TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.3 Audit Fee
Dalam penelitian ini audit fee sebagai proksi agency cost dikarenakan biaya
yang dikeluarkan oleh pihak prinsipal terhadap pihak yang independen dalam
melakukan pemeriksaan maupun pemantauan terhadap apa yang dilakukan oleh
agen. Pihak yang independen itu sendiri adalah akuntan publik yang dipercaya
oleh pemegang saham untuk mengawasi agen tidak bertindak untuk kepentingan
mereka masing-masing.
Profesi akuntan publik memiliki karakteristik yang berbeda dengan profesi
lainnya seperti, dokter atau pun pengacara. Profesi dokter maupun pengacara akan
menerima fee dari kliennya, dan memihak kepada kliennya. Berbeda dengan
17
memihak kepada kliennya, akuntan publik dituntut harus independen terhadap
segala pemeriksaan yang dilakukan terhadap kliennya. Oleh karena itu, fee yang
dikeluarkan oleh klien (pihak prinsipal) merupakan salah satu bentuk
pengendalian yang dilakukan terhadap agen untuk tidak bertindak oportunis.
Simunic (1980) adalah orang yang pertama kali membuat penelitian
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya fee yang diberikan
kepada seorang auditor. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa fee audit
ditentukan berdasarkan oleh besar kecilnya perusahaan yang diaudit (client size),
risiko audit (atas dasar current ratio, quick ratio, D/E, litigation risk) dan
kompleksitas audit (subsidiaries, foriegn listed). Penelitian Simunic kemudian
dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian berikutnya mengenai fee audit.
Iskak (1999) mendefinisikan fee audit sebagai honorarium yang dibebankan
oleh akuntan publik kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan
akuntan publik terhadap penetapan fee audit yang dilakukan oleh KAP
berdasarkan perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya tenaga, yaitu
manajer, supervisor, auditor junior dan auditor senior. Sedangkan biaya tidak
langsung seperti biaya percetakan, biaya penyusutan komputer, gedung dan
asuransi. Setelah dilakukan perhitungan biaya pokok pemeriksaan maka akan
dilakukan tawar menawar antar klien dengan kantor akuntan publik.
Mulyadi (2002), menjelaskan bahwa besarnya fee profesional anggota dapat
bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang
18
struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
Dijelaskan juga bahwa anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien
dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi. Selain fee
profesional, terdapat juga fee kontinjensi. Fee kontijensi adalah fee yang
ditetapkan untuk pelaksaan suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang akan
dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu di mana jumlah fee tergantung
pada temuan atau hasil tertentu. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh
pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan
adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur. Dalam hal ini
anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontijensi apabila
penetapan tersebut dapat mengurangi independensi.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No.
KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan Penentuan
Fee Audit. Dalam bagian Lampiran 1 dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan
sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia yang
menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan
yang wajar atas jasa profesional yang diberikannya.
Dalam Surat Keputusan ini dijelaskan bahwa dalam menetapkan audit fee,
Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Kebutuhan Klien
b. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties)
19
d. Tingkat Keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab yang melekat
pada pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan
e. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh
Akuntan Publik dan stafnya menyelesaikan pekerjaan
f. Basis penetapan fee yang disepakati
Dijelaskan juga bahwa dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai
dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk
dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara
signifikan jauh lebih renah dari yang dikenakan auditor atau akuntan lain, akan
menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi anggota dalam
menerapkan standar teknis dan standar professional yang berlaku.
European Federations of Accountants and Auditor (EFAA) dalam Suharli
dan Nurlelah (2008) secara jelas menyatakan bahwa total fee audit dari seorang
klien kepada auditor sebaiknya tidak melebihi persentase total perputaran uang
dalam kantor akuntan publik tersebut.
2.1.4 Persaingan
Dalam teori ekonomi, persaingan sempurna mengacu pada pasar di mana
tidak ada peserta yang cukup besar untuk memiliki kekuatan pasar untuk
menetapkan harga produk yang homogen. Jelas, dasar untuk persaingan dalam
pengertian ini adalah untuk mengejar kepentingan pribadi yang merupakan motto
20
didasarkan pada jumlah modal keseluruhan dan keuntungan pribadi. Persaingan
dalam kegiatan ekonomi adalah salah satu faktor utama dalam organisasi dan unit
bisnis ( Setayesh dan Kargar , 2011).
Praktik persaingan yang dinamis akan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan daya saing perusahaan, industri, dan negara. Pertumbuhan dan
pembangunan daya saing industri dijelaskan lebih rinci oleh Porter (1996) melalui
model persaingan, penelitiannya menyatakan bahwa ada 4 (empat) daya atau
faktor yang dapat dimiliki dan diakses untuk menentukan derajat persaingan antar
perusahaan di suatu industri yaitu konsumen, pemasok sumber daya, calon
pesaing potensial, dan produk substitusi. Pemanfaatan empat daya atau faktor
tersebut dan besarnya derajat persaingan antar pesaing akan mempengaruhi
besaran laba yang diperoleh dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Gambar 2.1
Penentu Persaingan Suatu Industri
Sumber : Porter, M.E. “On Competition”, Harvard Business School. 1996. Calon pesaing
Pesaing dan Persaingan Posisi tawar pemasok
Tingkat substitusi produk
21
Terdapat beberapa pengukuran pada setiap faktor yang digunakan sebagai
penentu derajat antar perusahan di suatu industri. Faktor-faktor tersebut yaitu,
ancaman dari calon perusahaan baru (new entrants), posisi tawar konsumen atau
pembeli (power of consumers), posisi tawar pemasok input (power of suppliers),
produk substitusi (substitute product), dan keberadaan pesaing (Porter, 1996).
Pertama, faktor yang menentukan derajat antar perusahaan di suatu insustri
adalah ancaman dari calon perusahaan baru (new entrants). Calon perusahaan
baru merupakan ancaman jika memiliki kapasitas, pangsa pasar, dan memiliki
akses pada sumber daya. Indikator pengukurannya adalah ukuran aset perusahaan
baru, efisiensi perusahaan baru, penguasaan sumber daya khususnya material
seperti penolong dan modal, serta akses pada jalur distribusi.
Kedua, posisi tawar konsumen atau pembeli (power of custumers). Indikator
pengukurannya adalah jumlah volume pembelian, semakin besar volume
pembelian maka kapasitas industri yang dibutuhkan semakin besar. Kemudian
sifat produk, apakah standar atau sedikit berbeda. Lalu, elastisitas permintaan
yang diukur dari besarnya proporsi pengeluaran konsumen (proporsi kuantitas
yang dibeli dan besarnya biaya pembelian) untuk produk industri, semakin kecil
proporsi maka pembeli tidak akan sensitif terhadap perubahan harga. Serta,
tingkat kualitas produk industri.
Ketiga, posisi tawar pemasok input (power of suppliers). Indikator
pengukurannya adalah tingkat dominasi beberapa pemasok, posisi tawar pemasok
(jumlah pemasok dibandingkan jumlah perusahann secara input), besarnya