• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN UMUM PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN)

C. Aturan-Aturan Perlindungan Konsumen Dalam Bisnis PGN

PT PGN (persero) Tbk selaku BUMN dalam bidang gas memiliki aturan-aturan dalam memberikan perlindungan kepada konsumen. Diantaranya adalah dengan cara PGN berusaha untuk memberikan kepuasan kepada konsumen dan memberikan pelayanan yang maksimal dalam melayani konsumen.

Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengatur tentang kewajiban apa saja yang harus dipenuhi PGN selaku pelaku usaha dalam memberikan perlindungan kepada konsumen. Pasal 7 tersebut menyatakan kewajiban pelaku usaha adalah :

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba

barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.”

Konsumen merupakan partner utama PGN dalam mengembangkan usaha PGN di masa yang akan datang. Konsumen menurut PGN adalah salah satu pemangku kepentingan (stakeholder) yang berperan sebagai pusat dalam menjamin keberlangsungan usaha melalui aktivitas pembelian produk dan/ atau jasa yang dilakukannya. Oleh karena itu PGN menempatkan kepuasan pelanggan dan konsumen sebagai sesuatu yang fundamental dalam kegiatan bisnis PGN.

Kepuasan pelanggan dan konsumen dapat dicapai dengan memperhatikan dan memenuhi hak-hak dari konsumen, hal tersebut merupakan cara untuk memberikan kepuasan kepada konsumen dari PGN.

Menurut aturan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, hak-hak konsumen adalah :

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beritikad tidak baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya

Berdasarkan hak-hak konsumen menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diatas, maka dari itu PGN merealisasikan berbagai program yang ditujukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, seperti :

1. Kenyamanan, Keamanan, Keselamatan Konsumen

Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa adalah salah satu merupakan hak dari konsumen. Oleh karena itu PGN selalu memperhatikan setiap aspek keselamatan bahan kimia ataupun material yang digunakan sesuai yang tertera di dalam MSDS (Material Safety Data Sheet).

PGN selalu melakukan pemeriksaan kualitas gas bumi. Seperti kandungan gas apa saja yang terkandung, dan juga komponen pengotor berbahaya yang terkandung diperiksa juga keberadaannya sebelum masuk ke jaringan transmisi. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pelanggan dan konsumen PGN.

Selain itu, PGN juga secara rutin melakukan pengecekan atau pemeliharaan ke masing-masing konsumen. Pengecekan yang dilakukan seperti memperbaiki jaringan yang rusak, melakukan pemeliharaan pipa, jika dalam

pengecekan ditemukan seperti pipa yang sudah tipis, maka akan dilakukan penggantian dengan pipa yang baru.65

2. Informasi Produk Yang Handal Dan Terpercaya

Hal ini merupakan wujud dari tanggung jawab PGN terhadap mutu gas yang dialirkan dan tanggung jawab terhadap kenyaman, keamanan, keselamatan pelanggan dan konsumen PGN.

Ada beberapa kandungan gas bumi yang menjadi perhatian dari PGN dalam melakukan pemeriksaan kualitas gas bumi. Diantaranya adalah kandungan gas metana sebagai komponen gas bumi utama, kandungan etana, propana, dan butana serta kandungan gas bumi lainnya.

Sementara itu gas bumi pengotor yang berbahaya seperti gas karbondioksida, nitrogen, merkuri, dan kandungan pengotor lainnya juga diperiksa keadaannya.

Selain memeriksa kandungan gas bumi, tekanan gas bumi pada pipa PGN diatur dengan seksama agar sesuai dengan aspek keselamatan dan sesuai dengan perjanjian.

Hasil pemeriksaan kandungan gas bumi dan tekanan gas bumi pada pipa dilampirkan kedalam berkas tagihan penyaluran gas pelanggan. Tujuannya adalah agar seluruh informasi produk gas bumi yang diterima konsumen PGN tertera dengan jelas dan akurat.

3. Memberikan Layanan Terbaik Kepada Pelanggan

65Wawancara dengan Bapak Abirul Trison Syahputra sebagai staf bagian perwakilan hukum PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk SBU Wilayah III Sumbagut.

Sebagai bentuk dari komitmen PGN untuk memberikan kepuasan kepada konsumen, maka PGN menyediakan pusat informasi dan pengaduan bagi konsumen maupun bagi calon dan konsumen yang ingin mendapatkan segenap informasi maupun menyampaikan keluhan dan pertanyaan seputar produk dan layanan PGN.

Pusat informasi yang disediakan oleh PGN ini bekerja selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari dalam seminggu dan dicatat dalam lembar PTKP (Permintaan, Tindakan, Koreksi dan Pencegahan).

4. Temu Pelanggan

Temu pelanggan adalah merupakan suatu acara yang rutin dilakukan PT PGN (persero) Tbk sebagai salah satu program untuk meningkatkan layanan kepada pelanggan. Dalam acara temu pelanggan ini yang menjadi peserta tidak hanya dari pelanggan industri, tetapi juga dari pelanggan komersial dan rumah tangga. Program ini juga menciptakan hubungan antara pelanggan dan PGN semakin menjadi dekat dan harmonis.

Acara temu pelanggan ini merupakan salah satu program untuk mencapai kepuasan konsumen. Hal ini terbukti bahwa acara temu pelanggan ini memenuhi hak konsumen untuk diperlakukan dan dilayani secara benar, jujur, serta tidak diskriminatif.

Selain memenuhi hak-hak konsumen sebagai salah satu cara atau aturan PGN dalam memberikan perlindungan kepada konsumen, cara atau aturan lain yang diterapkan PGN dalam melindungi konsumen adalah PGN selaku pelaku usaha tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha

sebagaimana yang diterapkan dalam BAB IV Undang-undang Perlindungan Konsumen tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, tidak melanggar isi dari BAB V Undang-Undang Perlindungan Konsumen tentang ketentuan pencantuman klausula baku, dan juga tidak melanggar isi dari BAB VI Undang-Undang Perlindungan Konsumen tentang Tanggung Jawab Pelaku Usaha.

Dengan aturan-aturan diatas, maka PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk selaku pelaku usaha yang berbentuk PT, berusaha memberikan perlindungan konsumen kepada pelanggan dan konsumen PGN selaku stakeholder keberlangsungan PGN di masa yang akan datang.

Selain hal-hal diatas, pentingnya konsumen bagi PGN terbukti dari diterimanya beberapa penghargaan yang ditujukan kepada PGN khususnya dalam bidang informasi. Penghargaan-penghargaan tersebut antara lain :66

1) PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk meraih penghargaan dari Komisi Informasi Pusat RI. Perusahaan Gas Negara menempati peringkat ke-4 Keterbukaan Informasi Publik kategori Perusahaan BUMN pada tahun 2014.

2) PGN Contact Center yang merupakan sarana layanan dan pengelolaan informasi atau keluhan konsumen dan sebagai sarana interaksi antara konsumen atau non konsumen dengan PGN berhasil meraih The Best Agent Inbound Regular.

66media.corporate-ir.net/media.../2014_PGN_Laporan_Keberlanjutan.pdf . diakses pada tanggal 25 Agustus 2015 Pukul 21.00 WIB.

3) PGN juga meraih penghargaan the best listed company transportation, communication, electric and gas service sector dari MNC Business Awards 2014.

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa konsumen dan pelanggan adalah merupakan bagian yang sangat penting dalam berjalannya bisnis di PT PGN (persero) Tbk.

BAB IV

PERLINDUNGAN KONSUMEN PERUSAHAAN GAS

NEGARA DALAM MEMPEROLEH HAK INFORMASI

A.Pentingnya Hak Atas Informasi Yang Benar, Jelas, dan Jujur Bagi

Konsumen Perusahaan Gas Negara

Hukum perlindungan konsumen memberikan beberapa hak kepada konsumen, diantaranya adalah hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur seperti yang tertulis didalam Pasal 4 huruf c Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang didalamnya tercakup juga hak atas informasi yang proporsional dan diberikan kepada konsumen secara tidak diskriminatif.

Setiap produk barang dan atau jasa yang diperkenalkan kepada konsumen harus disertai dengan informasi yang benar dan jelas. Hal ini perlu dilakukan agar konsumen tidak sampai mempunyai gambaran yang keliru atas produk barang dan atau jasa. Informasi ini dapat disampaikan dengan beberapa cara, diantaranya adalah secara lisan kepada konsumen, atau melalui iklan di berbagai media atau mencantumkannya dalam kemasan produk (barang).67

Menurut Troelstrup, “konsumen pada saat ini membutuhkan lebih banyak informasi yang lebih relevan dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan pada saat ini lebih banyak terdapat produk, merek, dan pelaku usahanya. Selain itu daya beli konsumen saat ini jauh lebih meningkat, lebih banyak variasi merek yang beredar di pasaran sehingga belum banyak diketahui semua orang, model-model produk lebih cepat berubah, dan kemudahan transportasi dan komunikasi sehingga membuka akses yang lebih besar kepada bermacam-macam produsen atau penjual”.68

67Shidarta, op.cit., hal,23.

Seorang ahli hukum konsumen dari Jerman, Prof. Hans W. Micklitz, membedakan konsumen berdasarkan haknya. Menurutnya ada dua tipe konsumen, yaitu konsumen yang terinformasi (well informed) dan konsumen yang tidak terinformasi. Ciri-ciri dari konsumen yang terinformasi antara lain :69

(1) memiliki tingkat pendidikan tertentu,

(2) mempunyai sumber daya ekonomi yang cukup, sehingga dapat berperan dalam ekonomi pasar, dan

(3) lancar berkomunikasi.

Dengan memiliki tiga potensi di atas, konsumen jenis ini mampu bertanggung jawab dan relatif tidak memerlukan perlindungan.

Ciri-ciri dari konsumen yang tidak terinformasi antara lain : (1) kurang berpendidikan,

(2) termasuk kategori kelas menengah ke bawah,

(3) tidak lancar berkomunikasi, dapat juga dimasukkan anak-anak, orang tua, dan orang asing.

Konsumen dengan ciri-ciri seperti di atas perlu dilindungi, dan khususnya menjadi tanggung jawab negara untuk memberikan perlindungan.

Berdasarkan ketetapan MPR Nomor: XVII/MPR/1998 yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia, yang tertuang pada Pasal 21 dan Pasal 22 dari ketetapan ini menyebutkan secara spesifik tentang kebebasan informasi. Rumusan ini selanjutnya diadopsi ke dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang dalam sidang amandemen tahap 2 disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000 yang tertuang dalam pasal 28F yang berbunyi :

“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”

69

Penegasan mengenai hak atas informasi sebagai hak asasi manusia juga dituangkan dalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Pasal 19 ayat (2) yang berbunyi :

“Setiap orang berhak untuk menyatakan pendapat/mengungkapkan diri; dalam hal ini termasuk kebebasan untuk mencari, menerima dan memberi informasi/keterangan dan segala macam gagasan tanpa memperhatikan pembatasan-pembatasan, baik secara lisan maupun tulisan atau dalam bentuk seni, atau sarana lain menurut pilihannya sendiri.”

Apa yang dituliskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia tentang hak atas informasi seperti diatas, kemudian menjadi suatu rangkuman yang dimasukkan ke dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang termuat dalam Pasal 14 yang diuraikan dalam dua ayat, yang berbunyi :

“(1). Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya. (2). Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia. ”

Hal serupa juga termuat dalam Konvenan Internasional untuk masalah hak sipil politik yang telah diratifikasi menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvenan Internasional Hak-Hak Sipil Politik. Hal tersebut termuat dalam Pasal 19 ayat (2) yang berbunyi :

“setiap orang berhak untuk menyatakan pendapat/mengungkapkan diri; dalam hal ini termasuk kebebasan untuk mencari, menerima dan memberi

informasi/keterangan dan segala macam gagasan tanpa memperhatikan pembatasan-pembatasan, baik secara lisan maupun tulisan atau tercetak, dalam bentuk seni, atau sarana lain menurut pilihannya sendiri.”

Hak atas informasi diakui sebagai hak asasi manusia berdasarkan hukum internasional. Hal ini berarti negara memiliki kewajiban secara hukum untuk melaksanakannya. Saat ini hampir seluruh negara di dunia menganut Undang-Undang Hak Atas Informasi. Swedia adalah Negara pertama yang mengadopsi Undang-Undang Hak Atas Informasi pada Tahun 1766.

Di Indonesia sendiri, pada bulan April 2008 mulai mengadopsi Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Undang-undang ini memberikan kepada warga Negara Indonesia hak untuk mengakses informasi yang ada pada badan publik. Namun Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ini berlaku dua tahun kemudian, yaitu pada tanggal 30 April 2010. Hal ini menjadikan Negara Indonesia sebagai negara kelima di Asia yang mengundangkan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.

Ada beberapa hal yang menjadi latar belakang lahirnya Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, diantaranya adalah :70

a. bahwa informasi itu merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional.

70Soemarno Partodihardjo, Tanya Jawab Sekitar Undang-Undang No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 4.

b. hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik.

c. keterbukaan informasi publik adalah merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibatkan pada kepentingan publik.

d. pengelolaan informasi publik merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat informasi.

Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik memberikan perbedaan antara informasi dengan informasi publik. Sesuai bunyi Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, yang dimaksud dengan informasi adalah :

“informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta, maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik maupun nonelektronik.”

Sedangkan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik yang dimaksud dengan informasi publik adalah :

“Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan

penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.”

Dalam Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, masyarakat juga dibedakan berdasarkan perannya, yaitu sebagai orang, atau sebagai pengguna informasi publik, ataupun sebagai pemohon informasi publik. Hal tersebut diatur dalam Pasal 1 angka 10 sampai dengan angka 12 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.

Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik :

“orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, badan hukum, atau badan publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.”

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik :

“Pengguna Informasi Publik adalah orang yang menggunakan informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.”

Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik :

“Pemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.”

Dalam memperoleh hak atas informasi, diketahui bahwa badan publik bukan memiliki informasi sebagai pemilik dari suatu atau beberapa informasi, tetapi informasi adalah milik publik yang secara keseluruhan dan publik mempunyai hak untuk mengakses informasi-informasi yang ada di dalam suatu badan publik.

Hal ini menegaskan bahwa siapa pun dapat dengan bebas mengajukan permohonan kepada badan publik untuk mendapatkan informasi, dan pada praktiknya badan publik tersebut seharusnya memberikan informasi sesuai yang dimohon oleh pemohon informasi publik secara cepat dan tepat waktu.

Hal tersebut diatur pada Pasal 2 ayat (1) dan ayat (3) yang berbunyi :

“(1) setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik.

(3) setiap informasi publik harus dapat diperoleh setiap pemohon informasi publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana.”

Meskipun hak atas informasi merupakan salah satu bentuk dari hak asasi manusia, namun tidak semua informasi dapat diakses dan didapatkan oleh masyarakat yang memiliki peran sebagai orang, atau pengguna informasi publik, ataupun sebagai pemohon informasi publik.

Hal ini seperti tertulis di dalam Pasal 28 J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi :

“ (1) setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

(2) dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”

Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik memberikan tugas atau kewajiban kepada Badan Publik sebagai sarana masyarakat selaku pemohon dan/atau pengguna informasi publik dalam menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan informasi publik sesuai seperti apa yang diminta oleh pemohon dan/atau pengguna informasi publik.

Badan Publik seperti yang diatur dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik adalah :

“badan publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.”

Selain berkewajiban sebagi sarana bagi masyarakat dalam menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan informasi publik sesuai seperti apa yang diminta oleh pemohon dan/atau pengguna informasi publik, badan publik juga memiliki kewajiban-kewajiban lain. Hal ini seperti diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik tentang kewajiban badan publik, yaitu :

“(1) badan publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan informasi publik yang berada di bawah kewenangannya kepada pemohon informasi publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan.

(2) badan publik wajib menyediakan informasi publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan.

(3) untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), badan publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.

(4) badan publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas hak atas informasi publik.

(5) pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara.

(6) dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) badan publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan non elektronik.

Dalam memberikan, menyediakan dan/atau menerbitkan informasi publik yang dimohonkan oleh pemohon informasi publik, tidak semua informasi dapat diminta oleh pemohon informasi publik, ada informasi yang dikecualikan dan informasi yang tidak dikecualikan. Dalam hal informasi yang dikecualikan, hal ini diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, dan informasi yang tidak dikecualikan diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.

Menurut Pasal 17 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, informasi yang tidak dapat diakses oleh pemohon atau pengguna informasi publik adalah informasi yang :

a. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon

informasi publik dapat menghambat proses penengakan hukum, yaitu informasi yang dapat :

1. menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak

pidana;

2. mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi, dan/atau korban

3. mengungkapkan data intelijen kriminal dan rencana-rencana yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional;

4. membahayakan keselamatan dan kehidupan penegak hukum

dan/atau keluarganya; dan/atau

5. membahayakan keamanan peralatan, sarana, dan/atau prasarana

penegak hukum.

b. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon

informasi publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan atas hak kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha yang tidak sehat;

c. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon

informasi publik dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara, yaitu :

1. Informasi tentang strategi, intelijen, operasi, taktik dan teknik yang

berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman dari dalam dan luar negeri;

2. Dokumen yang memuat tentang strategi, intelijen, operasi, teknik

dan taktik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem

Dokumen terkait