• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adapun beberapa aspek yang dibahas dalam reproduksi ikan kembung perempuan, diantaranya sebagai berikut :

4. 3. 1. Rasio Kelamin

Ikan kembung perempuan yang digunakan oleh kelompok kami berjenis kelamin jantan. Karena setelah dibedah terdapat gonad yang memiliki warna putih susu dan bergerigi.

Gambar 6. Rasio kelamin ikan kembung perempuan

Rasio kelamin dari populasi ikan kembung perempuan yang digunakan pada praktikum biologi perikanan ini, yaitu 54% jantan : 46% betina dimana jumlah ikan kembung perempuan jantan ada sebanyak 38 ekor dan ikan kembung perempuan betina ada sebanyak 32 sehingga diasumsikan bahwa ikan ini merupakan ikan poliandri. Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukan bahwa nilai χ2 hitung memiliki nilai 0,64 sedangkan nilai χ2 tabel nilainya 3,84, sehingga χ2 hitung < χ2 tabel, maka Ho diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan rasio antara ikan jantan dan ikan betina.

54% 46%

RASIO KELAMIN IKAN

KEMBUNG PEREMPUAN

Jantan (♂) Betina (♀)

4. 3. 2. Tingkat Kematangan Gonad

Berdasarkan kriteria tingkat kematangan gonad menurut Effendi (1979), ciri-ciri yang ditunjukan pada gonad ikan kembung perempuan di kelompok kami, yaitu testis berwarna putih seperti susu, cukup besar, dan permukaan testis tampak bergerigi, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kematangan gonad ikan kembung perempuan pada kelompok kami masuk kepada TKG III.

Gambar 7. Grafik TKG Ikan Kembung Perempuan

Adapun distribusi interval ukuran panjang ikan berdasarkan tingkat kematangan gonad, diantaranya adalah bahwa pada TKG I terdapat 1 jantan pada interval 181-185, lalu pada TKG II, terdapat 2 jantan di interval 171-175, 1 betina di interval 176-180, 1 jantan dan 1 betina pada interval 186-190 dan 4 jantan pada interval 191-195, kemudian pada TKG III, terdapat 1 jantan dan 1 betina di interval 176-180, 3 jantan dan 2 betina di interval 181-185, 4 jantan dan 4 betina di interval 186-190, 4 jantan di interval 191-195, 1 jantan di interval 196-200, dan 1 betina di interval 201-205, selanjutnya pada TKG IV, terdapat 3 betina di interval 176-180, 4 jantan dan 3 betina di interval 181-185, 3 jantan dan 8 betina di interval 186-190, 2 jantan dan 6 betina di interval 191-195, 3 jantan dan 1 betina di interval 196-200, dan 1 betina di interval 201-205, dan yang terakhir pada TKG V, terdapat 1 jantan di interval 181-185, 2 jantan di interval 186-190, 1 jantan di interval 191-195, dan 1 jantan di interval 196-200. 2 1 1 1 3 1 3 2 4 3 1 1 1 4 4 3 8 2 4 4 2 6 1 1 3 1 1 1 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (♂) (♀) (♂) (♀) (♂) (♀) (♂) (♀) (♂) (♀) TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V JUM LA H

TINGKAT KEMATANGAN GONAD

IKAN KEMBUNG

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka sebagian besar ikan kembung perempuan baik jantan maupun betina yang digunakan dalam praktikum biologi perikanan ini berada pada fase TKG IV dan yang paling sedikit merupakan ikan kembung perempuan yang berada pada TKG I, sehingga dapat diasumsikan bahwa ikan kembung perempuan ini ditangkap pada musim pemijahan.

4. 3. 3. Indeks Kematangan Gonad

Indeks kematangan gonad ikan kembung perempuan kelompok kami yang memiliki bobot gonad seberat 3,49 gram dan bobot tubuh ikan seberat 95 gram adalah sebesar 3,67 %. Indeks kematangan gonad pada setiap individu dalam populasi berbeda-beda meskipun berada pada tingkat kematangan gonad yang sama (Herawati 2017). Sehingga perlu dihitung rata-rata nilai indeks kematangan gonad pada setiap tingkat kematangan gonad.

Gambar 8. Grafik Indeks Kematangan Gonad

Hasil data angkatan menunjukan nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan kembung perempuan dalam praktikum biologi perikanan, pada TKG I nilai IKG ikan kembung perempuan hanya pada ikan jantan, yakni sebesar 1%. Kemudian pada TKG II, nilai IKG ikan kembung perempuan betina lebih besar daripada ikan kembung perempuan jantan dengan nilai IKG ikan betina sebesar 4,33% dan betina 3,44%. Lalu pada TKG III, nilai IKG ikan kembung perempuan betina pun menurun dan lebih kecil dari ikan kembung perempuan jantan, yakni

1,00 3,44 2,96 3,81 2,64 4,33 2,30 3,94 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V IN DE KS KE MAT AN G AN G ON AD

TINGKAT KEMATANGAN GONAD

IKG TERHADAP TKG PADA

IKAN KEMBUNG PEREMPUAN

sebesar 2,3% untuk betina, sedangkan nilai IKG ikan jantan sebesar 2,96%. Selanjutnya pada TKG IV, nilai IKG ikan kembung perempuan jantan memiliki nilai lebih kecil 0,13% dibandingkan ikan kembung perempuan betina, yakni sebesar 3,81% untuk jantan, sedangkan untuk betina sebesar 3,94%. Terakhir pada TKG V ikan kembung perempuan jantan memiliki nilai IKG sebesar 1,6%, sedangkan ikan kembung perempuan betina 0%. Hasil tersebut disebabkan karena dalam praktikum ini tidak ditemukan individu ikan kembung perempuan betina yang berada dalam fase TKG V.

Berdasarkan hasil data angkatan tersebut, dapat dianalisis bahwa semakin tinggi tingkat kematangan gonad, maka nilai indeks kematangan gonad akan semakin tinggi pula tingkat kematangan gonadnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nikolsky (1969) yang mengatakan bahwa untuk membedakan kematangan gonad dapat dengan melihat perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh yang dikenal sebagai koefisien kematangan atau indeks kematangan gonad (IKG).

4. 3. 4. Hepatosomatik Indeks

Adapun indeks hepatosomatik pada ikan kembung perempuan berdasarkan hasil praktikum biologi perikanan, diantaranya sebagai berikut :

Gambar 9. Grafik Indeks Hepatosomatik

Menurut Herawati (2017) nilai HSI menggambarkan cadangan energi yang ada pada tubuh ikan sewaktu ikan mengalami perkembangan kematangan gonad.

0,0% 0,2% 0,4% 0,6% 0,8% 1,0% 1,2% 1,4% 1,6% TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V H EPAT OSOMAT IK IN DE KS

TINGKAT KEMATANGAN GONAD

Berdasarkan data angkatan, nilai HSI tertinggi berada pada TKG II, dan yang terendah berada pada TKG I dan V. Sehingga dapat dianalisis bahwa pada TKG II, cadangan energi pada ikan kembung perempuan banyak dan masih belum digunakan. Kemudian, pada TKG III, ikan kembung perempuan memerlukan energi yang lebih untuk mengembangkan kematangan gonad sedangkan makanan disekitarnya kurang sehingga terjadi penurunan HSI. Selanjutnya, pada TKG IV ikan kembung perempuan masih melakukan perkembangan telur namun makanan yang disekitarnya banyak, sehingga ikan tidak memakai cadangan energi, sehingga nilai HSI nya pun naik.

4. 3. 5. Tingkat Kematangan Telur

Menurut data angkatan tingkat kematangan telur pada TKG IV ikan kembung perempuan betina secara umum, jumlah telur yang telah melebur lebih banyak dibandingkan jumlah telur yang masih berada ditengah maupun jumlah telur yang berada di tepi atau kutub. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kematangan telur pada TKG IV sudah tinggi karena masuk pada fase VIII dalam tingkat kematangan telur. Menurut Herawati (2017) fase VIII adalah setelah matang, folikel pecah dan oosit dilepaskan yang disebut juga dengan istilah GVBD (germinal vesicle break down). Begitupun dengan tingkat kematangan telur pada TKG III, jumlah telur yang melebur lebih dominan dibandingkan dengan telur yang berada di tepi ataupun kutub, walaupun jumlah nilainya tidak lebih besar dari ikan yang berada pada TKG IV.

4. 3. 6. Diameter Telur

Berdasarkan data angkatan diameter telur ikan kembung perempuan dalam praktikum ini, pada TKG IV diameter telur tertinggi memiliki ukuran 83,25 µm dan terendah 8 µm. Adapun pada TKG IV ini diameter telur besar memiliki nilai ukuran rata-rata 34,7 µm, diameter telur sedang memiliki nilai ukuran rata-rata 27,18 µm dan diameter telur kecil memiliki nilai ukuran rata-rata 18,69 µm, sedangkan pada TKG III diameter telur tertinggi berada pada ukuran 70,8 µm dan terendah pada ukuran 1,75 µm.

Ukuran diameter telur ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) antara 0,25 mm sampai 0,84 mm (Anjani 2011). Sedangkan menurut Zamroni (2008), ukuran diameter telur ikan kembung perempuan sekitar 0,45 mm sampai 0,72 mm. Berdasarkan ukuran diameter telur ini menunjukan bahwa telur ikan kembung perempuan pada praktikum ini memiliki ukuran yang jauh beda dengan penelitian sebelumnya. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan skala dalam alat ukur yang digunakan sehingga ketelitian dalam pengukurannya pun berbeda.

4. 3. 7. Fekunditas

Berdasarkan data hasil praktikum, pada TKG III, fekunditas ikan kembung tertinggi yaitu 158404, sedangkan yang terendah, yaitu 30528 dan rata-rata nya adalah 79904. Kemudian, pada TKG IV, fekunditas ikan kembung tertinggi yaitu 145440, sedangkan yang terendah, yaitu 1813 dan rata - ratanya adalah 49389. Adapun menurut Anjani (2011), fekunditas pada ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) dengan panjang 190 hingga 208 cm sebesar 200.000 dan 500.000 telur. Namun, jumlah telur ikan kembung pada umumnya berkisar antara 100.000 hingga 166.000 butir (Boonprakop 1965).

4.4 Kebiasaan Makan dan Cara Makan Ikan

Aspek kebiasaan makanan yang dianalisis meliputi Indeks Preponderan dan Tingkat Trofik sebagai penunjang Kebiasaan Makanan Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma) yang disajikan dalam bentuk grafik hasil pengamatan jenis makanan.

4.4.1 Indeks Preponderan

Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan hasil Indeks Preponderan Ikan Kembung Perempuan sebagai berikut (Gambar. 10 )

Gambar 10. Grafik Indeks Preponderan Ikan Kembung Perempuan

Berdasarkan data grafik preponderan diatas, maka jenis pakan yang termasuk kedalam pakan utama, yaitu Detritus (IP = 37,66%). Adapun pakan pelengkapnya, diantaranya Cyanophyceae (IP = 6,82%), Desmidiacae (IP = 6,69%), Copepoda (18,20%), bagian hewan (5,60%) dan bagaian tumbuhan (14,39%). Sementara yang lainnya merupakan pakan tambahan karena nilai dari Indeks Preponderannya berada dibawah dari 5%.

Berdasarkan jenis makanan yang ditemukan dalam isi usus ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) pada praktikum ini, menunjukkan bahwa komposisi isi usus ikan kembung sebagian besar adalah detritus. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Kriswantoro dan Sunyoto (1986) dalam Sari (2004) bahwa kebiasaan makanan ikan kembung yaitu memangsa plankton, copepod atau crustacea. Plankton tersebut disaring dengan tapis insang dimana tapis insang pada ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) memiliki tapis insang yang halus karena plankton yang dimakannya berukuran kecil (Nontji 2005 in Astuti 2007). Jenis plankton terutama copepod dalam hasil praktikum ini hanya menjadi makanan pelengkap. Hal ini terjadi disebabkan karena diduga berkaitan dengan ketersediaan makanan pada suatu perairan. Effendie (1997) menyatakan bahwa penilaian kebiasaan makanan berkaitan erat dengan ketersediaan makanan di lingkungannya. Menurut Effendie (1997) banyak spesies ikan yang dapat menyesuaikan diri dengan persediaan makanan yang ada di lingkungannya sesuai

6 ,8 2 % 4 ,6 4 % 3 ,3 7 % 6 ,6 9 % 0 ,0 0 % 0 ,0 4 % 0 ,4 4 % 0 ,3 5 % 1 8 ,2 0 % 0 ,0 0 % 0 ,2 6 % 1 ,4 9 % 0 ,0 4 % 5 ,6 0 % 1 4 ,3 9 % 3 7 ,6 6 % 0 ,0 0 % 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% IP ( %) Jenis Makanan

Indeks Preponderan Ikan Kembung

Perempuan

dengan musim yang berlaku. Suatu spesies ikan yang hidup terpisah-pisah dapat terjadi perbedaan kebiasaan makanannya dalam suatu daerah geografis yang luas. Perbedaan ini bukan untuk satu ukuran saja tetapi untuk semua ukuran jenis ikan. Jadi untuk satu spesies ikan dengan ukuran yang sama pada daerah yang berbeda, dapat berbeda kebiasaan makanannya. Perubahan lingkungan dapat merubah kebiasaan makanan ikan, dimana apabila terjadi perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan ketersediaan makanan di lingkungan perairan tersebut, sehinggga memaksa ikan tersebut untuk mengubah kebiasaan makanannya agar tetap bertahan hidup.

4.4.4 Tingkat Trofik

Tingkat trofik ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) berdasarkan data hasil praktikum, ikan kembung perempuan memiliki nilai

tingkatan trofik 2,64 yang menunjukkan bahwa ikan kembung perempuan tersebut

termasuk ikan yang bersifat omnivora, karena nilai tingkat trofik omnivora memiliki nilai tingkat trofik sebesar 2,5 (Caddy dan Sharp 1986 dalam Tjahjo 2001). Hasil praktikum tersebut berbeda dengan tingkat trofik ikan kembung perempuan di perairan Teluk Kendari dimana hasil penelitian di perairan tersebut menunjukkan bahwa ikan kembung perempuan merupakan ikan pelagis dengan makanan utamanya adalah fitoplankton, sedangkan makanan tambahannya berupa zooplankton, dimana nilai trofiknya adalah 2,25, maka tingkat trofiknya digolongkan kedalam herbivora. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya populasi ikan pemangsa di perairan ini. Frank et al. (2005) dan Myers et al. (2007) melaporkan bahwa berkurangnya kelimpahan karnivora yang diindikasikan dengan penurunan rata-rata panjang dan bobot individu dalam populasi akan merubah struktur trofik dalam ekosistem. Rendahnya kelimpahan populasi tersebut akan menghasilkan peningkatan tingkat trofik rendah karena mangsa terhindar dari pemangsaan. Kondisi tersebut menyebabkan sumber daya ikan secara bertahap berubah dari spesies yang berada di tingkat trofik atas menjadi spesies yang berada pada tingkat trofik bawah dalam jejaring makanan (Jaureguizar & Milessi 2008 dan Freire & Pauly 2010).

Namun hasil raktikum ini sesuai dengan hasil penelitian ningrum (2011) yang mendapatkan bahwa ikan kembung perempuan memiliki tingkat trofik 2,72. kemudian menurut klasifikasi froese dan pauly (2010) ikan kembung termasuk ke dalam tingkat trofik 2 dengan interval tingkat trofik 2,1-2,9 dimana ikan pada tingkat trofik ini termasuk omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan.

.

37

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan data hasil pengamatan pada praktikum Biologi Perikanan Mengenai Pertumbuhan, Reproduksi, dan Food dan Feeding Habits dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Pertumbuhan ikan kembung perempuan yang digunakan dalam praktikum biologi perikanan ini memiliki tipe pertumbuhan allometrik negatif, karena memiliki nilai b < 3 (b = 1,3), dimana pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding pertumbuhan bobot ikan

2. Reproduksi ikan kembung perempuan memiliki rasio kelamin jantan yang lebih banyak dibanding betina, sehingga ikan kembung perempuan termasuk kelompok poliandri.

3. Ikan kembung perempuan termasuk kedalam ikan omnivora atau pemakan segala, ikan kembung perempuan mencari makan dengan cara menyaring plankton di perairan dengan tapis insang.

Dokumen terkait