1. Pengkajian
a. Chest X-Ray : dapat menunjukkan hiperinflation paru, flattened diafragma, peningkatan ruang udara retrosternal, penurunan tanda vaskular/bulla (emfisema), peningkatan bentuk bronchovaskular (bronchitis), normal ditemukan saat periode remisi (asthma)
b. Pemeriksaan Fungsi Paru :
dilakukan untuk menentukan penyebab dari dyspnea, menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi, memperkirakan tingkat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek dari terapi, misal : bronchodilator
c. TLC : meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada asthma, menurun pada emfisema
d. Kapasitas Inspirasi : menurun pada emfisema
e. FEV1/FVC : ratio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital (FVC) menurun pada bronchitis dan asthma
f. ABGs : menunjukkan proses penyakit
kronis, seringkali PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) tetapi seringkali menurun pada asthma, pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asthma)
g. Bronchogram : dapat menunjukkan dilatasi dari bronchi saat inspirasi, kollaps bronchial pada tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran kelenjar mukus (bronchitis)
h. Darah Komplit : peningkatan
hemoglobin (emfisema berat), peningkatan eosinofil (asthma) i. Kimia Darah : alpha 1-antitrypsin
dilakukan untuk kemungkinan kurang pada emfisema primer j. Sputum Kultur : untuk menentukan
adanya infeksi, mengidentifikasi patogen, pemeriksaan sitologi untuk menentukan penyakit keganasan atau allergi
k. ECG : deviasi aksis kanan,
gelombang P tinggi (asthma berat), atrial disritmia (bronchitis), gel. P pada Leads II, III, AVF panjang, tinggi (bronchitis, emfisema), axis QRS vertikal (emfisema)
l. Exercise ECG, Stress Test :
menolong mengkaji tingkat disfungsi pernafasan, mengevaluasi keefektifan obat bronchodilator, merencanakan/evaluasi program. 2. Rencana asuhan keperawatan pada klien
COPD
Intervensi dan rasional pada penyakit ini didasarkan pada konsep Nursing Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification (NOC).
No Diagnoa Keperawatan (NANDA)
Perencanaan
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) & Rasional 1 Bersihan jalan nafas tak
efektif yang berhubungan dengan :
Bronchospasme
Peningkatan produksi sekret (sekret yang tertahan, kental)
Status Respirasi : Kepatenan Jalan nafas # dengan skala…….. (1 – 5) setelah diberikan perawatan selama……. Hari, dengan kriteria :
Tidak ada demam
a. Manajemen jalan nafas Rasional : untuk menghindari terjadi nya obtruktif jalan nafas yang disebabkan oleh peningkatan sekret
Menurunnya energi/fatique Data-data
Klien mengeluh sulit untuk bernafas
Perubahan
kedalaman/jumlah nafas, penggunaan otot bantu pernafasan
Suara nafas abnormal seperti : wheezing, ronchi, crackles
Batuk (persisten) dengan/tanpa produksi sputum.
Tidak ada cemas
RR dalam batas normal
Irama nafas dalam batas normal
Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
Bebas dari suara nafas tambahan
b. Latih batuk efektif Rasional : bertujuan untuk mengeluarkan sekrek c. Terapi oksigen Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen d. Pemberian posisi Rasional : mengatur posisi dapat meningkatkan sirkulasi e. Monitoring tanda vital
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien
menghindari komplikasi 2 Kerusakan Pertukaran gas
yang berhubungan dengan : Kurangnya suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekret, bronchospasme, air trapping) Destruksi alveoli Data-data : Dyspnea Confusion, lemah Tidak mampu mengeluarkan secret Status Respirasi :
Pertukaran gas # dengan skala ……. (1 – 5) setelah diberikan perawatan selama……. Hari dengan kriteria :
Status mental dalam batas normal
Bernafas dengan mudah
Tidak ada cyanosis
PaO2 dan PaCO2 dalam batas normal
Saturasi O2 dalam rentang normal
a. Manajemen asam dan basa tubuh
Rasional : mencegah komplikasi akibat penurunan atau peningkatan PCO2 b. Manajemen jalan nafas
Rasional : untuk memfasilitasi
kepatenan jalan nafas c. Terapi oksigen
Rasional : memberikan oksigen dan memantau
Nilai ABGs abnormal
(hipoxia dan
hiperkapnia)
Perubahan tanda vital Menurunnya toleransi terhadap aktifitas.
aktivitas
d. Monitoring tanda vital Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien menghindari komplikasi 3 Ketidakseimbangan nutrisi
Kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan :
Dyspnea, fatique Efek samping pengobatan Produksi sputum Anorexia, nausea/vomiting. Data :
Penurunan berat badan Kehilangan masa otot, tonus otot jelek
Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa Tidak bernafsu untuk makan.
Status Nutrisi : Intake cairan dan makanan gas # dengan skala ……. (1 – 5) setelah diberikan perawatan selama……. Hari dengan kriteria :
Asupan makanan skala (1 – 5) (adekuat)
Intake cairan peroral (1– 5) (adekuat)
Intake cairan (1 – 5) (adekuat)
Status Nutrisi : Intake Nutrien gas # dengan skala ……. (1 – 5) setelah diberikan perawatan selama……. Hari dengan kriteria :
Intake kalori (1 – 5) (adekuat)
Intake protein,
karbohidrat dan lemak (1 – 5) (adekuat)
Kontrol Berat Badan gas # dengan skala ……. (1 – 5)
a. Manajemen cairan Rasional : membantu kebutuhan cairan tubuh b. Monitoring cairan Rasional : menghindari kelebihan atau kekurangan cairan c. Manajemen gangguan makan Rasional : untuk mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi d. Terapi nutrisi Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi e. Kontroling nutrisi Rasional : mempertahankan intake dan output f. Manajemen berat
badan.
Rasional : untuk apakah terapi diet yang
setelah diberikan perawatan selama……. Hari dengan kriteria :
Mampu memeliharan intake kalori secara optimal (1 – 5)
Mampu memelihara keseimbangan cairan (1 – 5)
Mampu mengontrol asupan makanan secara adekuat (1 – 5).
diberikan berhasil
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
1. Usia lanjut adalah
suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa di hindari siapapun. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat (Hurlock, 2000).
2. Batasan Lansia
menurut Setyonegoro, dimana usia dewasa muda ( Elderly adulhood) 20 – 25 tahun, usia dewasa penuh ( middle years ) atau maturitas 25 – 60 atau 65 tahun, lanjut usia ( geriatric age ), lebih dari 65 atau70 tahun. Terbagi untuk umur 70 – 75 tahun ( young old), 75– 80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun ( very old ).
3. Menurut WHO tahun 2005, Lanjut usia meliputi usia pertengahan yakni kelompok usia 45-59 tahun, Lanjut usia (Elderly) yakni 60-74 tahun, usia lanjut tua (Old) yakni 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yakni lebih dari 90 tahun.
4. Tipe lansia tergantung dari karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonomi
5. Proses penuaan merupakan konsekuensi
yang tidak bisa dihindari oleh setiap manusia. Walaupun proses penuaan merupakan suatu proses yang normal, akan tetapi keadaan ini lebih menjadi beban.
6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada usia
lanjut seperti penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek sosial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan perubahan dalam peran sosial dimasyarakat
7. Perubahan anatomi fisiologi sistem
pernapasan pada lansia yaitu perubahan anatomik pada respirasi, perubahan fisiologik pada pernapasan, faktor-faktor yang memperburuk fungsi paru, dan penyakit pernapasan pada usia lanjut
8. Gangguan pada sistem pernafasan pada lansia seperti pneumonia, tb paru, asma, bromkiektaksis, dan epusi pleura
9. Asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem pernafasan meliputi pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi
B. Saran
Diaharapkan agar institusi lebih mengembangkan pendidikan keperawatan gerontik, khusus nya gangguan system pernafasan pada lansia serta asuhan keperawatan yang tepat
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat memahami tentang system pernafasan pada lansia serta asuhan keperawatan yang tepat pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo B, Martono H. 2006. Buku ajar geriatri edisi ke-3. Jakarta: balai penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia.
Herdman, T. Heather.2012. diagnosis keperawatan: definisi danklasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Lukman HM. 2009. Kegawat darutanan pada pasien geriatri. In: buku ajar ilmu penyakit dalam. Interna publishing: jakarta. Ed V jilid 1.
Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik, ed 2.Jakarta:EGC
Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC. Wood, Under J.C.E. 1996. Patologi Umum dan Sistemik. Jakarta : EGC Nanda. 2012. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan NANDA Nort American
Nursing Diagnosis Association NIC-NOC. Yogyakarta : Media Hardy Acton, Sharon Enis & Fugate, Terry (1993) Pediatric Care Plans, AddisonWesley
Co. Philadelphia
Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Hurlock, 2000., Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga, Jakarta
Nugroho, 2008., Keperawatan Gerontik. EGC, Jakarta Watson, 2003., Perawatan pada Lansia. EGC, Jakarta.