• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA DATA

5.1 ANALISA STABILITAS

5.1.2 H FINAL 4 METER

5.1.3.1 ASUMSI KONDISI TANAH BELUM MEMAMPAT 49

Analisa stabilisasi kelongsoran yang pertama kali dilakukan pada Hfinal timbunan 6 meter adalah dengan menggunakan Cu tanah asli yang tanah dasarnya belum mengalami pemampatan. Hasil running yang didapatkan, yaitu terdapat perbedaan kedalaman kelongsoran pada slope yang berbeda. Untuk slope 1 dan 2 memiliki kedalaman kelongsoran yang cenderung sama pada

10 kedalaman tanah lunak yang berbeda. Sedangkan untuk slope 3 cenderung memiliki kedalaman kelongsoran yang berbeda pada tanah lunaknya.

Berikut dapat dilihat hasil running berupa grafik untuk Hfinal timbunan 6 meter dengan Cu tanah asli yang belum mengalami pemampatan dengan kedalaman

tanah lunak berbeda-beda pada slope 1.v

(Note: garis kelongsoran pada Gambar 5.9, 5.10, 5.11 dan 5.12 di

bawah ini merupakan perwakilan dari hasil running sebanyak 20 kali dengan kelongsoran terkritis)vvvvdmpmpmo

Gambar 5.9 Garis Kelongsoran yang dihasilkan pada Analisa

Stabilitas Hfinal 6 meter, Slope 1, Kedalaman Tanah Lunak 5 meter, IP 40% pada Asumsi Kondisi Tanah Belum Memampat

Gambar 5.10 Garis Kelongsoran yang dihasilkan pada Analisa

Stabilitas Hfinal 6 meter, Slope 1, Kedalaman Tanah Lunak 10 meter, IP 40% pada Asumsi Kondisi Tanah Belum Memampat

Gambar 5.11 Garis Kelongsoran yang dihasilkan pada Analisa Stabilitas Hfinal 6 meter, Slope 1, Kedalaman Tanah Lunak 15 meter,

IP 40% pada Asumsi Kondisi Tanah Belum Memampat

Gambar 5.12 Garis Kelongsoran yang dihasilkan pada Analisa

Stabilitas Hfinal 6 meter, Slope 1, Kedalaman Tanah Lunak 20 meter, IP 40% pada Asumsi Kondisi Tanah Belum Memampat

Berdasarkan Gambar 5.9, Gambar 5.10, Gambar 5.11 dan Gambar 5.12 di atas, dapat dilihat bahwa garis kelongsoran yang dihasilkan Hfinal timbunan 6 meter dengan slope 1 tidak memiliki perbedaan kedalaman kelongsoran pada tanah lunaknya. Kelongsoran yang dihasilkan mencapai hingga kedalaman tanah lunak 5 meter, sehingga untuk kedalaman tanah lunak lebih dari 5 meter tidak memiliki pengaruh. Sedangkan pada slope

12 2, sama seperti slope 1, kedalaman kelongsoran yang terjadi juga tidak memiliki perbedaan pada tanah lunaknya.

Untuk selanjutnya, dapat dilihat hasil running berupa grafik untuk Hfinal timbunan 6 meter dengan Cu tanah asli yang belum mengalami pemampatan dengan kedalaman tanah lunak yang berbeda-beda pada slope 3. (Note: garis kelongsoran pada Gambar 5.13, 5.14, 5.15 dan 5.16 di

bawah ini merupakan perwakilan dari hasil running sebanyak 20 kali dengan kelongsoran terkritis)

Gambar 5.13 Garis Kelongsoran yang dihasilkan pada Analisa

Stabilitas Hfinal 6 meter, Slope 3, Kedalaman Tanah Lunak 5 meter, IP 40% pada Asumsi Kondisi Tanah Belum Memampat

Gambar 5.14 Garis Kelongsoran yang dihasilkan pada Analisa

Stabilitas Hfinal 6 meter, Slope 3, Kedalaman Tanah Lunak 10 meter, IP 40% pada Asumsi Kondisi Tanah Belum Memampat

Gambar 5.15 Garis Kelongsoran yang dihasilkan pada Analisa Stabilitas Hfinal 6 meter, Slope 3, Kedalaman Tanah Lunak 15 meter,

IP 40% pada Asumsi Kondisi Tanah Belum Memampat

Gambar 5.16 Garis Kelongsoran yang dihasilkan pada Analisa

Stabilitas Hfinal 6 meter, Slope 3, Kedalaman Tanah Lunak 20 meter, IP 40% pada Asumsi Kondisi Tanah Belum Memampat

Berdasarkan Gambar 5.13, Gambar 5.14, Gambar 5.15 dan Gambar 5.16 di atas, dapat dilihat bahwa garis kelongsoran yang dihasilkan Hfinal timbunan 6 meter dengan slope 3 memiliki perbedaan kedalaman kelongsoran pada tanah lunaknya. Pada kedalaman tanah lunak 5 meter, kelongsoran yang terjadi mencapai sedalam 5 meter. Sedangkan saat kedalaman tanah lunak 10 meter, 15 meter dan 20 meter, kelongsoran yang

14 terjadi mencapai sedalam 7 meter. Maka, dapat disimpulkan bahwa kelongsoran yang dihasilkan Hfinal timbunan meter tidak memberi pengaruh besar terhadap tanah lunak yang berada pada kedalaman yang lebih dari 10 meter. Hasil rekap pemodelan dengan XSTABL untuk Htimbunan = 6 meter dengan Cu asli dapat dilihat pada Lampiran 8.

5.1.3.2 Asumsi Kondisi Tanah Telah Memampat

Analisa stabilisasi kelongsoran yang selanjutnya dilakukan pada Hfinal timbunan 6 meter adalah dengan menggunakan Cu tanah dasar yang sudah meningkat dan tanah dasar yang sudah memampat. Hasil running yang didapatkan, yaitu cenderung memiliki kedalaman kelongsoran yang berbeda pada tanah lunaknya. Hal ini dikarenakan untuk Hfinal timbunan 6 meter dapat memberikan pengaruh kelongsoran yang cukup dalam pada tanah lunak di bawahnya bila berada pada kondisi Cu tanah dasar yang sudah meningkat, sehingga kedalaman tanah lunak berpengaruh pada dalamnya kelongsoran yang terjadi. Pengaruh kedalaman tanah lunak pada kelongsoran ini juga terjadi untuk keseluruhan slope yang dianalisa.

Berikut dapat dilihat hasil running kondisi terkritis berupa grafik untuk Hfinal timbunan 6 meter dengan Cu tanah dasar yang sudah meningkat dengan kedalaman tanah lunak yang berbeda-beda pada salah satu slope yang ditinjau.

(Note: garis kelongsoran pada Gambar 5.17, 5.18, 5.19 dan 5.20 di

bawah ini merupakan perwakilan dari hasil running sebanyak 20 kali dengan kelongsoran terkritis)

15

Gambar 5.17 Garis Kelongsoran yang dihasilkan pada Analisa

Stabilitas Hfinal 6 meter, Slope 1, Kedalaman Tanah Lunak 5 meter, IP 60% pada Asumsi Kondisi Tanah Telah Memampat

Gambar 5.18 Garis Kelongsoran yang dihasilkan pada Analisa

Stabilitas Hfinal 6 meter, Slope 1, Kedalaman Tanah Lunak 10 meter, IP 60% pada Asumsi Kondisi Tanah Telah Memampat

Gambar 5.19 Garis Kelongsoran yang dihasilkan pada Analisa

Stabilitas Hfinal 6 meter, Slope 1, Kedalaman Tanah Lunak 15 meter, IP 60% pada Asumsi Kondisi Tanah Telah Memampat

16

Gambar 5.20 Garis Kelongsoran yang dihasilkan pada Analisa

Stabilitas Hfinal 6 meter, Slope 1, Kedalaman Tanah Lunak 20 meter, IP 60% pada Asumsi Kondisi Tanah Telah Memampat

Berdasarkan Gambar 5.17, Gambar 5.18, Gambar 5.19 dan Gambar 5.20 di atas, dapat dilihat bahwa garis kelongsoran yang dihasilkan Hfinal timbunan 6 meter memiliki perbedaan kedalaman kelongsoran pada tanah lunaknya. Pada kedalaman tanah lunak 5 meter, kelongsoran yang terjadi mencapai sedalam 4 meter. Sedangkan saat kedalaman tanah lunak 10 meter, 15 meter dan 20 meter, kelongsoran yang terjadi mencapai sedalam 9 meter. Maka, dapat disimpulkan bahwa kelongsoran yang dihasilkan Hfinal timbunan 6 meter tidak memberi pengaruh besar terhadap tanah lunak yang berada pada kedalaman yang lebih dari 10 meter.

5.1.4 Hfinal 8 meter

Pada Hfinal timbunan 8 meter dilakukan pemodelan analisa stabilisasi kelongsoran menggunakan Program Bantu XSTABL dengan melakukan pemodelan sebanyak ±20 kali untuk masing-masing variasi.

Dokumen terkait