• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI

2.4 Asumsi Dasar

Menurut Arikunto (2002:61) asumsi atau tanggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh penulis yang dirumuskan secara jelas. Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang peneliti paparkan diatas, peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa Efektivitas Pengelolaan Pemberian Hibah di Kabupaten Serang Provinsi Banten masih belum efektif hal ini terdapat masalah-masalah yang mendasar seperti : (1) Kurangnya Koordinasi dari Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Banten dan pihak Lembaga/Yayasan dalam proses proposal pencairan Dana Hibah. (2) Kurangnya Sosialisasi Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Banten terhadap Lembaga/Yayasan. (3) Adanya Lembaga/Yayasan yang tidak tahu bahwa nama Lembaga/Yayasan tersebut tercantum di daftar penerima Dana Hibah. (4) Adanya Pungutan Liar terhadap Lembaga/Yayasan yang menerima Dana Hibah.

42 3.1. Metode Penelitian

Penelitian yang baik harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, agar apa yang menjadi hasilnya merupakan hasil yang maksimal. Tujuan penelitian ada tiga macam yaitu bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.

Penelitian Kualitatif adalah merupakan metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapapun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan (Creswell, 2007 : 4).

Analisis data induktif (inductive data analysis) para peneliti kualitatif membangun pola-pola, kategori-kategori, dan tema-temanya dari bawah ke atas (induktif), dengan mengolah data kedalam unit-unit informasi yang lebih abstrak. Proses induktif ini mengilustrasikan usaha peneliti dalam mengolah secara berulang-ulang tema-tema dan database penelitian hingga peneliti berhasil membangun serangkaian tema yang utuh. Proses ini juga melibatkan peneliti untuk bekerja sama dengan para partisipan secara interaktif sehingga partisipan memiliki kesempetan untuk membentuk sendiri tema-tema dan abstraksi-abstraksi yang muncul dari proses ini.

Creswell (2007 : 20) mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan penelitian kualitatif terdapat lima strategi, yaitu :

1. Entografi merupakan salah satu strategi penelitian kualitatif yang didalamnya peneliti menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam periode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan data wawancara. Proses penelitiannya fleksibel dan biasanya berkembang sesuai kondisi dalam merespon kenyataan-kenyataan hidup yang dijumpai dilapangan (LeCompte & Schensul, 1999)

2. Grounded theory merupakan strategi penelitian yang didalamnya

peneliti “memproduksi” teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal dari pandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini mengharuskan peneliti untuk menjalani sejumlah tahap pengumpulan data dan penyaringan kategori-kategori

atas informasi yang diperoleh (Charmaz, 2006; Strauss dan Corbin, 1990, 1998). Rancangan ini memiliki dua karakteristik utama, yaitu : 1) perbandingan yang konstan antara data dan kategori-kategori yang muncul dan 2) pengambilan contoh secara teoritis (teoretical sampling) atas kelompok-kelompok yang berbeda untuk memaksimalkan kesamaan dan perbedaan informasi.

3. Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake, 1995).

4. Fenomenologi merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Memahami pengalaman-pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah subjek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama didalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan relasi-relasi makna (Moustakas, 1994). Dalam proses ini, peneliti mengesampingkan terlebih dahulu pengalaman-pengalaman pribadinya agar ia dapat memahami pengalaman-pengalaman partisipan yang ia teliti (Nieswiadomy, 1993).

5. Naratif merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki kehidupan individu-individu dan meminta seseorang atau sekelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini kemudian di ceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi naratif. Di akhir tahap penelitian, peneliti harus menggambungkan dengan gaya naratif pandangan-pandangannya tentang kehidupan peneliti sendiri (Clandinin & Connelly, 2000). 3.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan masalah yang peneliti temukan selama di lapangan bahwa yang menjadi fokus penelitian adalah pada Efektivitas Pengelolaan Pemberian Hibah di Kabupaten Serang Provinsi Banten.

3.3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Banten di Jl. Syeh Nawawi Al-Bantani, Palima Serang. Alasan mengapa peneliti mengambil lokus di Biro kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Banten dikarenakan banyaknya kendala dalam pengelolaan Dana Hibah di Provinsi Banten, dari tahun ke tahun permasalahan Dana Hibah di Provinsi Banten tidak terselesaikan.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti rekaman dan kamera. Tetapi alat-alat tersebut benar-benar tergantung kepada peneliti yang menggunakannya. Seperti

yang diungkapkan oleh Moleong bahwa, pencari tahu alamiah (peneliti) dalam mengumpulkan data lebih banyak bergantung pada dirinya sendiri sebagai alat pengumpul data.

3.5. Informan penelitian

Peneliti pada umumnya menelurusi informasi dari berbagai status yang terlibat dalam Efektivitas Pengelolaan Pemberian Hibah di Kabupaten Serang Provinsi Banten, informan yang memiliki kaya informasi dipilih untuk mengkaji kajian yang lebih dalam. Penentuan informan ini dengan memilih narasumber yang secara tidak langsung terlibat dalam Efektivitas Pengelolaan Dana Hibah Provinsi Banten. Berikut informan yang menurut peneliti layak sesuai judul yang peneliti ambil yaitu Efektivitas Pengelolaan Pemberian Hibah di Kabupaten Serang Provinsi Banten, sebagai berikut :

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Informan Kode Informan Keterangan

1. Penerima Dana Hibah (Lembaga/Yayasan)

a. Kepala Yayasan Madrasah Diniyah Awaliyah Madarijul 'Ulum

b. Kepala Yayasan Madrasah Diniyah Awaliyah Darul Ihsan

c. Kepala Yayasan Islam AL-Fathir I1 I1.1 I1.2 I1.3 Key Informan

2. Biro Kesejahteraan Rakyat

Sekretariat Daerah Provinsi Banten a. Staf Biro Kesejahteraan

Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Banten

b. Staf Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Banten

c. Staf Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Banten I2 I2.1 I2.2 I2.3 Secondary Informan Secondary Informan Secondary Informan 3 LSM I3 Secondary Informan (Sumber: Peneliti, 2016)

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dalam kebanyakan penelitian kualitatif mengumpulkan beragam jenis data dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk mengumpulkan informasi dilokasi penelitian. Prosedur-prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif melibatkan empat jenis strategi menurut Creswell (2007 : 267), yaitu :

1. Observasi kualitatif merupakan observasi yang didalamnya peneliti langsung turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu dilokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam / mencatat baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti) aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian. Para peneliti kualitatif juga dapat teribat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non-partisipan hingga partisipan utuh.

2. Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan perkelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (openended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan.

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara

No Dimensi Indikator Kode Informan

1. Pendekatan Sasaran (goal approach) 1. Efesiensi Organisasi 2. Lingkungan yang berbeda 3. Pandangan berbeda mengenai sasaran 4. Stabilitas Organisasi 5. Menyesuaikan

permasalahan yang ada

I1.1, I1.2,I1.3dan I2.1, I3 2. Pendekatan Sumber (system resource approach) 1. Strategi Organisasi 2. Hubungan erat Organisasi 3. Keterbukaan Organisasi 4. menginterpretasikan sifat-sifat lingkungan yang tepat 5. Keberhasilan Organisasi I1.1, I1.3dan I2.1, I2.3 I3 3. Pendakatan Proses (internal process approach)

1. Koordinasi yang terbuka 2. Tahapan proses yang

berjalan lancar 3. Komunikasi yang terbuka 4. Fokus dalam keberlangsungan proses 5. Kerjasama Organisasi I1.1, I1.2,I1.3dan I2.1,I2.2 I3 4. Pendekatan Gabungan 1. Kelemahan Organisasi 2. Penyesuaikan keadaan dilapangan

3. Alur proses sesuai dengan SOP

4. Mengikuti proses yang ada 5. Ketepatan pilihan sumber I1.1, I1.2,I1.3dan I2.1,I2.2 I3

3. Selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen

publik (seperti, koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian, diary, surat, e-mail).

4. Kategori terakhir dari data kualitatif adalah materi audio dan visual. Data ini bisa berupa foto, objek-objek seni, videotape, atau segala jenis suara/bunyi.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam peneltian kualitatif sebagai suatu proses penerapan langkah-langkah dari yang spesifik hingga yang umum dengan berbagai level analisi yang berbeda, sebagaimana yang di tunjukan dalam gambar 3.3, mengilustrasikan pendekatan linier dan hierarkis yang dibangun dari bawah ke atas, tetapi dalam praktiknya pendekan ini lebih interaktif beragam tahap saling berhubungan dan tidak harus selalu sesuai dengan susunan yang telah disajikan Creswell (2007 : 276-284).

Gambar 3.3

Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif

Menginterpretasi tema-tema/deskripsi-deskripsi

Pendekatan diatas dapat di jabarkan lebih detail dalam langkah-langkah analisis berikut ini :

1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi, mengetik data lapangan, atau memilah-milih dan menyusun data tersebut Menvalidasi keakuratan

informasi

Deskripsi Menghubungkan tema-tema/deskripsi-deskripsi (seperti,

grounded theory, studi kasus)

Tema-tema

Men-codingdata (tangan atau komputer

Membaca keseluruhan data

Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis

Data mentah (transkripsi, data lapangan, gambar dan sebagainya)

kedalam jenis-jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi.

2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah membangun general sense atau informasi yang diperoleh dan mereflesikan maknanya secara keseluruhan. Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan partisipan? Bagaimana nada gagasan-gagasan tersebut? Bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas, dan penuturan informasi itu? Pada tahap ini, para peneliti kualitatif terkadang menulis catatan-catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh.

3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Coding

merupakan proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya (Rossman & Rallis, 1998 : 171). Langkah ini melibatkan berbagai tahap : mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi kalimat-kalimat (atau paragraf-paragraf) atau gambar-gambar tersebut kedalam kategori-kategori, kemudian melabeli kategori-kategori ini dengan istilah khusus, yang seringkali didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-benar berasal dari partisipan.

4. Terapkan proses coding untuk mendreskripsikan setting, orang-orang, kategori-kategori, dan tema-tema yang akan di analisis. Deskripsi ini melibatkan usaha penyampaian informasi secara

detail mengenai orang-orang, lokasi-lokasi, atau peristiwa-peristiwa dalamsettingtertentu. Peneliti dapat membuat kode-kode untuk mendeskripsikan semua informasi ini, lau menganalisisnya untuk proyek studi kasus, entografi, atau penelitian naratif. Setelah itu, terapkanlah proses coding untuk membuat sejumlah kecil tema atau kategori, bisa lima hingga tujuh kategori. Tema-tema inilah yang biasanya menjadi hasil utama dalam peniliatn kualitatif dan seringkali digunakan untuk membuat judul dalam bagian hasil penelitian. Meski demikian, tema-tema ini sebaiknya diperkuat dengan berbagai kutipan, seraya menampilkan perspektif-perspektif yang terbuka untuk di kaji ulang.

5. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali dalam narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang paling populer adalah dengan menerapkan pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil analisis. Pendekatan ini bisa meliputi pembahasan tentang kronologi pristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan subtema-subtema, ilustrasi-ilustrasi khusus, perspektif-perspektif, dan kutipan-kutipan), atau tentang keterberhubungan antar tema. Para peneliti kualitatif juga dapat menggunakan visual-visual, gambar-gambar, atau tabel-tabel untuk membantu menyajikan pembahasan ini. Mereka dapat menyajikan suatu proses (sebagaimana dalam grounded theory), menggambarkan secara spesifik lokasi penelitian (sebagaimana

dalam etnografi), atau memberikan informasi deskriptif tentang partisipan dalam sebuah tabel (sebagaimana dalam studi kasus dan etnografi).

6. Langkah terakhir dalam analisis data adalah menginterpretasi atau memaknai data. Mengajukan pertanyaan seperti “pelajaran apa yang bisa diambil dari semua ini” akan membantu peneliti mengungkap esensi dari suatu gagsan (Lincoln & Guba, 1985). Pelajaran ini dapat berupa interpretasi pribadi si peneliti, dengan berpijak pada kenyataan bahwa peneliti membawa kebudayaan, sejarah, dan pengalaman pribadinya kedalam penelitian. Interpretasi juga bisa berupa makna yang berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori. Dalam hal ini, peneliti menegaskan apakah hasil penelitiannya membernarkan atau justru menyangkal informasi sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan ini juga bisa berupa pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan bukan dari hasil ramalan peneliti.

3.8. Triangulasi

Moleong (2006:330) menjelaskan bahwa triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun

pada penelitian ini menggunakan triangulasi data (sumber) dan triangulasi metode (teknik) sebagai berikut:

1. Triangulasi data (sumber)

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi, atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. 2. Triangulasi metode (teknik)

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.

3.9. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan pada bulan September 2016 sampai dengan bulan Juli 2018, sebagaimana digambarkan dalam tabel 3.3:

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian No Nama Kegiatan Waktu Penelitian 2016 2017 2018

Sept Okt Nov Des Jan -Apr

Mei Juni Juli Agust Des

Jan Feb Mar -Juni Juli 1. Pengajuan Judul 2. Observasi Awal 3. Penyusunan Proposal BAB I,II &

III 4. Bimbingan

& Perbaikan BAB I,II &

III 5. Seminar Proposal Skripsi 6. Revisi Proposal Skripsi 7. Wawancara & Observasi Lapangan 8. Penyusunan Hasil wawancara 9. Bimbingan & Perbaikan

BAB IV & V 10 Sidang Skripsi 11 Revisi Skripsi

57

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum Provinsi Banten, gambaran umum Biro Kesejahteraan Rakyat Provinsi Banten. Hal tersebut akan dijelaskan di bawah ini:

4.1.1 Profil Provinsi Banten

Provinsi Banten terletak di antara 5º7'50"-7º1'11" Lintang Selatan dan 105º1'11"-106º7'12" Bujur Timur, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2000 luas wilayah Banten adalah 9.160,70 km². Provinsi Banten terdiri dari 4 kota, 4 kabupaten, 154 kecamatan, 262 kelurahan, dan 1.273 desa. Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial, Selat Sunda merupakan salah satu jalur lalu lintas laut yang strategis karena dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia Tenggara misalnya Thailand, Malaysia, dan Singapura. Di samping itu Banten merupakan jalur penghubung antara Jawa dan Sumatera. Bila dikaitkan posisi geografis, dan pemerintahan maka wilayah Banten terutama daerah Tangerang raya (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan) merupakan wilayah penyangga bagi Jakarta. Secara ekonomi wilayah Banten memiliki banyak industri. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki

beberapa pelabuhan laut yang dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari pelabuhan laut di Jakarta, dan ditujukan untuk menjadi pelabuhan alternatif selain Singapura. Tabel berikut ini memberikan gambaran tentang rincian jumlah Kabupaten/Kota dan luas wilayah serta persentase luas wilayah masing-masing Kabupaten/Kota dimaksud di atas.

Tabel 4.1

Luas Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Kecamatan

Kabupaten/Kota

2016

No

Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Km2) Persentase (%) 1 Kab Pandeglang 2746.89 28.43 2 Kab Lebak 3426.56 35.46 3 Kab Tangerang 1011.86 10.47 4 Kab Serang 1734.28 17.95 5 Kota Tangerang 153.93 1.59 6 Kota Cilegon 175.5 1.82 7 Kota Serang 266.71 2.76 8 Kota Tangerang Selatan 147.19 1.52

jumlah Provinsi Banten 9662.92 100

4.1.2 Visi dan Misi Provinsi Banten Visi :

Banten Yang Maju, Mandiri, Berdaya Saing, Sejahtera Dan Berakhlakul Karimah

Misi :

1. Menciptakan Tata Kelola Pemerintah Yang Baik (Good Governance)

2. Membangun Dan Meningkatkan Kualitas Infrastruktur

3. Meningkatkan Akses Dan Pemerataan Pendidikan Berkualitas

4. Meningkatkan Akses Dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan Berkualitas

5. Meningkatkan Kualitas Pertumbuhan Dan Pemerataan Ekonomi

4.1.3 Deskripsi Hibah Provinsi Banten

Dalam Peraturan Gubernur Banten Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi Banten bahwa dalam rangka menciptakan transparansi, akuntabilitas dan integrasi pelayanan dalam pengelolaan hibah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Banten, perlu dilakukan penyesuaian tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan hibah secara komprehensif berdasarkan azas-azas pengelolaan keuangan negara yang baik dan benar.

Pemberian hibah dari Pemerintah Daerah sesuai kemampuan keuangan daerah, pemberian hibah dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan Belanja Urusan Wajib, pemberian hibah ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran

program dan kegiatan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republic Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republic Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Social Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah bahwa pemberian hibah ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah sesuai urgensi dan kepentingan daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.

Sama halnya dengan Peraturan Gubernur Banten Nomor 27 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Pemberian Hibah Dan Bantuan Social bahwa pemberian hibah ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintahan daerah dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.

Dalam Peraturan Gubernur Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Social Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi Banten bahwa organisasi tertentu yang dapat menerima hibah secara terus – menerus sebagaimana dimaksud diberikan kepada satuan kerja dari kementrian/lembaga pemerintahan non kementrian yang wilayah kerjanya berada di daerah yaitu :

1. LPTQ Provinsi Banten 2. Pramuka 3. KPAIDS 4. TPUKS 5. BAZNAS 6. P2TP2A 7. KNPI 8. KONI 9. LKKS 10. KORPRI 11. PKK

12. FORUM KOMUNIKASI DAS 13. BKSP

14. KIP 15. PMI 16. KPAI 17. MUI dan

18. Organisasi tertentu lainnya sesuai Perundang - undangan

Kriteria pemberian hibah adalah :

1. Peruntukannya telah ditetapkan yang menjadi urusan Pemerintah Daerah, atau untuk peningkatan fungsi Pemerintahan, layanan dasar umum, dan pemberdayaan aparatur;

penyelenggaraan kegiatan Pemerintah Daerah yang berskala Internasional/Regional/Nasional;

3. Untuk melaksanakan kegiatan sebagai akibat kebijakan Pemerintah yang mengakibatkan penambahan beban APBD;

4. Tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundan- undangan; 5. Peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan; dan

6. Memenuhi persyaratan penerima hibah.

Dalam hal ini bahwa bagaimana Yayasan/Lembaga yang menerima hibah secara terus – menerus merupakan satuan kerja dari kementrian/lembaga pemerintahan non kementrian yang wilayah kerjanya berada di daerah beda halnya dengan Yayasan/Lembaga yang menerima tidak terus – menerus dikarenakan Yayasan/Lembaga tersebut bukan merupakan satuan kerja dari kementrian/lembaga pemerintahan non kementrian yang wilayah kerjanya berada di daerah akan tetapi Yayasan/Lembaga yang mengajukan proposal bantuan hibah untuk pembangunan sesuai permintaan Yayasan/Lembaga tersebut karena halnya Yayasan/Lembaga tersebut secara umum dapat disimpulkan bahwa Yayasan/Lembaga merupakan suatu organisasi yang melakukan kegiatan social (amal) yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan.

Dalam Peraturan Gubernur Banten Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Standar Operasional Prosedur Pengendalian Pelaksanaan Hibah Dan Bantuan Sosial Pemerintah Provinsi Banten, dengan SOP yang berubah bahwa Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah lain, BUMD, Badan, Lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah.

Surat permohonan hibah diregistrasi oleh Biro Umum Sekeretariat Daerah Provinsi Banten yang selanjutnya diteruskan kepada SKPD/unit kerja salah satuhnya SKPD/unit kerja yang terkait adalah Biro Kesejahteraan Rakyat Sekeretariat Daerah Provinsi Banten dalam bidang keagamaan/peribadatan dan pendidikan keagamaan terkait sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan bidang penyelenggaraan urusan pemerintahan untuk di evaluasi.

Biro Kesejahteraan Rakyat Sekeretariat Daerah Provinsi Banten SKPD/unit kerja yang melakukan verifikasi dalam proses dana hibah Provinsi Banten bagaimana Lembaga/Yayasan akan menerima dana hibah yaitu di verifikasi oleh tim dari Biro Kesejahteraan Rakyat Sekeretariat Daerah Provinsi

Dokumen terkait