• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Asuransi Syariah

1. Pengertian Asuransi Syariah

Pengertian asuransi dalam konteks perusahaan asuransi menurut syariah atau asuransi Islam secara umum sebenarnya tidak jauh berbeda dengan asuransi konvensional. Diantara keduanya, baik asuransi konvensional maupun asuransi syariah mempunyai persamaan

23

yaitu perusahaan asuransi hanya sebagai fasilitator hubungan structural antara peserta penyetor premi (penanggung). Dengan peserta penerima pembayaran klaim (tertanggung). Secara umum asuransi Islam itu sering diistilahkan dengan takaful dapat digambarkan sebagai asuransi yang prinsip operasionalnya didasarkan pada Syariat Islam dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan As-Sunah.

2. Landasan hukum Asuransi Syariah

Hukum muamalah adalah bersifat terbuka, artinya Allah SWT dalam Al-Qur’an hanya memberikan aturan yang bersifat garis besarnya

saja. Selebihnya adalah terbuka bagi mujtahid untuk mengembangkan melalui pemikirannya selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan

hadits. Al-Qur’an maupun hadits tidak menyebutkan secara nyata apa

dan bagaimana berasuransi. Namun bukan berarti bahwa asuransi hukumnya adalah haram karena ternyata dalam hukum Islam memuat substansi perasuransian secara Islami.

Hakikat asuransi secara Islami adalah saling bertanggung jawab, saling bekerja sama atau bantu membantu dan saling melindungi penderitaan satu sama lain. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan secara syariat, karena prinsip-prinsip dasar syariah mengajak kepada setiap sesuatu yang berakibat keeratan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang meringankan bencana mereka.

24

Asuransi Syariah juga mengarah kepada berdirinya sebuah masyarakat yang tegak di atas asas saling membantu dan saling menopang, karena antara satu muslim dengan muslim lainnya saling menguatkan. Dalam model asuransi ini tidak ada perbuatan memakan harta sesama manusia karena apa yang telah diberikan adalah semata-mata sedekah dari hasil harta yang dikumpulkan. Selain itu keberadaan asuransi syariah akan membawa kemajuan dan kesejahteraan kepada perekonomian umat.

Dari segi hukum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih mendasarkan legalitasnya pada UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang sebenarnya kurang mengakomodasi asuransi syariah di Indonesia karena tidak mengatur mengenai keberadaan asuransi berdasarkan prinsip syariah. Dengan kata lain UU No. 2 tahun 1992 tidak dapat dijadikan landasan hukum yang kuat bagi asuransi syariah.

Dalam menjalankan usahanya, perusahaan asuransi syariah masih menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh DSN MUI yaitu fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman Umum Asuransi Syariah.

Adapun peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah yaitu:

25

a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

426/KMK.06/2003 tentang perizinan Usaha dan Kelembagaan perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

b.Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

No.424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

c. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor

Kep.4499/LK/2000 tentang jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah.

3. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah

a. Saling bertanggung jawab, yang brarti para peserta asuransi takaful memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk membantu dan menolong peserta lain yang mengalami musibah atau kerugian dengan niat ikhlas, karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah.

b. Saling bekerja sama atau saling membantu, yang berarti diantara peserta asuransi takaful yang satu dengan yang lainnya saling bekerja sama dan saling tolong menolong dalam mengatasi kesulitan yang diamali karena sebab musibah yang diderita. c. Saling melindungi penderitaan satu sama lain, yang berarti

26

bagi peserta lain yang mengalami gangguan keselamatan berupa musibah yang dideritanya.(Dewi,2005:135).

4. Produk-produk Dengan Unsur Tabungan Asuransi Syariah

Maksud produk dengan unsur tabungan adalah premi yang dibayar peserta pada perusahaan asuransi dimasukan ke dalam dua rekening,yaitu rekening tabungan dan rekening khusus. Jika peserta tidak melanjutkan perjanjian, rekening tabungan plus bagi hasil dapat diambil oleh peserta. Berikut ini beberapa contoh produk asuransi dengan unsur tabungan pada asuransi syariah (asuransi takaful):

a. Program dana Pendidikan

Program dana pendidikan ditujukan untuk orang tua secara individu atau perorangan guna mempersiapkan dana pendidikan bagi anak-anaknya sampai tingkat sarjana.

Anak-anak yang merupakan amanah dari Allah sehingga merancang dana pendidikan untuk masa depannya menjadi tanggung jawab orang tua.

Manfaat dari program ini adalah sebagai berikut:

1) Jika mengundurkan diri sebelum masa perjanjian berakhir, peserta akan mendapatkan seluruh saldo rekening tabungan dan bagian keuntungan atas hasil investasi.

2) Jika peserta dan anak yang dipersiapkan menerima hibah panjang umur sampai akhir perjanjian, peserta atau pemegang polis akan memperoleh tahapan beasiswa dari

27

sekolah TK sampai Perguruan Tinggi plus beasiswa selama empat tahun di Perguruan Tinggi.

3) Jika anak yang dipersiapkan sebagai penerima hibah wafat sebelum beasiswa empat tahun di perguruan tinggi diberikan, kepada peserta diberikan santunan 10% dari manfaat awal, seluruh rekening tabungannya, dan tahapan beasiswa berakhir.

4) Jika pemegang polis ditakdirkan oleh Allah wafat sebelum

masa asuransi berakhir, perusahaan akan memberikan santunan kepada ahli warisnya seluruh dana yang ada pada rekening tabungan, dana santunan sebesar 50% dari manfaat awal untuk meninggal bukan karena kecelakaan, atau 100% dari manfaat awal untuk meninggal karena kecelakaan, serta beasiswa untuk anak sampai perguruan tinggi.

b. Program dana haji

Program dana haji ditujukan untuk perorangan yang berkeinginan menunaikan ibadah haji.

Manfaat dari program ini adalah sebagai berikut:

1) Jika peserta ditakdirkan oleh Allah wafat sebelum berakhirnya masa asuransi dan polis dalam keadaan aktif, perusahaan asuransi akan memberikan santunan duka kepada ahli waris

28

plus semua saldo rekening tabungan beserta bagian keuntungan.

2) Jika peserta dipanjangkan umurnya oleh Allah, perusahaan asuransi akan memberikan semua saldo rekening tabungan ditambah bagian keuntungan dari hasil investasi.

3) Jika peserta mengundurkan diri sebelum masa asuransi

berakhir. Perusahaan asuransi akan memberikan semua saldo rekening tabungan plus bagi hasil dari hasil investasi.

Program dana haji ini tidak sampai pada pengurusan keberangkatan peserta. Perusahaan asuransi hanya mengelola dana untuk peserta guna tujuan tersebut.untuk mencapai maksud ini, dalam hal pembayaran premi, peserta harus menyesuaikan ongkos program ini hampir sama dengan

program dana investasi, baik dari segi besaran nilai tabarru’

maupun dari sisi manfaatnya. c. Program unit link

Program unit link merupakan program asuransi jika unit link yang memberikan santunan kepada orang yang berhak apabila peserta mengalami musibah, sebagaimana yang telah diakadkan dalam kotrak serta manfaat berupa kesempatan memilih jenis investasi untuk pengembangan dananya.

Dikatakan unit link karena program ini menghubungkan Nilai aktiva bersih dari suatu investasi dengan unit. Harga unit

29

dihitung oleh bank kustodi dan nilainya selalu berfluktuasi atau berubah-ubah.(Anwar, 2007:83-87)

5. Ketentuan Operasional Asuransi Syariah

Dalam menjalankan operasionalnya asuransi syariah berpegang pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Akad

1) Kejelasan akad dalam praktek muammalah merupakan prinsip karena akan menentukan sah atau tidaknya secara syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas. Apakah akadnya jual beli atau tolong menolong.

2) Syarat dalam transaksi jual beli adalah penjual, pembeli terdapatnya harga, dan barang yang diperjualbelikan.

3) Dengan demikian akad jual beli dalam asuransi biasa terjadi cacat secara syariah karena karena tidak jelas (gharar).

b. Gharar

1) Definisi gharar menurut mazhab Syafii adalah apa-apa yang akibtnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat paling kita takuti. Apabila tidak lengkap rukun dari akad maka terjadi gharar. Oleh karena itu ulama berpendapat bahwa akad jual beli atau akad pertukaran harta benda dalam hal ini adalah cacat secara hukum.

30

2) Pada asuransi konvensional, terjadi karena tidak ada kejelasan maksud alaih (sesuatu yang diakadkan). Yaitu meliputi beberapa sesuatu yang diperoleh (ada atau tidak, besar atau kecil). Tidak diketahui berapa yang akan dibayarkan, tidak diketahui berapa lama kita harus membayar (karena hanya Allah yang tahu berapa lama kita meninggal). Karena tidak lengkapnya rukun dari akad maka terjadi gharar. Oleh karena itu para ulama berpendapat bahwa akad jual beli atau akad pertukaran harta benda dalam hal ini adalah cacat secara hukum.

3) Dalam asuransi yang menggunakan prinsip syariah mengganti akad tadi dengan akad tabbaru’, yaitu suatu niat tolong-menolong pada sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan mendapa musibah.

c. Tabarru’

1) Tabarru’ berasal dari kata tabarra yatabarra tabarraun, yang artinya sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang

disebut mutabarri (dermawan). Niat tabarru’ merupakan

alternatif uang yang sah dan diperkenankan. Tabarru’

bermaksud memberikan dana kebijakan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta takaful, ketika diantara mereka ada yang mendapat musibah.

2) Tabarru’ disimpan dalam rekening khusus, apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang diberikan adalah dari

31

rekening tabarru’ yang sudah diniatkan oleh sesama takaful untuk saling menolong.

d. Maisir

1) Islam menghindari adanya ketidakjelasan informasi dalam

melakukan transaksi. Maisir pada hakekatnya tidak diketahuinya informasi oleh peserta tentang berbagai hal yang berhubungan dengan produk yang akan dikonsumsinya.

2) Dalam mekanisme asuransi syariah keterbukaan merupakan

akselerasi dari realisasi prinsip-prinsip syariah. Karena tidak ada kepercayaan jika tidak ada keterbukaan dalam informasi . dalam mekanisme asuransi konvensional, maisir sebagai akibat dari status kepemilikan dana dan gharar.

e. Riba

1) Keberadaan asuransi syariah yang paling substansial disebabkan adanya ketidakadilan dalam asuransi konvensional, misalnya upaya untuk melipat gandakan keuntungan dari praktek yang dilakukan dengan cara tidak adil Semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya dengan bunga.

2) Dengan demikian asuransi konvensional selalu melibatkan diri dalam riba. Demikian juga dengan perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan didepan, sedangkan takaful menyimpan dananya di bank berdasarkan syariah dengan sistem mudharabah.

32

f. Dana Hangus

Dalam asuransi konvensional adanya dan hangus, dimana peserta yang tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka peserta itu akan hangus. Demikian pula juga asuransi non tabungan atau asuransi kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim. Maka premi yang dibayarkan akan hangus sekaligus menjadi milik pihak asuransi.(sudarsono, 2003:103)

6. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional a. Asuransi Syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang

bertugas mengawasi produk yang dipaparkan dan sekaligus terhadap pengelolaan investasi dana yang terkumpul dari premi yang dibayarkan oleh peserta, sedangkan asuransi konvensional tidak ada dewan sejenis.

b. Akad yang dilaksanakan pada asuransi syariah berdasarkan

tolong-menolong (akad taawuniyah), sedangkan pada asuransi

konvensional didasarkan pada akad jual beli.

c. Investasi dana pada asuransi syariah berdasarkan akad bagi hasil (mudharabah), sedangkan pada asuransi konvensional memakai sistem bunga sebagai dasar perhitungan investasinya sehingga termasuk riba.

d. Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya.

33

Pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah berupa premi menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas menentukan alokasi investasinya.

e. Dalam mekanismenya, asuransi syariah tidak mengenal dana hangus

sebagaimana yang terjadi pada asuransi konvensional. Jika pada masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa jangka waktunya, maka dana yang dimasukan dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana yang memang telah diniatkan untk dana tabarru’.

f. Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana tabarru’

(dana kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana tolong menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening dana perusahaan.

g. Pembagian keutungan pada asuransi syariah dibagi antara

perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil (mudharabah) dengan porsi yang telah ditentukan, sedangkan pada asuransi konvensional seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan. (Anshori,2008:18)

Dokumen terkait