• Tidak ada hasil yang ditemukan

Audit Lingkungan, kesehatan, dan Keselamatan Kerja

BAB IV. PEMBAHASAN

G. Audit Lingkungan, kesehatan, dan Keselamatan Kerja

Audit yang telah dilaksanakan PT Kayaba Indonesia yang berkaitan dengan K3 yaitu audit internal, ISO 14001: 2004, dan OHSAS 18001:1999. Audit tersebut melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Hal ini sesuai dengan Permenaker RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3.

H. Sistem Ijin Kerja

Sistem ijin kerja yang ada di PT Kayaba Indonesia antara lain Hot work Permit, Cold Work Permit, Elevation Work Permit, Confine Space Work Permit,

Electrical Work Permit, dan Excavation Work Permit. Sistem ijin kerja yang telah diterapkan merupakan upaya untuk mencegah adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang tidak diinginkan. Upaya ini sesuai dengan yang tertulis dalam Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 tentang syarat-syarat keselamatan kerja.

Selain itu, pembuatan prosedur ijin kerja dilakukan sebagai upaya untuk melakukan monitoring terhadap kinerja pekerja. Prosedur ini sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3. Akan tetapi inspeksi harian ijin kerja bagi kontraktor kurang berjalan secara prosedural.

I. Ergonomi

1. Waktu Kerja

PT Kayaba Indonesia memberlakukan waktu kerja dengan sistem 5 hari kerja (Senin sampai Jum’at) dan 40 jam seminggu. Pengaturan waktu kerja PT Kayaba Indonesia telah sesuai dengan peraturan waktu kerja yang tercantum dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 77 ayat 2 bahwa untuk pengusaha atau perusahaan yang menggunakan sistem 5 hari kerja, batasan waktu kerjanya adalah 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.

2. House Keeping

Tempat kerja baik di kantor maupun line produksi telah diatur sedemukian rupa untuk menciptakan kenyamanan dan keamanan para pekerja mauoun orang lain yang memasuki area tersebut. Seperti pada dengan pemasangan rambu-rambu yang jelas, pembatasan area berbahaya, dan penyediaan jalur pejalan kaki.

Penggunaan mesin yang disesuaikan dengan anthropometri pemakainya memberikan kenyamanan bagi pekerja dan mengurangi adanya kelelahan kerja yang mungkin timbul.

Penerapan ergonomi di PT Kayaba telah sesuai dengan teori Ergonomi yang ditulis oleh Tarwaka (2004) yaitu bahwa setiap desain produk harus berpedoman kepada anthropometri pemakainya. Desain harus selalu berkompromi antara kebutuhan operator dengan kebutuhan stasiun kerja fisik baik ukuran maupun fungsi alat dalam stasiun kerja.

Setiap usaha peningkatan mutu di perusahaan harus dimulai dari dasar, salah satunya adalah 5S/5R, yaitu lima sikap kerja yang digunakan untuk mengadakan penilaian tempat kerja, penataan dan pembersihan, pemantapan dan pembiasaan yang kesemuanya diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang baik (Osada, 1996). Kegiatan 5R/5S juga merupakan upaya untuk meningkatkan kebersihan serta kesehatan di tempat kerja, sehingga dalam hal ini telah sesuai dengan PMP No. 07 tahun 1964 tentang syarat kebersihan, kesehatan dan penerangan di tempat kerja.

J. Alat Angkat-Angkut

Penyediaan alat angkat dan angkut serta prosedur pengoperasiannya secara umum telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut. Dalam Pasal 4 menyebutkan bahwa setiap pesawat angkat dan angkut harus dilayani oleh operator yang mempunyai kemampuan dan telah memiliki keterampilan khusus tentang pesawat angkat dan angkut.

Mengenai penyediaan alat pelindung diri bagi karyawan pengemudi forklift,

perusahaan telah memenuhi Undang-Undang No 1 tahun 1970 tetntang Keselamatan Kerja pasal 14, akan tetapi para karyawan yang tidak mematuhi peraturan untuk memakai alat pelindung diri yang diwajibkan tidak sesuai dengan peraturan perundangan tersebut pasal 12 dan 13.

K. Gizi Kerja

PT Kayaba Indonesia telah menyediakan kantin sebagai tempat untuk makan siang bagi para pekerjanya, sehingga telah memenuhi peraturan yaitu Surat Edaran Menakertrans No. SE-01/MEN/1979 tentang pengadaan kantin dan Ruang Makan.

Dalam perawatan kebersihan dan kerapian kantin, PT Kayaba Indonesia selalu menjaga kebersihannya untuk memelihara lingkungan kerja sehat, sehingga telah sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, dan Penerangan di Tempat Kerja.

L. Kesiapsiagaan Keadaan Darurat

PT Kayaba Indonesia telah membentuk tim khusus untuk penanggulangan keadaan darurat, selain itu PT Kayaba memiliki prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana. Sebagai upaya untuk menguji ketrampilan dan kesigapan tim, telah dilakukan pengujian dan pelatihan berkala untuk mengetahui sejauh mana kemampuan respon terhadap keadaan tersebut. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan menteri Tenaga Kerja no. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja. Prosedur ini harus dimiliki perusahaan dalam menghadapi keadaan darurat ataupun bencana alam.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil observasi, pengumpulan data dari berbagai sumber dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini:

1. PT Kayaba Indonesia telah melakukan berbagai upaya pengendalian seperti eliminasi mesin Press Part, substitusi mesin Crusible Melting menjadi Homelt,

pemasangan pengaman mesin, safety sign, dan penyediaan APD untuk

meminimalisir resiko dari potensi bahaya yang ada, sehingga telah sesuai dengan Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. Kadar debu di PT Kayaba Indonesia berkisar antara 19,65 µg/m3 hingga 378,90 µg/m3, sehingga masih berada di bawah NAB sesuai SE Menaker No. SE- 01/MEN/1997 tentang NAB Faktor Kimia di Tempat Kerja.

3. PT Kayaba Indonesia telah melakukan pengendalian terhadap B3 seperti mengadakan pemantauan B3, pemasangan label, simbol, dan MSDS, sehingga telah sesuai dengan Kepmenaker No. Kep-187/MEN/1999 tentang Pengendalian B3 di Tempat Kerja.

4. Intensitas kebisingan yang diterima pekerja di PT Kayaba Indonesia berkisar antara 50,8 dB hingga 83,9 dB dengan waktu paparan 8 jam sehari dan 4 jam sehari, sehingga masih berada di bawah NAB kebisingan, sehingga sesuai

dengan Permenaker No. Kep-51/MEN/1999 tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja

5. PT Kayaba Indonesia telah membentuk P2K3, sehingga telah sesuai dengan Permenaker No. Per-04/MEN/1987 tentang P2K3 Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja, demikian pula dalam Pelaksanaan Audit LK3 telah sesuai dengan Permenaker RI No. PER-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3.

6. PT Kayaba Indonesia melakukan upaya pengelolaan limbah seperti

memanfaatkan sisa potongan Piston Rod, barang reject, pengilahan limbah chrome, dan penyerahan limbah padat B3 ke PPLI, sehingga telah sesuai dengan PPRI No. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun.

7. PT Kayaba Indonesia melakukan pelayanan kesehatan sesuai Permenaker No.

PER-03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja; Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan sesuai Kepmenaker No. Kep-147/MEN/1989 tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan bagi program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja; penyediaan obat-obatan P3K sesuai dengan Permenakertrans No. PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja.

8. Alat angkat-angkut yang tersedia di PT Kayaba Indonesia sebagian besar telah sesuai dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut, akan tetapi sebagian kedisiplinan karyawan untuk memakai Safety helmet bagi pengemudi Forklift masih kurang.

9. Prosedur tanggap darurat PT Kayaba Indonesia telah Peraturan menteri Tenaga Kerja No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

B. Saran

1. Dari hasil observasi, masih terlihat kedisiplinan pekerja untuk memakai APD yang diwajibkan masih kurang. Sebaiknya pihak perusahaan melakukan analisa penyebab ketidakdisiplinan tersebut untuk dijadikan tindakan perbaikan atau solusi yang tepat.

2. Intensitas penerangan di beberapa area masih sangat kurang. Sebaiknya PT

Kayaba Indonesia melakukan tindakan korektif dengan menambah intensitas penerangan. Penambahan intensitas penerangan tidak harus dengan menambah lampu (energi), tetapi dapat pula dilakukan hal sebagai berikut:

a. Peningkatan pemanfaatan cahaya matahari sebagai sumber cahaya alami.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat sebagian atap atau dinding bagian atas dari bahan yang transparan agar cahaya dapat masuk ke ruangan.

b. Menyediakan pencahayaan lokal untuk pekerjaan yang memerlukan

ketepatan dan ketelitian tinggi. Misalnya pada meja ukur dan area

inspector agar cahaya fokus ke lapangan pandang (benda kerja).

c. Menjaga kebersihan jendela, lampu, langit-langit dan sumber masuk cahaya lainnya.

3. Prosedur yang telah ditetapkan sebaiknya dilaksanakan, seperti evaluasi harian ijin kerja belum dilakukan secara kontinyu.

DAFTAR PUSTAKA

Depnaker RI, 1997. SE Menaker No. SE-01/MEN/1997 tentang NAB Faktor

Kimia di Tempat Kerja. Jakarta : Depnaker RI.

Depnaker RI, 2004. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No Ins. 11/M/B/1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran. Jakarta : Depnaker RI.

Depnaker RI, 2004. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999

tentang NAB Faktor Kimia di tempat Kerja. Jakarta : Depnaker RI. Depnaker RI, 2004. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-04/MEN/1980

tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Jakarta : Depnaker RI.

Depnaker RI, 2004. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja. Jakarta : Depnaker RI.

Depnaker RI, 2004. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut. Jakarta : Depnaker RI.

Depnaker RI, 2004. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Depnaker RI.

Depnaker RI, 2004, Permenakertrans No. Per-02/MEN/1980 tentang

Pemeriksaan Kesehatan Kerja. Jakarta : Depnaker RI.

Depnaker RI, 2004. Permenaker No. PER-03/MEN/1982 tentang Pelayanan

Kesehatan Kerja. Jakarta : Depnaker RI.

Depnaker RI, 2004. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Jakarta : Depnaker RI.

Depnaker RI, 2004. Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Jakarta : Depnaker RI.

Depnaker RI, 2008. Permenakertrans No. PER.15/MEN/VIII/2008 tentang

Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja. Jakarta : Depnaker RI.

Menteri LH RI, 2001. Undang-Undang No 5 tahun 1984 tentang Perindustrian. Jakarta : Departemen Perindustrian RI.

Menteri Perburuhan RI, 2004. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, dan Penerangan di Tempat Kerja. Jakarta.

Osada, Takashi, 1996. Sikap Kerja 5 S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke),

Jakarta : PT Ikrar Mandiri Abadi.

Tarwaka1), 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan

Produktivitas. Surakarta : Harapan Press.

Tarwaka2), 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan

Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.

Tim Penterjemah, 2000. Pedoman Praktis Ergonomik : Petunjuk yang Mudah

Diterapkan dalam meningkatkan Keselamatan dan Kondisi Kerja, Jakarta.

Tim Penyusun, 2006. Astra Green Company : Pedoman Pengelolaan

Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta. PT Astra International Tbk.

Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Gunung Agung.

Dokumen terkait