• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Kebidanan Berdasarkan 7 Langkah Manajemen Menurut Varney

1. Langkah I : Pengkajian a. Data subjektif

1) Identitas

a) Identitas pasien

Nama : Perlu dikaji dengan jelas dan lengkap agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan asuhan kebidanan. (Estiwidani, 2008)

Umur : untuk mengetahui adanya rIsiko dalam penggunaan AKBK. Selain itu untuk mengetahui dalam fase menunda atau mengakhiri kehamilan. (Hanafi, 2004; h. 30-31)

Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan pasien sehingga akan lebih mudah dalam pemberian pendidikan kesehatan. (Saifuddin. 2006; h.U-3)

Pekerjaan : untuk mengetahui jenis pekerjaan apakah berhubungan dengan IMS (Infeksi Menular Seksual) atau tidak. Karena implant tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual, termasuk AIDS sehingga pengguna implant dengan resiko perlu menggunakan kondom saat berhubungan seksual. (Saifuddin. 2006; MK-57)

Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas dan lengkap dengan nomer rumah, nama jalan, RT, RW, kelurahan dan kecamatan serta bila ada nomer telponnya. Kejelasan alamat keluarga

ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu dapat dihubungi, disamping itu setelah pasien pulang mungkin diperlukan kunjungan rumah (Matondang S, 2009; h.6).

2) Alasan Datang

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah yang diharapkan calon akseptor baru terhadap alat kontrasepsi yang akan digunakan, diantaranya :

a) Cara temporer (sapcing), yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi.

b) Cara permanen (kontrasepsi mantap), yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen.

(Proverawati, dkk. 2010; h.1)

3) Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi klien berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi. Jika keluhan klien menjurus pada penyakit kulit atau penyakit-penyakit yang menjadi kontra indikasi pemasangan implant ( Hanafi. 2004; h. 180-182 ) anjurkan klien untuk tidak menggunakan KB implant.

4) Riwayat Kesehatan

Untuk mengetahui keadaan ibu saat ini apakah ibu sedang menderita suatu penyakit yang menyebabkan pasien tidak diperbolehkan menggunakan KB implant yaitu hamil atau diduga hamil. Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, memiliki benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara, perempuan yang tidak dapat menerima perubaha pola haid yang terjadi, memiliki mioma uterus dan kanker payudara, mengalami gangguan toleransi glukosa. (Sulistyawati Ari. 2012; h.82) b) Riwayat kesehatan dahulu

Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit yang berpengaruh terhadap alat kontrasepsi yang akan dipakai (KB implant) seperti tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli, penyakit hati akut, tumor hati jinak atau ganas, karsinoma payudara / tersangka karsinoma payudara, tumor / neoplasma ginekologik, penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus. ( hanafi. 2004; h. 180-182 )

c) Riwayat kesehatan keluarga

Data keluarga pasien perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah dalam keluarga klien ada riwayat penyakit yang bisa menurun dan berpengaruh terhadap penggunaan implant misalnya penyakit hipertensi, diabetes mellitus. ( Hanafi. 2004; h. 180-182 )

5) Riwayat Menstruasi

a) HPHT untuk mengetahui siklus menstruasi, adanya keterlambatan, dan untuk mengetahui adanya kehamilan atau tidak.

b) Siklus menstruasi dan lamanya untuk mengetahui apakah mempunyai riwayat menstruasi yang teratur atau tidak karena penggunaan implant akan berpengaruh pada hal tersebut. c) Perdarahan pervaginam juga perlu diketahui karena

penggunaan implant tidak diperbolehkan untuk penderita perdarahan pervaginam yg tidak diketahui penyebabnya. d) Flour albus, karena penggunaan kontrasepsi hormonal dapat

meningkatkan flour albus. (Hanafi. 2004; h. 183) 6) Riwayat Obstetri

Para (P).... Abortus (A)...., meliputi: perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, BB bayi lahir kuran dari 2500 gram atau lebih dari 4000 gram serta masalah kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. (Muslihatun. 2009; h. 226)

7) Riwayat perkawinan

Riwayat perkawinan terdiri atas: status perkawinan, perkawinan ke, umur klien saat perkawinan dan lama perkawinan karena usia pernikahan mempengaruhi kematangan organ reproduksi. (Muslihatun. 2009; h. 226)

8) Riwayat keluarga Berencana (KB)

Untuk mengetahui apakah ibu sudah pernah menggunakan alat kontrasepsi dan apakah ibu pernah mengalami permasalahan selama penggunaan alat kotrasepsi tersebut.

Riwayat Keluarga Berencana, meliputi: jenis metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat pemasangan dan berhenti, keluhan/alasan berhenti. (Muslihatun. 2009; h. 226)

Tidak disarankan menggunakan implant apabila pernah mempunyai riwayat menggunakan KB hormonal dan mengalami masalah.

9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari a) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan dan makanan pantangan atau yang dihindari. Karena efek dari penggunaan KB implant adalah kenaikan berat badan. (Handayani Sri. 2010; h. 120-122)

b) Aktivitas

Perlu dikaji pada pola aktivitas klien, apabila pekerjaannya terlalu berat yang bertumpu pada lengan dapat menyebabkan terjadinya ekspulsi. (Handayani Sri. 2010; h. 120-122)

c) Pola Seksualitas

Perlu dikaji karena untuk mengetahui kapan terakhir kali berhubungan yang mungkin dapat menyebabkan kehamilan dan kehamilan adalah kontraindikasi pemasangan implant. ( Hanafi. 2004; h. 180-182 )

d) Personal hygiene

Karena penggunaan implant dapat meningkatkan flour albus maka klien harus menjaga kebersihan terutama di bagian

genetalia untuk menghindari tumbuhnya jamur dan bakteri. (Hanafi. 2004; h. 183)

10) Data Psikologis, social da cultural

a) Psikologis meliputi pengetahuan dan respon klien terhadap semua metode kontrasepsi yang digunakan saat ini, keluhan/ kondisi yang dihadapi saat ini, apakah penggunaan KB ini dipaksa atau tidak.

b) Sosial meliputi jumlah keluarga dirumah, respon keluarga terhadap metode kontrasepsi dan atau kontrasepsi yang digunakan saat ini, dukungan keluarga, pengambilan dan pilihan tempat mendapat pelayanan kontrasepsi. (Muslihatun, 2009; h. 227)

c) Kultural berkaitan dengan ada atau tidaknya adat yang melarang penggunaan kontrasepsi.

b. Data objektif

1) Pemeriksaan Fisik Umum a) Keadaan umum

Keadaan umum, meliputi: kesadaran dan BB (Muslihatun, 2009; h. 227)

Kesadaran meliputi :

(1) Composmentis yaitu sadar penuh dan respon cukup terhadap stimulus yang diberikan

(2) Apatis yaitu acuh tak acuh terhadap keadaan sekitar

(3) Somnolen yaitu kesadaran lebih rendah, selalu ingin tidur, tidak responsif terhadap rangsangan ringan dan masih memberikan respon pada rangsangan yang kuat

(4) Sopor yaitu tidak memberika responringan mau sedang, tetapi masih memberikan sedikit respon pada ranngsangan yang kuat, ditandai refleks pupil terhadap cahaya masih positif

(5) Koma yaitu tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apa pun, refleks pupil terhadap cahaya tidak ada

(6) Delirium yaitu tingkat kesadaran paling bawah, disorentiasi, sangan iriatif, kacau, salah persepsi terhadap rangsangan sensorik.

(Muslihatun. 2009; h. 201-202)

b) Tanda-tanda vital (1) Tekanan darah

Tekanan Darah >180/110 mmHg, yang menyebabkan tidak diperbolehkan menggunakan implant, karena dapat memperparah hipertensinya. (Saifuddin, 2006. H. MK-55) (2) Suhu

Suhu dikaji untuk mengetahui suhu tubuh klien. Apabila terjadi kenaikan, maka diduga terjadinya infeksi pada daerah insersi. (Handayani Sri. 2010; H. 120-122)

(3) Kepala dan Leher

(a) mata meliputi warna kelopak mata, warna sklera untuk mengetahui adanya sianosis atau tidak

(b) mulut meliputi warna bibir, keadaan gigi ada karies atau tidak untuk mengetahui adanya sianosis dan kebersihan mulut.

(c) Leher meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan limfe untuk mengetahui ada atau tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe

(Muslihatun. 2009; h. 227) (4) Payudara

Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi aerola, keadaan puting susu, adanya benjolan / masa yang mencurigakan, pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar limfe jika ada maka itu merupakan kontra indikasi pemasangan implant sehingga klien tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi implant. ( Hanafi, 2004; h. 180-182 )

(5) Abdomen

Meliputi adanya pembesaran, adanya benjolan / masa tumor, pembesarah hepar, nyeri tekan dan jika ada maka itu merupakan kontra indikasi pemasangan implant sehingga klien tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi implant. (Muslihatun, 2009; h. 227)

Selain itu pembesaran abdomen dapat dicurigai terjadinya kehamilan.

(6) Ekstremitas

Meliputi, varises pada kaki, klien dengan varises dikaki tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi implant karena dapat memperparah varisesnya. (Muslihatun, 2009; h. 227)

Meliputi adanya perdarahan pervaginam dan flour albus yang abnormal karena perdarahan pervaginam merupakan kontra indikasi pemasangan implant dan pemakaian implant akan meningkatkan flour albus yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi jamur dan bakteri di genitalia. (Muslihatun, 2009; h. 227)

2) Pemeriksaan penunjang

Pada kondisi tertentu, calon / akseptor KB harus menjalani pemeriksaan penunjang untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan dan keperluan menegakkan adanya kehamilan. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada calon / akseptor KB adalah pemeriksaan PP Test / Pemeriksaan HCG dalam urin, untuk memastikan apakah calon peserta KB hamil atau tidak, dan jika hamil maka tidak dapat dilakukan pemasangan implant (Muslihatun, 2009; h. 228)

2. Langkah II : Interpretasi data dasar a. Diagnosis kebidanan

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data – data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Sehingga muncul diagnosa sebagai berikut : Ny... P... A... Umur.... tahun sebagai calon akseptor baru kontrasepsi implant

3. Langkah III : Diagnosis Potensial a. Ekspulsi

Lepasnya batang implant pada daerah pemasangan (ekspulsi) dapat terjadi akibat melakukan pekerjaan terlalu berat, terutama pada tangan tidak dominan yang terpasang implant (Varney, 2006; 485)

b. Infeksi

Infeksi dapat terjadi pada akseptor KB implat, karena perawatan daerah insersi yang kurang bersih, dan daerah insersi yang basah akan menyebabkan bakteri lebih mudah masuk dan menimbulkan infeksi. (Handayani Sri. 2010; H.122)

Penggunaan alat yang tidak steril pada saat pemasangan dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada klien. (Handayani Sri, 2010; h. 134 )

4. Langkah IV : Identifikasi Tindakan segera, Konsultasi, Dan Kolaborasi a. Ekspulsi

Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatya, pasang kapsul baru satu buah pada tempat insersi yag berbeda.

Bila ada innfeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau ganti cara. (Handayani Sri. 2010; h. 121)

Bila infeksi tanpa nanah bersihkan degan sabu dan air atau antiseptic, berikan antibiotic yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan minta klien control 1 mg lagi. Bila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru dilengan yang lain atau ganti cara. Bila ada abses bersihkan dengan antiseptic, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, beri antibiotika oral 7 hari. (Handayani Sri. 2010; h. 122)

5. Langkah V : Perencanaan

a. Berikan KIE tentang alat kontrasepsi Implant yaitu pengertian implant, jenis implant, pengertian norplant-2, cara kerja implant, keuntungan dan kerugian norplant-2, kontra indikasi implant, efeksamping dan fektifitas.

b. Berikan Inform consent

c. Persiapkan alat – alat yang akan digunakan d. Pemasangan Implant

e. Jelaskan tentang perawatan umum Implant f. Memberikan KIE tentang kunjungan ulang 6. Langkah 6 : Pelaksanaan

Rencana asuhan yang diberikan kepada akseptor baru Implant a. Memberikan KIE tentang alat kontrasepsi Implant, antara lain :

2) Pengertian Implant

fungsi : agar klien mengetahui dan paham tentang apa itu implant. 3) jenis – jenis implant

fungsi : agar klien mengetahui jenis-jenis dari implant dan bisa memilih jenis implant mana yang sesuai dan dikehendaki.

fungsi : agar klien mengetahui bagaimana cara kerja implant yang dipilih klien.

5) keuntungan implant

fungsi : agar klien mengetahui keuntungan apa saja yang didapat dalam penggunaan implant.

6) kerugian implant

fungsi : agar klien mengetahui apa saja kerugian dari penggunaan implant sehingga klien bisa mempertimbangkan pemilihan implant. 7) persyaratan pemakaian implant

fungsi : agar klien mengetahui syarat yang dibutuhkan bagi calon pengguna implant sehingga klien bisa mempertimbangkan apakah dirinya sudah memenuhi syarat sebagai pegguna implant atau tidak.

8) efektifitas implant

fungsi : agar klien mengetahui keefektifan penggunaan implant. b. Melakukan inform choice dengan memberikan pilihan jenis kontrasepsi

yang akan digunakan oleh klien

c. Mengisi inform consent dan minta tanda tangan dari pasien dan suami sebagai saksi

d. Pemasangan

1) Persiapan alat – alat yang diperlukan: a) Sabu anti septic

b) Kasa steril

c) Cara antiseptic (betadine)

d) Kain steril yang mempunyai lubang e) Obat anastesi local

f) Sepuit dan jarum suntik g) Trokar

h) Sepasang sarung tangan steril i) Satu set kapsul Norplant j) Scalpel yang tajam

Alat dipersiapkan dengan lengkap dan sesuai dengan kebutuhan agar tidak terjadi adanya kekurangan pada saat pelaksanaan pemasangan implant.

2) Tehnik pemasangan

a) Tenanga kesehatan mencuci tangan dengan sabun

b) Daerah tempat pemasanga ( lengan kiri bagian atas ) dicuci dengan sabun antiseptic

c) Calon akseptor dibaringkan terlentang ditempat tidur dan lengan kiri diletakkan pada meja kecil disamping tempat tidur akseptor

d) Gunakan hand scoon steril dengan benar

e) Lengan kiri pasien yang akan dipasang diolesi dengan cairan antiseptic / betadin

f) Daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengan kain steril yang berlubang

g) Dilakukan injeksi obat anestesi kira-kira 6-10 cm diatas lipata siku

h) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm dengan skalpel yang tajam

i) Trocart dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan bawah kulit

k) Demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedua, kapsul dibawah kulit diletakkan demikian rupa sehingga membentuk seperti huruf “V”

l) Setelah semua kapsul berada dibawah kulit, trokar ditarik pelan-pelan keluar

m) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak

n) Dekatkan luka da beri plaster kemudian dibalut dengan perban untuk mencegah perdarahan dan agar tidak terjadi haematom

o) Nasehat pada akseptor agar luka jangan basah, selama lebih kurang 3 hari dan datag kembali jika terjadi keluhan-keluhan yang mengganggu

( Handayani Sri. 2010; H. 122 – 128 )

Pemasangan implant harus sesuai dengan prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam pemasangan yang dapat merugikan pengguna implant.

e. Perawatan umum

1) Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi.

2) Perlu dijelaskan bahwa mungkin akan terasa sedikit perih, pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi, tetapi hal ini tidak perlu dikhawatirkan.

3) Pekerjaan rutin harian tetap dapat dilakukan, amun hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah insersi.

4) Balutan penekanan tetap ditinggalkan selama 48 jam, sedangkan plaster tetap dipertahankan hingga luka sembuh ( biasanya lima hari ).

5) Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar.

6) Apabila ditemukan adanya tanda – tanda infeksi seperti demam, peradangan, atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.

( Sulistyawati ari. 2012; h. 84 ) f. Kunjungan Ulang

Klien dianjurkan untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari setelah pemasagan untuk menilai luka bekas insisi. Dan kunjungan ulang juga dapat dilakukan jika ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut implant. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implant dipasang bila ada keluhan.

7. Langkah 7 : Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan pelaksanaan yang sudah dilakukan. Apakah setelah dilakukan pelaksanaan tersebut memberikan dampak atau therapy yang positive bagi pasien atau tidak (Estiwidani, 2008).

Dokumen terkait