• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Energi dan sumber daya mineral, pariwisata, perindustrian, perdagangan dan transmigrasi

2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah

2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan

penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.

2.1.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Salah satu indikasi yang dapat menggambarkan kemampuan ekonomi daerah dapat dilihat dari pola konsumsi masyarakatnya. Semakin maju daerah tersebut maka pola konsumsinya akan bergeser ke pengeluaran non makanan.

Tingkat kesejahteraan penduduk dapat pula dilihat dari pola konsumsinya dan pengeluaran perkapita. Secara umum, pengeluaran rumah tangga di bagi ke dalam dua kategori yaitu pengeluaran untuk konsumsi makanan dan non-makanan.

Apabila proporsi konsumsi makanan jauh lebih besar dibanding proporsi konsumsi non-makanan menunjukkan bahwa taraf hidup penduduk tersebut tergolong masih rendah, karena mereka masih cenderung memenuhi kebutuhan pangan terlebih dahulu dibanding kebutuhan nonpangan seperti sandang, papan, kesehatan dan pendidikan.

2.1.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah

Infrastruktur merupakan faktor penting dalam pengembangan wilayah, dimana infrastruktur wilayah merupakan jaringan penghubung antara kawasan produksi ke kawasan pemasaran. Pengembangan infrastruktur wilayah harus mengacu pada rencana tata ruang, karena pembangunan sektoral harus sinergi dengan pembangunan wilayah yang tertuang dalam rencana tata ruang.

Analisis kinerja atas fasilitas infrastruktur wilayah dilakukan terhadap indikator-indikator : rasio panjang jalan per jumlah kendaraan, jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum, jumlah orang/barang melalui terminal per tahun, ketaatan terhadap RTRW, luas wilayah produktif, luas wilayah industri, luas wilayah kebanjiran, luas wilayah kekeringan, luas wilayah perkotaan, jenis dan jumlah bank dan cabang, jenis dan jumlah perusahaan, jenis, kelas, dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang, jenis, kelas dan jumlah restoran, jenis, kelas dan jumlah penginapan/hotel, persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih, rasio ketersediaan daya listrik, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik, dan persentase penduduk yang menggunakan telepon/HP.

Ketersediaan infrastruktur yang layak dan memadai merupakan pendukung utama pembangunan suatu wilayah, sekaligus sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Infrastruktur lainnya seperti kelistrikan dan irigasi merupakan salah satu aspek terpenting untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi.

Ketersediaan jaringan air bersih serta pengelolaannya dan peningkatan layanan publik yang dikelola oleh pemerintah seperti prasarana kesehatan, pendidikan, dan sarana olahraga secara berkelanjutan sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.

2.1.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi

Investasi merupakan salah satu indikator penting dalam meningkatkan pembangunan perekonomian. Investasi akan mendoromg pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru sehingga diharapkan akan mengurangi beban pengangguran dan kemiskinan. Kondisi keamanan dan politik di Kabupaten Soppeng merupakan modal penting dalam menarik minat investor.

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan iklim investasi dapat dilihat dari indikator kinerja angka kriminalitas. Angka kriminalitas dapat

menggambarkan tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah angka kriminalitas maka semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat.

2.1.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan. Pembangunan sumber daya manusia harus benar-benar diarahkan dan ditingkatkan agar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin, profesional dan mampu mengembangkan serta menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Soppeng.

Gambaran umum kondisi daerah dan aspek daya saing daerah terkait dengan sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk.

a. Kualitas tenaga kerja

Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan di Kabupaten Soppeng adalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang di tamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja di suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan.

Grafik 2.4

Persentase Angka Partisipasi Murni (APM)

Kabupaten Soppeng Tahun 2013

Sumber : Soppeng dalam Angka 2013

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting bagi pembangunan ekonomi, khususnya dalam upaya pemerintah untuk

90.41 96.63 97.73 66.59 85.53 72.2 52.37 52.6 57.82 0 20 40 60 80 100 120 2011 2012 2013 SD SMP SMA

mengurangi penduduk miskin. Data ketenagakerjaan merupakan data vital yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan apabila ditinjau dari dimensi ekonomi dan dimensi sosial merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan ekonomi.

Salah satu permasalahan dalam ketenagakerjaan yaitu terbatasnya lapangan kerja. Keterbatasan lapangan kerja menyebabkan banyak tenaga kerja yang tidak terserap sehingga banyak penduduk yang menganggur. Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena memberikan pengaruh ke banyak hal baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengangguran mempengaruhi daya beli masyarakat dikarenakan dengan tidak adanya pekerjaan yang dimiliki, maka tidak ada pula pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut yang menyebabkan kemiskinan dan peningkatan kriminalitas pada masyarakat. Oleh karena itu, perlu diusahakan penciptaan dan perluasan lapangan kerja, peningkatan keterampilan tenaga kerja serta produktivitas tenaga kerja sebagai fokus pembangunan bidang ketenagakerjaan saat ini, sehingga pada akhirnya akan mengurangi jumlah penduduk miskin dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Angkatan Kerja merupakan penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan (pengangguran). Indikator Angkatan Kerja bermanfaat untuk mengetahui jumlah penduduk yang berpotensi untuk bekerja. Sedangkan Bukan Angkatan Kerja merupakan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang selama seminggu yang lalu aktivitasnya tidak berkaitan dengan kegiatan bekerja secara produktif yaitu meliputi kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Soppeng yang merupakan hasil estimasi Sakernas Agustus 2012, penduduk yang berumur 15 tahun ke atas di Kabupaten Soppeng pada tahun 2012 dari total jumlah penduduk Kabupaten Soppeng yang terdiri dari 62,05% orang angkatan kerja dan 37,95% orang bukan angkatan kerja. Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja sebesar 58,23% orang dan penduduk yang menganggur atau penganggur (terbuka) yaitu sebesar 3,82% orang.

Grafik 2.5

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Termasuk Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

Di Kabupaten Soppeng Tahun 2013

Sumber Data : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Soppeng Grafik 2.6

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Termasuk Angkatan Kerja Di Kabupaten Soppeng Tahun 2013

Sumber Data : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Soppeng

b. Tingkat ketergantungan

Tingkat ketergantungan penduduk digunakan untuk melihat gambaran besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih bergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya.

Selain itu penduduk usia diatas 64 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja.

94.461 70.616 0 20 40 60 80 100

Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja

0 20 40 60 80 100 Bekerja Penganggur (Terbuka) 88.267 1.01 Jiwa

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan