• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4 Analisis Break Even Point 1 Pengertian Break Even Point

2.4.6 Asumsi-Asumsi dalam Analisa Break-Even

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa kelemahan dari analisis titik impas adalah karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi asumsi ini memang harus dilakukan jika kita mau analisis ini dapat menghasilkan seperti yang kita harapkan. Kemudian dengan asumsi-asumsi ini analisis titik impas dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya saja asumsi yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya sering diambangkan. Oleh karena itu, para manajer menganggap bahwa asumsi ini harus tetap dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan dari analisis titik impas bila kita mau menggunakannya. Adapun asumsi dan beberrapa keterbatasan analisis titik impas sebagai berikut:

1. Penentuan biaya

Dalam analisis titik impas hanya digunakan dua macam biaya, yaitu: biaya tetap dan biaya variabel. Artinya, kita harus memisahkan dahulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Yaitu dengan mengelompokkan bbiaya tetap disatu sisi, dan biaya variabel disisi lain. Dalam hal ini secara umum untuk memisahakan kedua biaya ini relative sulit, karena ada biaya yang tergolong semi variabel dan tetap.

Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut:

a. Pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsure biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada, beserta sifat- sifat dari biaya tersebut.

b. Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah dengan memisahkan biaya tetap dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.

2. Biaya tetap

Biaya tetap merupaka biaya yang secara total tidak mengalami perubahan walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya, kita menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki. Namun untuk kapasitas produksi bertambah, maka biaya tetap juga menjadi lain. Contoh biya tetap adalah, seperti gaji, penyusutan biaya aktiva tetap, bunga, sewa biaya kantor dan biaya tetap lainnya.

3. Biaya variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan volume produksi atau penjualan. Artinya, asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjuala. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar aka nada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan. Contoh biya variabel, biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan biaya variabel lainnya.

4. Harga jual

Harga jualmaksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.

Artinya, diasumsikan harga jual persatuan tidak dapat berubah selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan langsung dengan produk maupun tidak.

Oleh karena itu, asumsi ini tetap digunakan agar analisis titik impas yang digunakan dapat menjadi pedoman manajemen untuk merencanakan hal-hal diatas. Yang jelas bila asumsi ini tidak digunakan, maka sudah dapat dipastikan pencapaian tujuan perusahaan besar kemungkinan akan meleset. Artinya, perhitungan titik impas tidak akan memberikan arti seperti yang diharapkan.

Didalam menganalisa Break-Even termasuk menghitung dan mengumpulkan angka-angka yang dihitung itu, analisa Break-Even menetapkan syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat itu tidak ada dalam kenyataannya, maka harus diadakan atau dianggap ada atau diperlakukan seperti dipersyaratkan. Jadi jika syaratnya tidak ada, dapat dianggap ada. Inilah yang disebut asumsi. (Sigit, 1990:2)

Menurut Sigit (1990:3) asumsi-asumsi yang diperlukan agar supaya dapat menganalisa Break-Even ialah:

1. Bahwa biaya-biaya yang terjadi didalam perusahaan yang bersangkutan (yang dihitung Break-Even) dapat diidentifikasikan (ditetapkan) sebagai biaya variabel atau sebagai biaya tetap. Biaya-biaya yang meragukan apakah sebagai biaya variabel atau sebagai biaya tetap harus tegas-tegas dimasukkan kedalam salah satu, “variabel” atau “tetap”. Biaya semi-variabel dimasukkan kedalam biaya variabel, biaya semi-tetap dimasukkan kedalam biaya tetap.

Hanya ada dua kelompok biaya yaitu “biaya variabel” dan “biaya tetap” saja apabila kita menghitung dan membuat analisa Break-Even.

2. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya tetap itu akan tetap konstan, tidak mengalami perubahan meskipun volume produksi atau volume kegiatan berubah.

3. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya variabel itu akan tetap sama jika dihitung biaya per unit produknya, berapapun kuantitas unit yang diproduksikan. Jika kegiatan produksi berubah, biaya variabel itu berubah proporsional dalam jumlah seluruhnya, sehingga biaya per unit nya akan tetap sama.

4. Bahwa harga jual per unit akan tetap saja, berapapun bayaknya unit produk yang dijual. Harga jual per unit tidak akan turun meskipun pembeli membeli banyak. Juga sebaliknya harga per unit tidak akan naik, meskipun langganan membeli hanya sedikit. Sedikit ataupun banyak yang dibeli, harga per unit akan tidak mengalami perubahan.

5. Bahwa perusahaan yang bersangkutan menjual/memproduksi hanya satu jenis barang. Jika ternya memproduksi/menjual lebih dari satu jenis produk, maka produk-produk itu harus dianggap sebagai satu jenis produk dengan kombinasi (mix) yang selalu tetap.

6. Bahwa ada sinkronisasi didalam perusaaan yang bersangkutan antara produksi dan penjualan; barang yang diproduksikan itu terjual dalam periode yang bersangkutan. Jadi tidak ada sisa produk atau persediaan akhir periode (ataupun pada awal periode). Jika biasanya terdapat persediaan akhir, maka

persediaan itu dianggap telah dijual. Jadi perhiy=tungan Break-Even tidak mengakui adanya barang persediaan.

Dokumen terkait