• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Hasil Kegiatan

5. Aspek Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyu

Masyarakat Desa Barugaiya pada umumnya sudah banyak mengetahui biota-biota laut yang dilindungi, tapi masih dalam jumlah yang sedikit misalnya penyu, hiu, gurita dan terumbu karang pada umumnya.

Penyu menurut masyarakat adalah binatang bangsa reptilia yang hidup di laut dan dilindungi oleh undang-undang. Seperti kura-kura, badan penyu juga ditutupi tempurung bagian punggungnya disebut karapak, sedangkan bagian perutnya disebut plastron. Kakinya telah beradaptasi kebentuk menyerupai dayung dipakai sebagai alat gerak di dalam air dan di darat

Di seluruh dunia hanya terdapat 7 jenis penyu yaitu Dermochelys coriacea L,

Chelonia mydas L, Eretmochelys imbricata, Lepidochelys olivaceae L, Lepidochelys kempii, Caretta caretta, dan Natatator depressus (Caribbean

Conservation Corporation, 1996). Namun sesungguhnya hanya 6 jenis yang ditemukan di perairan laut Indonesia, dari ke tujuh jenis tersebut yang tidak ditemukan di Indonesia adalah Lepidochelys kempii (Sukotjo, 1997; Ismu, 1997) Menurut Nuitja (1997), penyu merah (Caretta caretta) berdasarkan penelitian-penelitian diduga hanya memiliki jalur migrasi di Indonesia tetapi tidak pernah ditemukan bertelur di Indonesia, sedangkan Natatator depressus di duga hidup

26 menyebar di pulau-pulau Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur ( sekarang Timor Leste ) yang berbatasan dengan Australia.

 Penyu Sisik

Penyu sisik merupakan anggota Famili Cheloniidae, Marga Eretmochelys dengan nama jenis Eretmochelys imbricatae. Penyu ini sangat berbeda dengan yang lain karena memiliki karapak yang nampak bersisik dengan susunan bertumpuk-tumpuk seperti susunan genting. Sisik berwarna hitam mengkilat, orang-orang membunuhya dengan tujuan mendapatkan sisiknya yang indah untuk digunakan sebagai barang perhiasan. Merupakan penyu dengan ukuran terkecil dengan panjang sekitar 76-91 cm dengan berat 40-60 kg. Memiliki kepala menyempit dengan mulut seperti paruh burung. Penyu sisik bertelur dengan interval 2-3 tahun dengan 2-4 kali bertelur dalam satu musim dengan jarak 15 hari. Jumlah telur yang dihasilkan mencapai 160 butir dalam satu kali peneluran. Dengan masa inkubasi sekitar 60 hari.

Paruh penyu sisik agak runcing sehingga memungkinkan mampu menjangkau makanan yang berada di celah-celah karang sponge dan anemone. Mereka juga memakan udang dan cumi-cumi. Penyu sisik bersifat karnivora dengan makanan utama sponge, karang lunak, dan kerang-kerangan. Populasi penyu ini mengalami penurunan drastis, namun masih bertelur di beberapa wilayah Indonesia.

Gambar 4, Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) Sumber http://www.cccturtle.org/flatback.htm

 Penyu Hijau

Penyu hijau merupakan anggota Famili Chelonioidea, Marga Chelonia dengan nama jenis Chelonia mydas. Penyu hijau dapat dengan mudah

27 dibedakan dengan penyu lain karena memiliki sepasang sisik di depan matanya sedangkan jenis lain memiliki lebih dari dua pasang. Penyu hijau memiliki panjang lebih 3 kaki sampai 5 kaki dengan berat mencapai 871 pounds. Memiliki cakar yang tajam pada kaki depannya. Interval bertelur antara 2-3 tahun. Sekali musim dapat 3-5 kali bertelur dengan jarak sekitar 12 hari. Sekali bertelur dapat menghasilkan 115 butir, masa inkubasi sekitar 60 hari. Ketika penyu hijau masih muda makan berbagai jenis biota laut seperti cacing laut, udang remis, rumput laut juga alga. Ketika tubuhnya mencapai ukuran 20-30 cm, penyu hijau berubah menjadi herbivora dan makanan utamanya adalah rumput laut.

Penyu hijau memiliki nama lokal penyu daging. Penyu ini tersebar di seluruh kepulauan Indonesia, dan masih dapat ditemukan dalam jumlah yang besar, seperti di Pantai Pangumbahan Jawa Barat dan Kepulauan Derawan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Penyu hijau termasuk dalam 6 jenis penyu yang dilindungi sejak PP No. 7/1999 tentang pengawetan Tumbuhan dan Satwa dikeluarkan.

 Penyu Tempayan

Penyu tempayan merupakan anggota Famili Cheloniidae, Marga Caretta dengan nama jenis Caretta caretta. Penyu ini dapat mudah dibedakan dari jenis penyu lainnya karena memiliki kepala nampak relative besar dibandingkan dengan jenis penyu lainnya. Penyu dewasa memiliki berat lebih dari 350 pounds dan memiliki karapak berwarna merah kecoklatan dengan plastron coklat sampai kuning, panjang karapak berkisar 82-105 cm. interval bertelur antara 2-3 tahun, bulan-bulan bertelur antara Mei sampai dengan September satu kali musim dapat bertelur 4-7 kali. Jumlah telur dapat mencapai 100-126 dengan masa inkubasi 60 hari. Penyu tempayan memiliki rahang yang kuat untuk menghancurkan kulit kerang.

28 Penyu Tempayan, yang dikenal dengan nama penyu karet atau penyu bromo, bersifat karnivora dengan makanan utama kerang-kerangan, kepiting, bulu babi, dan ubur-ubur; penyu ini jarang ditemukan di Indonesia, namun daerah penelurannya masih dapat ditemukan di Provinsi maluku (Salm dan Halim, 1984) dan di perairan Taman Nasional Laut Taka Bonarate, Sulawesi Selatan. Penyu tempayan dilindungi sejak tahun 1980 berdasarkan Keputusan menteri Pertanian no. 176/Kpts/Um/10/1980.

 Penyu Lekang

Penyu lekang merupakan anggota Famili Cheloniidae, Marga Lepidochelys dengan nama jenis Lepidochelys olivacea. Di Indonesia selain dikenal dengan nama penyu lekang. Penyu ini juga populer dengan nama penyu abu-abu. Pemberian nama tersebut didasarkan pada warna cangkang penyu dewasa yaitu abu-abu. Tubuh bagian atas penyu ditutup oleh karapas dan bagian bawah ditutup plastron. Kedua bagian tersebut disusun oleh sisik-sisik dengan lapisan zat tanduk yang keras (carr, 1952).

Penyu Lekang, yang juga dikenal dengan nama lokal slengkrah atau Ridel. Penyu Lekang ditemukan di beberapa wilayah Indonesia, wilayah penetasannya antara lain di sumatera; Alas Purwo, Jawa Timur; Paloh, Kalimantan Barat; dan Nusa Tenggara Timur (Salm dan Halim, 1984, 1996). Penyu lekang dilindungi sejak tahun 1980 berdasarkan keputusan menteri Pertanian No. 716/Kpts-Um/10/1980.

 Penyu Pipih

Penyu pipih merupakan anggota Famili Cheloniidae, Marga Natator dengan nama jenis Natator depessus. Penyu pipih dewasa dapat mencapai berat 198 pounds dengan ukuran panjang 39 inci. Mudah dikenali dari bentuknya yang sangat pipih dibanding penyu lain. Banyak ditemukan di karang-karang dan di padang lamun (rumput laut), bertelur 4 kali dalam semusim dengan jumlah

29 sekitar 50 butir namun dengan ukuran yang relative besar. Jenis ini karnivora sekaligus herbivora. Penyu pipih memakan timun laut, ubur-ubur, kerang-kerangan, udang, dan invertebrata lainnya.

Penyu ini berada di perairan Indonesia hanya untuk mencari makan dan melakukan peneluran di Australia. Penyu jenis ini sering ditemukan mencari makan di perairan Irian jaya, tetapi belum pernah ditemukan bertelur di wilayah tersebut (Kitchener, 1996). Penyu ini dilindungi sejak tahun 1992 berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan no. 882/Kpts-II/1992.

 Penyu Kempi

Penyu merupakan anggota Famili Cheloniidae, Marga Lepidochelys dengan nama jenis Lepidochelys kempii. Penyu kempi merupakan penyu paling langka di dunia, dengan ukuran paling kecil. Ukuran penyu dewasa dengan panjang 62-70 cm dengan berat 35-45 kg. karapak berwarna abu-abu dengan plastron berwarna kuning, penyu ini memiliki cakar yang kuat. Bertelur tiap tahun dengan 2 kali bertelur dalam satu musim, jumlah telur mencapai 10 butir dengan masa inkubasi sekitar 55 hari. Bulan bertelur antara April sampai dengan Juni. Seperti halnya penyu tempayan, mereka juga karnivora. Mereka juga memakan kepiting, kerang, udang dan kerang remis.

 Penyu Belimbing

Penyu blimbing merupakan anggota Famili Dermochelidae, Marga Dermochelys dengan nama jenis Dermochelys coriacea. Penyu belimbing merupakan jenis penyu yang paling mudah dikenali oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keadaan morfologi tubuh yang berukuran paling besar dibandingkan penyu yang lain (seperti Chelonia mydas dan Eretmochelys

imbricata).

Penyu belimbing dikenal oleh beberapa masyarakat dengan sebutan penyu raksasa, kantong atau mabo. Daerah peneluran penyu belimbing dapat

30 ditemukan di pantai barat Sumatera; selatan Jawa: dan daerah tertutup di Nusa Tenggara (Salam dan Halim, 1784; Kitchener, 1996). Lokasi peneluran penyu belimbing tersebar di Indonesia terletak di Pantai Jamursba Medi, Sorong Irian Jaya dan merupakan pantai peneluran penyu belimbing terbesar ketiga di kawasan Indo-Pasifik (Agus Dermwan, kom.Pribadi, 2002). Penyu ini dilindungi sejak tahun 1987 berdasarkan keputusan Menteri Pertanian no. 327/Kpts/Um/5/1978.

Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan perlindungan penyu laut, sampai dengan tahun 1997 semua penyu dilindungi oleh pemerintah kecuali untuk penyu hijau (Chelonia mydas L). Undang-undang yang melindungi penyu adalah Dermochelys coriacea L. Dilindungi berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 327/KPTs/Um/5/1978, Eretmochelys imbricata dan Natatator depressus, dilindungi berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 882/Kpts-II/92, Lepidochelys

olivaceae L dan Caretta caretta dilindungi berdasarkan SK. Menteri Pertanian

No. 716/Kpts/Um/10/1980. Peraturan pemerintah yang terbaru No. 7 tahun 1999 tentang Pelestarian Tumbuhan dan satwa langka telah memasukkan semua jenis penyu sebagai hewan yang dilindungi.

Gambar 5 membuktikan bahwa masyarakat Desa Barugaiya sudah tahu bahwasanya penyu yang ada di daerahnya dilindungi oleh undang-undang dan keputusan menteri pertanian serta menteri kehutanan. 100% responden mengatakan bahwa penyu itu dilindungi oleh sebab itu masyarakat dilarang untuk menangkap atau mengeksploitasi satwa yang hampir punah, baik untuk dikonsumsi atau dijual walaupun harga jualnya sangat mahal.

31 0 20 40 60 80 100 120

Dilindungi Tidak Dilindungi

P

e

rs

e

n

Gambar 5. Persentase pengetahuan masyarakat tetang penyu yang dilindungi oleh Undang-Undang

Setiap tahun populasi penyu di daerah ini berkurang, Ada beberapa responden mengatakan bahwa yang sering menangkap penyu di daerah ini adalah orang-orang dari luar dengan menggunakan alat tangkap jaring khusus penangkap penyu lalu dikirim ke Bali untuk dijual, paparan dari salah satu reponden. Akibatkan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah setempat dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam melindungi, menjaga lingkungan dan habitat dari penyu. Dilapangan terlihat masih banyak pengerusakan yang dilakukan misalanya mengambil pasir dipesisir pantai untuk bahan bagunan yang merupakan tempat mendarat atau habitat bertelur dari penyu. Pemerintah sendiri harus membuat kegiatan-kegiatan yang dilakaukan terkait dengan pelestarian penyu di darah ini. Masyarakat sendiri sudah menunggu akan adanya tindakan dari pemerintah untuk membuat daerah penangkaran di Desa Barugaiya khususnya di Dusun Tulang agar pelestarian penyu pada daerah ini dapat dilakukan.

32 6. Habitat, Jenis Penyu dan Waktu Bertelurnya

Pengidentifikasian jenis penyu mendarat sangat bervariasi bergantung jenis penyu itu sendiri misalnya Penyu Hijau (Chelonia mydas) frekuensi bertelur paling banyak pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober. Dalam waktu yang sama juga berlaku pada penyu sisik (Eretmochelys imbricata).

Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) frekuensi mendarat untuk bertelur lebih singkat yaitu pada bulan Oktober sampai Mei, sedang Penyu Belimbing (Dermochelys coriaceae) frekuensi mendarat berkebalikan dari ketiga jenis penyu di atas, penyu Belimbing mendarat pada bulan April sampai Juli pada bulan Agustus terjadi penurunan jumlah yang mendarat, baru pada bulan berikutnya September sampai Desember jumlah penyu bertelur sama pada bulan April sampai Juli.

Musim bertelur penyu terjadi sepanjang tahun, tiap penyu akan bertelur sekitar 4 sampai 6 kali setiap tahunnya dengan interval masa peneluran selama 12 sampai 14 hari. Meskipun demikian, pada musim-musim tertentu, biasanya selama 2 sampai 5 bulan dalam setahun terjadi produksi telur melimpah. Di Indonesia produksi paling melimpah terjadi pada musim kemarau, yaitu antara bulan Juli dan Oktober. Habitat penyu adalah laut yang airnya bersih dan dingin seperti halnya pada laut samudera. Sedangkan daerah yang disukai penyu adalah laut dalam, untuk mencari makan pergi ke perairan yang dangkal dengan sedikit batu-batu, dengan kedalaman air tidak melebihi 200 meter karena di daerah ini banyak terdapat rumput-rumputan atau jenis ganggang yang merupakan makanan pokok dari berbagai jenis penyu. Selain itu bebatuan yang ada selain sebagai tempat beristirahat atau berlindung disitu juga terdapat ikan kecil, udang, molusca dan spon. Kebanyakan penyu bersifat omnivora, meskipun pada beberapa jenis ada yang bersifat herbivora dan karnivora. Pada umumnya penyu menyukai bagian laut yang lebih panas dan dekat dengan pantai.

33  Habitat Penyu di Desa Barugaiya

Habitat penyu yang ada di Desa Barugaiya berada pada bagian Barat Desa terutama di pesisir laut Dusun Tulang dan Dusun Joong yang merupakan habitat dari penyu. Terutama jenis penyu sisik dan penyu hijau terdapat di daerah yang memiliki tutupan karang yang bagus pada daerah slop karena pada daerah itulah merupanakn tempat mencari makanan dan tempat bermain bagi penyu serta pesisir pantai di daerah ini mempunyai pasir putih yang halus, sebagai habitat mendarat untuk bertelur bagi penyu sisik dan penyu hijau serta dua jenis penyu lainnya yaitu penyu tempayan dan penyu lekang. Di daerah ini terdapat pula Muara Sugai Sumigi’ tempat beraktivitas masyarakat untuk mengambil pasir.

34  Jenis Penyu Yang Ada di Desa Barugaiya

Desa Barugaiya adalah Desa yang memiliki keanekaragam biota laut yang dilindungi oleh Undang-undang, khususnya penyu. Dari gambar dibawah dapat dilihat beberapa jenis penyu yang ada di daerah ini;

Gambar 7. Persentase jenis penyu yang pernah dilihat oleh masyarakat

Gambar diatas menunjukkan persentase Penyu Sisik (Eretmochelys

imbricate) dari data responden yang paling sering dilihat persentasenya sebesar

45,5 %, untuk Penyu Hijau (Chelonia mydas) sebesar 36,4 %, Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) sebesar 9,1 % dan Penyu Tempayan (Caretta caretta) persentase sebesar 9,1 %. Untuk yang tiga jenis penyu menurut responden tidak pernah melihat karena penyu belimbing dapat ditemukan di pantai barat Sumatera; selatan Jawa: dan daerah tertutup di Nusa Tenggara. Lokasi peneluran penyu belimbing tersebar di Indonesia terletak di Pantai Jamursba Medi, Sorong Irian Jaya dan merupakan pantai peneluran penyu belimbing terbesar ketiga di kawasan Indo-Pasifik. Penyu ini dilindungi sejak tahun 1987 berdasarkan keputusan Menteri Pertanian no. 327/Kpts/Um/5/1978. Penyu Lekang Kempi merupakan penyu yang paling langka di dunia, dengan ukurannya

0,0 36,4 0,0 9,1 45,5 9,1 0,0 Penyu belimbing Penyu Hijau Penyu Pipih Penyu Lekang Penyu Sisik Penyu Tempayan Penyu Lekang Kempii

35 yang kecil. Sedangkan untuk penyu Pipih hanya terdapat pada perairan irian Jaya yang digunakan sebagai tempat migrasi, mencari makanan dan kembali ke perairan Australia untuk bertelur. Sehingga untuk daerah ini, responden tidak pernah melihatnya.

Menurut Kepala Balai Kawasan Taman Nasional Takabonerate terdapat 4 jenis penyu yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar diantaranya yaitu Penyu Sisik (Eretmochelis imbricate), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang

(Lepidochelys olivacea) dan Penyu Tempayan (Charetta charetta).

Gambar 8. Penyu sisik yang ditangkap oleh masyarakat

Dapat dilihat bahwa sebaran penyu yang ada di Kawasan Nasional Takabonerate juga terdistribusi pada perairan Desa Barugaiya, jadi sebaran penyu untuk daerah perairan selayar sangat merata sesuai dengan habitat dari jenis-jenis penyu yang ada.

Masyarakat Desa Barugaiya sadar bahwasanya penyu ini dilindungi oleh undang-undang, jadi ketika mereka melihat penyu atau tersangkut pada jaring serta terkena pancing akan langsung dilebas kembali keperairan. Rata-rata ukuran penyu yang dilihatnya berukuran besar dan sebagian masyarakat

36 nelayan menganggap penyu itu adalah hama terutama masyarakat nelayan yang menggunkan alat tangkap jaring sangat diresahkan karena menganggu dan sering terkena jaring sehingga merusak jaring dari nelayan.

 Waktu Bertelur Penyu di Desa Barugaiya

Bulan Maret – Juli adalah bulan-bulan dimana penyu akan naik kepesisir untuk bertelur. Jarak dari garis pantai antara 5 - 10 meter untuk mencari habitat bertelur yang tersembunyi dan aman dari pemangsanya seperti anjing, terutama manusia. Menurut responden penyu sendiri mempunyai trik dalam mencari daerah yang digunakan untuk bertelur dengan menggali beberapa lubang pada pasir agar para predatornya susah dalam mencari yang mana sebenarnya lubang yang digunakan oleh penyu untuk bertelur. Bulan Mei sampai Juli merupakan puncak yang intensitas bertelurnya semakin meningkat dibandingkan antara bulan Maret samapai Mei. Dari data responden mengatakan apabila puncak bertelur dari penyu dengan jumlah yang besar, setiap malam antara 3 – 5 penyu yang naik untuk bertelur dalam semalam dengan jenis-jenis penyu yang berbeda-beda. Dalam satu minggu hanya satu sampai dua malam penyu ini tidak naik kepesisir untuk bertelur.

Rata-rata jumlah telur penyu antara 100 – 150 butir telur, masayarakat Dusun Tulang ketika bulan-bulan pendaratan penyu untuk bertelur, setiap malam kepesisir pantai mencari telur penyu untuk menambah kebutuhan hidup sehari-harinya, dan juga suda merupakan kebiasaan yang setiapa tahunnya dilakukan. Masyarakat sendiri ketika mendapat sarang atau tempat bertelurnya penyu, mereka tidak akan mengambil semua telur penyu dan menyisahkannya untuk kelangsungan hidup dari penyu sampai 10 butir telur yang diletakkan ditempat lain atau membuat sarang baru menurut mereka aman dari predator. Telur dijual dengan harga antara 700 samapi 750 rupiah perbutirnya yang dipasarkan di Kota Benteng dan diserahkan kepengumpul.

37 Dari 15 responden sangat mengharapkan turun tangan pemerintah dalam melestarikan penyu yang ada didaerahnya, sekaligus membuat suatu daerah penangkaran penyu agar penyu didaerahnya tidak punah dan dapat dilihat oleh anak cucu mereka.

Gambar 9, Wawancara dengan Bapak Supardi masyarakat Dusun Tulang untuk Inventarisasi penyu di daerahnya.

Gambar 10, Wawancara dengan Bapak Sawaluddin masyarakat Dusun Tulang untuk Inventarisasi penyu di daerahnya.

38

4. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil praktik kerja lapang di Desa Barugaiya Kecamatan Bontomanai Kabubaten Kepulauan Selayar maka simpulan yang dapat diambil sebagai berikut :

1. Populasi penyu yang ada di daerah ini setiap tahun menurun karena adanya penangkapan penyu yang dilakukan oleh masyarakat.

2. Habitat penyu sisik dan penyu hijau yang banyak dijumpai oleh masyarakat pada daerah slop dan memiliki tutupan karang yang bagus 3. Masa bertelur penyu antara bulan Maret – Juli dan puncaknya pada

bulan Mei – Juli, jumlah telurnya yaitu 100 – 150 biji yang dijual dengan harga 700 – 750 rupia perbutirnya.

4. Ada empat jenis penyu yang ada di Desa Barugaiya yaitu Penyu sisik

(Eretmochelys imbricate), Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu

Tempayan (Caretta caretta) dan Penyu lekang (Lepidochelys olivacea)

5. Tingkat pengawasan terhadap pelestarian biota-biota laut perlu ditingkatkan dengan kerja sama masyarakat dan pemerintah, khususnya penyu yang merupakan satwa liar dan dilindungi oleh Undang-Undang. B. Saran

Perlu adanya kesadaran masyarakat khususnya Dusun tulang agar kiranya melakukan pengawasan dan pelarangan untuk berburuh telur penyu agar dapat kiranya dihentikan untuk meningkatkan populasi penyu didaerah ini, sebab telur penyu adalah siklus hidup dari penyu dan itu juga dilindungi oleh undang-undang. Jadi pemerintah yang terkait masalah itu harus meningkatkan sosialisasi maslah penyu.

39

DAFTAR PUSTAKA

http://regional.coremap.or.id/pangkep/sosek/article.php?id=1266/tanggal.29.mei. 2011/jam.20:10 http://www.kmbsulsel.net/index.php?option=com_content&view=article&id=157&I temid=89/tanggal.29.mei.2011/jam.20:10 http://www.conserveturtles.org/seaturtleinformation.php?page=flatback/tanggal.2 9.mei.2011/jam.20:10

Ahmad. A, 2010, Profil Desa Barugaiya Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar, Barugaiya.

Caribbean Conservation Corporation, 1996, Sea Turtles: Species Information – Scientific Clasification, Gainesville,

http://www.cccturtle.org/species_class.htm

Sutanto. I, 1997, Pengelolaan Pengunduhan Telur Penyu di Pantai Pangumbahan Kabupaten Sukabumi – Jawa Barat. Makalah; Workshop Penelitian dan Pengelolaan Penyu Indonesia, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Bogor.

Hamid. M. 2005, Database Keanekaragaman hayati Taman Nasional Takabonerate, Kepala Balai Taman Nasional, Benteng.

Nyoman. N, 1997, Penelitian dan Pengelolaan Penyu di Indonesia, Makalah; Workshop Penelitian dan Pengelolaan Penyu Indonesia, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Bogor

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 7 tahun 1999 tentang Pengawetan tumbuhan dan satwa langka.

Sukotjo A.S, 1997, Pemanfaatan Penyu Di Indonesia, Makalah; Workshop Penelitian dan Pengelolaan Penyu Indonesia, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Bogor.

Dokumen terkait