BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.2 Kajian Teoritis
2.2.2 Asuransi
Kata asuransi berasal dari Bahasa Inggris yaitu insurance, jika diartikan
dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan
Asuransi artinya transaksi pertanggungan, yang melibatkan dua pihak,
tertanggung dan penanggung. Dimana penanggung menjamin pihak tertanggung,
bahwa ia akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin
akan dideritanya, sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu
akan terjadi atau yang semula belum dapat ditentukan saat/kapan terjadinya.
Sebagai kontra prestasinya tertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang
kepada penanggung, yang besarnya sekian prosen dari nilai pertanggungan dan
biasa disebut dengan premi (Djojosoedarso, 2003:69).
Di Indonesia pengertian Asuransi menurut UU No. 40 tahun 2014 tentang
Perasuransian adalah sebagai berikut:
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Asuransi menurut KUHD Bab IX tentang Asuransi atau Pertanggungan pada
Umumnya pasal 246:
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti.
Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada
perekonomian, dengan cara menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena
probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan
terjadi akan dibagi secara proporsional oleh semua pihak dalam gabungan itu
(Djojosoedarso, 2003:72).
Asuransi merupakan upaya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
kemungkinan timbul kerugian akibat terjadi peristiwa yang tidak pasti dan tidak
diinginkan. Melalui perjanjian asuransi kemungkinan peristiwa yang
menimbulkan kerugian yang mengancam kepentingan tertanggung itu dialihkan
kepada perusahaan asuransi selaku penanggung dan sebagai imbalannya
tertanggung bersedia untuk membayar sejumlah premi yang telah disepakati.
Dalam hal ini, tertanggung yang berkepentingan akan merasa aman dari ancaman
kerugian, sebab jika kerugian itu betul-betul terjadi penanggunglah yang akan
menggantinya.
Dalam Al-Qur’an dan Hadits diisyaratkan bahwa perencanaan terhadap apa
yang akan terjadi pada hari esok merupakan bentuk menjaga kemaslahatan diri
sendiri maupun keluarga. Hakikat asuransi secara islami adalah saling
bertanggung jawab, saling bekerja sama atau tolong- menolong dan saling
melindungi penderitaan satu sama lain antara pihak tertanggung dan pihak
penanggung dengan menggunakan kontrak yang jelas sehingga bebas dari unsur
gharar, maisir, dan riba. Seperti yang tertera pada Al-Qur’an surat Al-Maidah/ 5:2
“…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah/5:2)
Asuransi dalam bahasa Arab disebut At-ta’min yang berasal dari kata amanah.
Amanah berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman serta bebas dari
rasa takut. Istilah men-ta’min-kan sesuatu berarti seseorang membayar atau
memberikan uang cicilan agar ia atau orang yang ditunjuk menjadi ahli warisnya
mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang. Sebagaimana firman Allah
SWT pada Surat An-Nisaa’ ayat 9:
“dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa’/4:9)
Asuransi pada hakekatnya adalah suatu sistem proteksi menghadapi risiko
kerugian finansial, dengan cara pengalihan (transfer) risiko kepada pihak lain,
baik secara perorangan maupun secara kelompok dalam masyarakat. Asuransi
digolongkan ke dalam asuransi antara lain asuransi kebakaran, asuransi
pengangkutan, asuransi kendaraan bermotor, asuransi rangka kapal laut, asuransi
asuransi kecelakaan diri, asuransi pengiriman dan penyimpanan surat berharga,
dan lain-lain.
Usaha asuransi mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda dengan jenis
usaha di bidang jasa pada umumnya. Karena usaha asuransi mengambil alih
berbagai risiko dari pihak lain sehingga perusahaan asuransi menjadi padat risiko
apabila tidak dikelola dengan baik. Di samping itu perusahaan asuransi juga padat
informasi dengan berbagai informasi yang harus diolah untuk pengambilan
keputusan underwriting, keuangan dan lain-lain.
Beberapa orang mungkin masih berpendapat bahwa asuransi merupakan
kegiatan judi, namun sebenarnya terdapat fakta-fakta yang membedakan asuransi
dan judi. Jika dilihat dari dari sudut pandang ekonomi, hal yang membedakan
asuransi dan judi adalah risiko yang dihadapi.
Tabel 2.2 Perbedaan Asuransi dan Perjudian
Asuransi Perjudian
1. Bertujuan mengurangi risiko yang sudah ada (reducing of risk).
2. Asuransi bersifat sosial terhadap
masyarakat, dapat memberikan
keuntungan-keuntungan tertentu
kepada masyarakat.
3. Besarnya risiko yang timbul dapat
diketahui dan dapat diukur
besarnya kemungkinan.
4. Kontrak tertulis dan mengikat kedua belah pihak.
1. Risiko semula belum ada dan muncul risiko (kalah) ketika terjadi perjudian (creating of risk).
2. Perjudian bersifat non-sosial
(amoral) karena dapat merugikan orang lain (rumah tangga).
3. Degree of risks pada gambling sulit untuk diketahui dan diukur.
4. Kontrak tidak tertulis dan
realisasinya tergantung etikad baik masing-masing pihak yang terlibat.
Sumber: Salim (2007)
Dasar usaha asuransi adalah kepercayaan masyarakat, terutama dalam hal
kemampuan keuangan (bonafiditas) perusahaan untuk memenuhi kewajiban klaim
dikelola secara profesional, baik dalam pengelolaan risiko maupun dalam
pengelolaan keuangan.