daerah.

Dukungan perencanaan dan penganggaran untuk penyediaan air minum dan sanitasi yang layak belum menjadi prioritas, tercermin dari rendahnya alokasi anggaran daerah dalam mendukung pembangunan baru maupun perbaikan infrastruktur air minum dan sanitasi yang telah ada. Selain itu, masih minimnya kapasitas sumber daya manusia pelaksana pembangunan air minum dan sanitasi di daerah juga menjadi kendala penyediaan air minum dan sanitasi.

8) Investasi sistem penyediaan air minum dan sanitasi yang layak masih kurang memadai, baik dari pemerintah maupun swasta.

Hal tersebut antara lain diakibatkan oleh pendanaan yang masih bertumpu pada anggaran Pemerintah Pusat. Rendahnya kinerja keuangan PDAM juga menyebabkan PDAM sulit mendapatkan sumber pendanaan alternatif. Sementara itu, sumber pendanaan dari pihak swasta, baik dalam bentuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) ataupun Corporate Social Responsibility (CSR) masih belum dimanfaatkan secara signifikan.

b. Permasalahan dan Tantangan Kabupaten Temanggung dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Permasalahan dan tantangan Kabupaten Temanggung dalam meningkatkan akses air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan adalah sebagai berikut:

1) Teknis

Permasalahan yang dihadapi adalah:

a) Sebagian sumber mata air yang memenuhi syarat permukaan di Desa/Kelurahan yang mendapat Program PAMSIMAS maupun DAK;

b) Di luar jaringan perpipaan, saat ini opsi yang tersedia adalah sumur bor (sumur dalam), sehingga ada kemungkinan kegagalan dalam pengeboran;

c) Kebocoran air PDAM Tantangan yang dihadapi adalah

RAD AMPL Kabupaten Temanggung 33 a) Sebagian sumur dalam PDAM kualitas airnya mengandung kadar zat besi (fe)

mendekatai ambang batas yang di syaratkan;

b) Kondisi debit sumur dalam PDAM terus menurun dari tahun ke tahun

c) Belum tersedianya cadangan air baku yang sustainable dan dapat diandalkan; 2) Sosial

Permasalahan yang dihadapi adalah:

a) Di perdesaan, kesadaran untuk penerapan praktek hidup bersih dan higienis masih terbatas

b) Di perdesaan, air belum dinilai sebagai barang ekonomi, sehingga menyulitkan pengembangan pengelolaan sarana air minum dan sanitasi.

Tantangan yang dihadapi adalah

a) Tingginya penggunaan air sumur yang perlu diimbangi dengan pemahaman tentang air yang aman dan berkelanjutan

b) Tingginya jumlah penduduk yang memerlukan akses air minum dan sanitasi layak sampai dengan 2015

3) Kelembagaan

Permasalahan yang dihadapi adalah

a) Terbatasnya jumlah kelembagaan pengelolaan sarana air minum dan sanitasi di tingkat masyarakat khususnya di perdesaan;

b) Terbatasnya jumlah sumber daya manusia untuk komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) PHBS.

Tantangan yang dihadapi adalah:

a) Belum optimalnya koordinasi antar program dan antar pelaku bidang air minum dan penyehatan lingkungan

b) Belum tersedianya acuan pelaksanaan program bidang air minum dan penyehatan lingkungan yang disepakati sebagai kebijakan Kabupaten Temanggung sampai dengan 2016

c) Masih terbatasnya penerapan Good Corporate Governance dalam pengelolaan PDAM

d) Tarif listrik PDAM masih digolongkan ke dalam golongan industri. 4) Pendanaan

Permasalahan yang dihadapi adalah:

a) Terbatasnya alokasi APBD untuk AMPL dibandingkan target kinerja yang harus dicapai

b) Sumber-sumber pendanaan bidang penyediaan sarana air minum dan sanitasi belum terfokus untuk mempercepat pencapaian target 7C MDGs

Tantangan yang dihadapi adalah:

a) Belum optimalnya fasilitasi pemerintah daerah untuk melibatkan dunia usaha dan lembaga donor dalam pendanaan pembangunan air minum dan sanitasi

RAD AMPL Kabupaten Temanggung 34 b) Isu air minum dan sanitasi belum cukup diprioritaskan dalam perumusan

program dan kebijakan anggaran

c) Belum optimalnya dukungan kebijakan anggaran bagi perluasan cakupan akses air minum dan sanitasi, khususnya di perdesaan.

5) Lingkungan:

Permasalahan yang dihadapi adalah: tingginya pemanfaatan sumur bor yang dapat membahayakan lingkungan

Tantangan yang dihadapi adalah: Tingginya kebutuhan konservasi sumber daya air untuk menjamin kepastian pasokan air baku yang dapat diandalkan.

1.3.1 Isu Strategis Kabupaten Temanggung dalam Pencapaian Target AMPL 2016

Berdasarkan permasalahan dan tantangan berdasarkan kelima aspek tersebut, isu strategis penyediaan air minum dan sanitasi Kabupaten Temanggung yang akan ditangani sampai dengan 2016 adalah sebagai berikut:

1) Kesiapan teknis dan pengelolaan PDAM untuk memenuhi target cakupan pelayanan; 2) Rendahnya cakupan akses air minum di perdesaan;

3) Terbatasnya sumber pasokan air yang sustainable dan dapat diandalkan; 4) Rendahnya kesadaran untuk menerapkan PHBS;

5) Belum optimalnya dukungan kebijakan anggaran bagi perluasan cakupan akses air minum dan sanitasi, khususnya di perdesaan;

6) Belum optimalnya fasilitasi pemerintah daerah untuk melibatkan dunia usaha dan lembaga donor dalam pendanaan pembangunan air minum dan sanitasi.

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan dan tantangan Kabupaten Temanggung dalam penyediaan air minum dan sanitasi, maka isu strategis yang akan diprioritaskan penanganannya sampai dengan 2016 adalah sebagai berikut:

1) Kesiapan teknis dan pengelolaan PDAM untuk memenuhi target cakupan pelayanan; 2) Rendahnya cakupan akses air minum di perdesaan;

3) Terbatasnya sumber pasokan air yang sustainable dan dapat diandalkan; 4) Rendahnya kesadaran untuk menerapkan PHBS; dan

5) Belum optimalnya dukungan kebijakan anggaran bagi perluasan cakupan akses air minum dan sanitasi, khususnya di perdesaan.

Belum optimalnya fasilitasi pemerintah daerah untuk melibatkan dunia usaha dan lembaga donor dalam pendanaan pembangunan air minum dan sanitasi

35 Tabel 15. Isu Strategis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Temanggung

Tahun 2010 2015

1. Cakupan Penduduk dengan akses air minum layak (%) 70,91 % 85,46 %

2. Cakupan Penduduk Perkotaan dengan akses air minum layak (%) 85,31 % 92,66 %

3. Cakupan Penduduk Perdesaan dengan akses air minum layak (%) 67,79 % 83,90 %

4. Jumlah Penduduk dengan akses air minum layak (jiwa) 571.952 648.257

5. Jumlah Penduduk Perkotaan dengan akses air minum layak (jiwa) 110.748 124.917

6. Jumlah Penduduk Perdesaan dengan akses air minum layak (jiwa) 407.204 523.340

7. Tambahan penduduk dengan akses air minum layak (jiwa) 130.305

8. Tambahan penduduk perkotaan dengan akses air minum layak (jiwa) 14.169

9. Tambahan penduduk perdesaan dengan akses air minum layak (jiwa) 116.136

Tabel 16. Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kabupaten Temanggung sampai dengan Tahun 2015

No Indikator Satuan Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

A Kependudukan

1 Jumlah penduduk Jiwa 736.079 741.703 747.327 752.951 758.578

2 Tingkat pelayanan % 73,82 76.73 79,64 82,55 85,46

3 Penduduk terlayani Jiwa 544.013 570.074 596.135 622.196 648.257

4 Jumlah penduduk per SR Jiwa 4 4 4 4 4

B Kebutuhan Domestik

1 Jumlah SR Unit 27.768 29.518 31.368 32.818 34.018

Dalam dokumen BAB 1. RAD AMPL Kabupaten Temanggung 1 (Halaman 22-38)

Dokumen terkait