• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aziza Melati & Bambang Soemardjono (2013), Canon sebuah Teori Musik sebagai Tema Objek Rancang Sekolah Tinggi Seni

4. Musik Klasik

2.4. Kajian Literatur Proyek Arsitektur dengan Tema Musik

2.4.1. Aziza Melati & Bambang Soemardjono (2013), Canon sebuah Teori Musik sebagai Tema Objek Rancang Sekolah Tinggi Seni

Pertunjukan Indonesia,Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol. 2, No.2

Melati Aziza dan Bambang Soemardiono (2013) memulai perancangan melalui pemikiran yang dikatakan oleh Goethe bahwa arsitektur adalah musik

35

yang membeku Sama halnya dengan musik bahwa arsitetur juga memiliki irama. Sehingga mereka memilih musik canon sebagai tema perancangan. Dimana

Canon memiliki karakter seperti pengulangan pada melodi yang didalamnya terdapat melodi Leader dan Follower dengan durasi tertentu dan imitasi oleh melodiFollower berupa ritme atau interval yang sama. Partitur Canon digunakan sebagai penerjemah transformasi dalam pola garis. Simbol garis digunakan sebagai acuan pada penerapan terhadap perancangan.

Untuk canon sederhana, partitur yang dipakai adalahCanon in D(karya J. Pachelbel). Sedangkan untuk contoh yang lebih kompleks menggunakan partitur laguGia torna a rallegrarl’aria e la terra(karya Lucas Marenzio).

Setelah melakukan proses analisa partitur Canon ke dalam simbolisasi garis (Gambar 2.25), selanjutnya dibuat penerapan kedalam proses perancangan yang diinginakan, yaitu:

• Bentuk garis Follower yang sama mengacu pada interval yang sama

(Gambar 2.26)

• Bentuk garisFollowermengacu pada ritme yang sama(Gambar 2.27). Penjelasan diatas merupakan kriteria umum yang didapat dari karakter temaCanon dan penyesuaian terhadap bentuk keinginan perancangan. Dalam hal ini juga terdapat pertimbangan khusus terhadap perancangan, antara lain:

• Memperhatikan faktor kenyamanan, sirkulasi serta penataan parkir.

• Memperhatikan keamanan dalam tapak, Memperhatikan sistem sirkulasi dalam memudahkan pencapaian kendaraan pemadam kebakaran..

37

a. Konsep Siteplan

Konsep-konsep desain rancang yang diterapkan pada siteplan, antara lain sebagai berikut :

• Sistem sirkulasi secara keseluruhan adalah outer ringroad agar memudahkan dalam pencapaian ke masing–masing bangunan, terutama bagi mobil pemadam kebakaran.

• Yang berperan sebagai garis“Leader”adalah gedung departemen tari, departemen musik dan masjid. Sedangkan gedung rektorat dan gedung departemen tari berperan sebagai garis“Follower”.

• Yang berperan sebagai garis penegas dari garis “Leader” ditempati oleh gedung penunjang yang sifatnya publik (Gedung Pertunjukkan) dan garis garis hardscape softscape.

b. Konsep Gubahan Massa dan Exterior

`Konsep gubahan massa diumpamakan membentuk pola Canon sederhana dengan cara sebagai berikut :

• Layering pada bangunan

• Bangunan sebagai“Leader”diletakkan dibelakang, agar sekuen antara “Leader”dan“Follower”terlihat.

• Pemberian warna yang berbeda untuk“layer”dan bangunannya.

Dalam penerapan di perancangan, pembeda antara “Leader” dan “Follower” dibedakan berdasarkan hal berikut:

• Layering yang berbeda pola tetapi ritmenya sama (contoh Gedung Pertunjukan)

45

2.5. Keterkaitan antara Musik dan Arsitektur 2.5.1. Denah

MUSIK ARSITEKTUR HOTEL SANTIKA

DYANDRA MEDAN Intro:

Merupakan awal dari sebuah lagu.

Sebagai patokan awal dalam memasuki melodi utama.

Kerangka

pengembangan irama atau motif dalam permainan saat dijadikan iringan vokal.

Entrance:

Memberikan peran dan fungsi tertentu dalam suatu bangunan. Sebagai tanda transisi

antara exterior dan interior.

Gerbang Hotel:

Merupakan jalur masuk menuju bagian dalam hotel. Pada Groundfloor terdapat 3 (tiga) jalur masuk menuju ruang dalam pada hotel, yakni melalui Jl. Pengadilan, Jl. Candi Prambanan dan Jl. Maulana Lubis.

Bait:

Merupakan awal dari sebuah lagu yang biasanya pola nadanya hampir sama.

Memberikan gambaran terhadap pesan utama pada sebuah lagu.

Secondary Space: Suatu area yang tidak

terlalu digunakan secara eksklusif. ruang pengantar dalam

memberikan penjelasan

terhadap fungsi

bangunan.

Convention Room:

Terletak pada ground floor hotel Santika dyandra. Sebagai pemberi gambaran kepada pengunjung terhadap fungsi bangunan. Bait:

Merupakan awal dari sebuah lagu yang biasanya pola nadanya hampir sama.

Memberikan gambaran terhadap pesan utama pada sebuah lagu.

Secondary Space:

Suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif. ruang pengantar dalam

memberikan penjelasan terhadap fungsi bangunan.

Receptionist:

Terletak pada lantai 1 hotel Santika dyandra. Sebagai alur pengantar

dalam pencapaian menuju kamar hotel.

Bait:

Merupakan awal dari sebuah lagu yang biasanya pola nadanya hampir sama.

Memberikan gambaran terhadap pesan utama pada sebuah lagu.

Secondary Space:

Suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif. ruang pengantar dalam

memberikan penjelasan terhadap fungsi bangunan.

Banquet:

Terletak pada lantai 2 hotel Santika Dyandra. Merupakan ruang yang

tidak digunakan secara

umum. Hanya

digunakan terhadap kelompok-kelompok tertentu yang sedang mengadakan acara yang diadakan di hotel.

Interlude:

Sisipan melodi pada pertengahan lagu. Merupakan bagian yang

menyambungkan antar bait denganreffrein. Terdiri dari beberapa bar

atau pola akord.

Berguna sebagai bagian transisi menuju kembali kepada lagu pokok.

Trantition Space:

Lintasan dari suatu taraf tingkatan, subjek, tempat ke tempat lainnya.

Sebagai penghubung antara akhiran dari aktifitas sebelumnya sebelum memasuki aktifitas yang baru. Ruang penghubung

fisik diantara 2 ruangan yang didesain dengan aspek fungsional maupun sebagai unsur penambahan dalam estetika.

Restoran, Kolam Renang dan Caffee Shop:

Terletak pada lantai 3 hotel Santika Dyandra sebagai fasilitas sekunder pada hotel. Transisi menuju kamar

hotel yang terdapat pada lantai 4 sampai dengan lantai 11.

Merupakan penghubung dari aktifitas umum menuju aktifitas yang bersifat privasi.

Reffrain:

Merupakan inti dari sebuah lagu.

Primary space :

Merupakan bagian utama dalam sebuah

Kamar Hotel:

Terletak pada lantai 4 sampai dengan lantai 11

47

Notasi dan

pengulangannya sama dan memiliki syair yang

sama, namun kemungkinan syairnya sedikit dimodifikasi. bangunan. Digunakan secara eksklusif pada kelompok-kelompok tertentu.

hotel Santika Dyandra. Hanya diperuntukkan

bagi pengunjung yang

menyewa ataupun

menginap pada kamar yang disediakan pihak hotel.

Memiliki bentuk denah yang sama pada tiap lantainya.

Tabel. 2.2. Tabulasi keterkaitan antara musik dan arsitektur

2.5.2. Tampak

MUSIK ARSITEKTUR HOTEL SANTIKA

DYANDRA MEDAN Melodi:

Merupakan elemen pembentuk musik. Terdiri dari rangkaian

nada-nada yang

menghasilkan ide musikal.

Bukaan:

Merupakan salah satu elemen pembentuk fasad.

Berfungsi sebagai alur sirkulasi udara.

Jendela:

Elemen pembentuk tampak pada hotel Santika Dyandra. Terdiri dari rangkaian

jendela yang memiliki ukuran bervariasi. Irama:

Bunyi yang bersifat dinamika yang bergerak secara teratur serta berhubungan dengan panjang pendeknya not. Sekelompok bunyi dan

diam panjang

pendeknya dalam waktu yang

bermacam-Ritme:

Sebagai pergerakkan yang bercirikan unsur-unsur atau motif berulang.

Disusun secara terpola dengan interval secara teratur maupun tidak teratur.

Ritme Jendela:

Susunan jendela disusun berdasarkan ritme yang bergerak teratur dengan tingkat kerapatan antara satu jendela dengan jendela lainnya.

macam dalam bentuk yang berulang-ulang. Harmoni:

Bunyi gabungan dua nada atau lebih, yang berbeda tinggi atau

rendahnya dan

dibunyikan secara serentak.

Selaras, sepadan, bunyi serentak.

Berisi akord-akord yang dirangkai dengan membentuk pola-pola tersendiri yang tidak dapat dipisahkan.

Komposisi:

Susunan berberapa macam bentuk yang terjalin dalam suatu kesatuan sehingga terwujud bentuk baru yang sesuai dengan kondisi tertentu. Susunan unsur-unsur

dalam suatu karya yang memancarkan kesatupaduan, irama dan juga keseimbangan. Komposisi Jendela: Penggabungan susunan

dari ritme jendela sehingga menghasilkan pola yang teratur serta memiliki satu kesatuan.

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait