• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badan Jalan sebagai Lahan Parkir Mobil

BAB I PENDAHULUAN

B. Macam-macam Pemanfaatan Jalan Umum Secara

3. Badan Jalan sebagai Lahan Parkir Mobil

Banyak warga yang memiliki mobil, tetapi tidak memiliki garasi, sehingga menjadikan badan jalan di depan rumahnya sebagai lahan parkir. Ada juga rumah yang masih menyisakan lahan kosong, tetapi terlalu kecil untuk ukuran mobilnya, sehingga mereka menggeser pagar rumah sampai di atas selokan. Seperti yang telah disebutkan pada bab yang lalu, bahwa hal ini diakibatkan oleh renovasi rumah tanpa mengikuti aturan Dinas Tata Ruang.

Setiap pendirian bangunan baru atau renovasi bangunan lama harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Ruang Kota/Kabupaten. Di dalam Peraturan Daerah Kota Makassar disebutkan bahwa setiap mendirikan, atau merobohkan dan mengubah bangunan harus melalui izin pemerintah kota Makassar, dalam hal ini Izin Mendirikan Bangunan (IBM) yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Ruang Kota Makassar. Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan baik sebagian maupun seluruhnya termasuk pekerjaan menggali dan menimbun atau meratakan tanah

46Muhammad Tatam Wijaya, “Takziah Hanya Boleh Sampai Hari Ketiga, Benarkah?”, nuonline.co.id, (diakses pada 8 Maret 2022, pukul 16.56).

yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan. Mengubah bangunan adalah pekerjaan mengganti dan atau menambah bagian-bagian bangunan yang ada, termasuk pekerjaan membongkar yang berhubungan dengan pekerjaan mengganti bagian bangunan tersebut.47

Di dalam IMB terdapat gambar situasi perletakan bangunan yang harus memuat penjelasan tentang:

a. Bentuk persil/pekarangan;

b. Jalan dan nama menunjukkan persil dan di sekeliling persil;

c. Peruntukan bangunan di sekelilingnya;

d. Letak bangunan di dalam persil (tata letak bangunan);

e. Garis sempadan;

f. Arah mata angin;

g. Skala gambar.48

Garis sempadan terluar yang sejajar dengan as jalan dan atau as sungai dikelilingi bangunan ditentukan berdasarkan kelas jalan, lebar bahu jalan, dan kelas peruntukan persil/pekarangan. Letak garis sempadan bilamana tidak ditentukan lain adalah separuh lebar bahu jalan atau bahu sungai ditambah satu meter, dihitung dari batas tepi bahu jalan atau bahu sungai.49

Adapun perparkiran diatur di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, bahwa yang dimaksud parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak

47Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 15 Tahun 2004, bab I, pasal 1, ayat (11), (12), dan (13).

48Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 15 Tahun 2004, bab II, pasal 2.

bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan oleh pengemudinya, sedangkan yang dimaksud dengan berhenti adalah kendaraan tidak bergerak untuk sementara dan tidak ditinggalkan oleh pengemudinya.50

Penyediaan fasilitas parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar ruang milik jalan sesuai dengan izin yang diberikan. Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan kabupaten atau jalan kota yang harus dinyatakan dengan rambu lalu lintas dan/atau marka jalan.51

Seperti yang telah di sebutkan di atas bahwa setiap pendirian bangunan baru atau renovasi bangunan lama harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Ruang Kota/Kabupaten. Pendirian atau renovasinya harus sesuai dengan gambar yang tercantum di dalam IMB tersebut.

Di dalam IMB tercantum batas bangunan terdepan yang disebut Garis Sempadan Bangunan (GSB). GSB ini berbeda-beda pada setiap kawasan tergantung kelas jalan di mana bangunan tersebut didirikan. Rumah yang terletak di posisi sudut memiliki dua GSB yang batasnya sesuai dengan kelas jalan yang mengenai bangunan tersebut.52

Ada beberapa fungsi dari GSB, yaitu:

1. Fungsi keindahan lingkungan. Di negara-negara maju yang masyarakatnya taat hukum, rumah-rumah penduduk tertata begitu rapi dan menarik,

50 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, bab I, pasal 1, ayat (15) dan (16).

51 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, bab VI, pasal 43, ayat (1) dan (3).

52Linda dan Iko, “Tanah Hook”, pinhome.id,(diakses pada 08 Maret 2022, pukul 17.02).

bahkan model rumahpun terkesan seragam. Bentuk rumah sesuai dengan kultur masyarakatnya yang sangat menghormati hak individu.

2. Fungsi kelancaran lalu lintas di depan bangunan. Rumah yang mematuhi GSB akan membuat pemandangan lalu lintas menjadi lapang. Berbeda dengan rumah yang tidak mematuhi GSB akan ada saja masalah yang membuat kemacetan di depan rumah tersebut. Rumah yang sudah dibangun sangat dekat dari jalanan, kemudian kedatangan tamu yang berkendaraan pribadi, tentu sang tamu akan memarkir kendaraannya di bahu jalan. Demikian pula rumah yang dijadikan tempat jualan, maka setiap pembeli yang singgah akan memarkir kendaraannya di badan jalan, akibatnya sangat berpotensi terjadi kemecetan jalan di depannya.

3. Fungsi resapan air hujan. Meskipun secara yuridis si pemilik rumah adalah pemilik sah atas keseluruhan lahan rumah, tetapi dia tidak berhak membangun memenuhi lahan tersebut. Dia harus menyisakan area resapan air hujan di lahan itu. Rumah yang dibangun memenuhi suatu lahan, maka area resapan air hujan akan hilang. Akibatnya, setiap turun hujan deras, saluran drainase tidak mampu menampung debit air, sehingga memperparah luapan air di jalanan. Air yang memenuhi jalanan sudah tentu mengganggu lalu lintas. Berbeda dengan rumah yang mematuhi GSB dan menanam pohon di lahan kosongnya, selain bisa menjadi area resapan air juga sebagai lahan parkir dan ruang bermain anak. .53

Fransisca Wungu, “Apa Sih Gunanya Garis Sempadan Bangunan?”,www.idea.co.id,

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemanfaatan Jalan Umum Secara Pribadi Dalam Islam

Interaksi antara pemakai jalan umum dengan pihak yang ada di sekitarnya sudah terjadi sejak dahulu. Allah SWT menceritakan kisahnya di dalam Al-Qur’an. Pemakai jalan umum adalah rombongan tentara nabi Sulaiman, sedang pihak yang berada di sekitar jalan umum adalah kawanan semut, sebagaimana firmannya dalam QS al-Naml/27: 18.

وَُمثْطُعَوطَ طا م

وَُمطْعمسُطَ اووَُُّوَا َُوُثْلا اطْبْزطّسَّ دَطّوطم وَطلاطَ لعَوُثْلا عَاطو ىسّطَ اووطَْطا ّاطَعا ّسّّطى...

. طَووُرُِوَطز طا وَُْطو هَُووَُُْْطو ُُسُوْطُّس

Terjemahnya:

“Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut:

“Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”54

Jalan umum adalah fasillitas umum yang disediakan untuk semua orang, dan hanya boleh dimanfaatkan untuk kepentingan umum Jalan umum yang dimanfaatkan secara pribadi secara tidak sah berarti mengambil hak orang lain.

Islam sangat melarang menggunakan hak orang lain secara tidak sah, ini dinamakan ghasb. Ghasb hukumnya haram berdasarkan firman Allah SWT,

عِاثْلا عُاطووَطَ وُعَّ انَزعرطَ واوَُُّوَطتعل عَاثمُوْا طَع اطعه واوُلوَُّطو عَعَاطبولعَ َُمطْوْْطِْ َُمطلاطووَطَ واوَُُّوطأ طاطو طَوُُطّوِطَْ وَُتَطَطو عومعلعَ

54Kementrian Agama, al-Qur’an & Terjemahnya, (Cet. 1; Bandung: Syamil Qur’an, 2012), h. 378.

Terjemahnya:

“Dan janganlah kalian memakan harta di antara kalian dengan jalan yang batil dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa padahal kamu mengetahui.”55

Tafsir ayat di atas adalah:

عِوْطّطَ طٍوْطلطو ،دُاطَ عِوْطّطَ َُوُمطز عََُثرلا عِ اطذطْ :شِاثبطَ عُوِا عُطَطو ،طَطْوّطَ عِطَ ُُوِا بَعّطَ طُاطَ

دعمٌ ُِثَطَ َُطّوِطْز طوُْطو ،عِوْطّطَ ثَطوْا ثَطَ ٍُعروِطْز طوُْطو ،عَاثمُوْا طَع َُعصاطُخطو طُاطُولا ُّطْوَطْطَْ ،َْعّْطِْ عِْعَ

.شَارى َُعٌَ

عُوِ عَعَاطََُطو ،عّيعّّبُلاطو ،ٍَاطتَو ،عُطُطوْاطو ،طَطَعرومعَطو ،رطبَُ عُوِ عّْعِطسطو ،شّعْاطُج وُطَ طيعوَُ اطذطَطو .

56

دعماطظ َثََ ََُِّ طَوَطَطو وَصاطُخ طا :اوُلاطَ وَُثَطَ طَطّوسطَ عُوِ عّوزط عُوِ عُطومثرلا عّوبطَطو ،َاّْطى

“Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa hal ini berkenaan dengan seseorang yang mempunyai tanggungan harta kekayaan tetapi tidak ada saksi terhadapnya dalam hal ini, lalu ia mengingkari harta itu dan mempersengketakannya kepada penguasa, sementara itu ia sendiri mengetahui bahwa harta iu bukan menjadi haknya dan mengetahui ia berdosa, memakan barang haram. Demikian diriwayatkan dari Mujahid, Said bin Jubair, Ikrimah, Hasan al-Bashri, Qatadah, al-Suddi, Muqatil bin Hayyan, dan Abdurrahman Bin Zaid bin Aslam; mereka semua mengatakan: “Janganlah engkau bersengketa, sedang engkau mengetahui bahwa engkau zalim.”

Tafsir ayat di atas menjelaskan keharaman seseorang menggunakan suatu barang sedangkan dia mengetahui bahwa penggunaan barang itu bukan haknya.

Nabi Saw juga bersabda:

55Kementrian Agama, al-Qur’an & Terjemahnya, h. 29.

Ismail Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, Vol. 1 (Dar Tayyibah

عِوْطّطَ ُثّا ىثّطص عثّا ُُوُسطَ طُاطَ :طُاطَ عهعّّطَ وُطَ ،عِْعِطَ وُطَ ،طّزعزطز عُوِ عَعِاثُلا ُُوِ عثّا ُّوبطَ

اطْثَُطروّطَْ عِْعَطَ اطَطَ طذطَطَ وُطُطَ ،ادَاطَ ووطَ انبعَ طا عِْعَطَ اطَطَ وََُُّطىطَ وذَُوطأ طا« :طَثّطسطو

57

)يذَرلا هاوَ(«عِوْطلع

Artinya:

“Janganlah di antara kalian mengambil tongkat milik saudaranya, baik secara main-main atau sungguh-sungguh. Apabila salah satu dari kalian mengambil tongkat milik saudaranya maka hendaklah ia mengembalikannya”.

Imam Muslim juga meriwayatkan hadis dari Abu Umamah menyebutkan:

شَعّوَُُ شٍعروَا ثَطى طِطَطتوَْا عُطَ« :طُاطَ طَثّطسطو عِوْطّطَ ُل ىثّطص عل طُوُسطَ ثَطَ ،طَطَاطََُ عِطَ وُطَ

طَ انرعُطز انًوْْطَ طَاطَ وَعطو :دََُطَ ُِطل طُاطَطَْ »طَثْطولا عِوْطّطَ طَثرطىطو ،طَاثْلا ُِطل ُل طَطَووطَ وّطَطَْ ،عِعْْعُطْعِ

58

)ََُّ هاوَ(«شَاطَطَ وُعَ انبْعَطَ وَعطو« :طُاطَ ؟عل طُوُسطَ

Artinya:

“Barang siapa yang mengambil harta saudaranya dengan sumpahnya, maka Allah akan mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan masuk surga.

Lalu ada seseorang bertanya: “wahai Rasulullah, meskipun hanya sedikit?”

Beliau menjawab, “meskipun hanya sebatang kayu araak (kayu untuk siwak).”

Hadis lainnya menyebutkan,

طذطَطَ وُطَ« :طَثّطسطو عِوْطّطَ ُل ىثّطص بعيثْلا طُاطَ :طُاطَ ُِوْطَ ُثّا طَعِطَ عِْعِطَ وُطَ ،شعماطس وُطَ

59

)يَاخبلا هاوَ(»طنعِطَطَ عِوبطس طَع عَطَاطْعَلا طَووطْز عِعِ طَعَُُ عِعَّطى عورطغعِ انًوْْطَ عِوَطوأا طُعَ

Artinya:

“Barang siapa mengambil sejengkal tanah secara zalim, maka Allah akan mengalungkan tujuh bumi kepadanya”.

57Muhammad bin Isa al-Turmudzi, Sunan al-Turmudzi, Vol. 4, h. 462.

58Muslim bin Hajjaj al-Naisabury, Sahih Muslim, Vol. 1, h. 122.

59Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Vol. 3, h. 130.

1. Pandangan Islam Tentang Penggunaan Jalan Umum Sebagai Tempat Menggelar Hajatan dan Lahan Parkir

Membuat hajatan dan memarkir mobil di badan jalan adalah kepentingan pribadi, dan mengambil hak pemakai jalan umum. Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Hendaknya jangan sampai membuat gangguan bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda,

وُطَ َُعّوُُما« :طُاطَ طَثّطسطو عِوْطّطَ ُل ىثّطص عّعيثْلا عُطَ ،اطُُْوْْطَُثّا طَعِطَ وشروُطَ عُوِ عثّا عّوبطَ وُطَ

(

60

يَاخبلا هاوَ«(هعّطزطو عِعَاطُعل وُعَ طَوُُعّوُُما طَعّطس

Artinya:

“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari (gangguan) lisan dan tangannya.”

Mengingat jalan umum adalah untuk kepentingan umum, hendaknya seorang muslim memperhatikan ajaran Islam bahwa termasuk keimanan adalah menyingkirkan“rintangan/gangguan” dari jalan semisal batu, kayu kecil, duri dan lain-lain.

Nabi SAW bersabda,

َُايلا: »ُاَ -َّسو َِّْ ل ىّص- ل ُوسَ ََ ،-َِْ ل ََِ- ٍرزرْ َِ َُ

ىطَطأا َُطَاطَع اطْطَوَطَطو ،ل ا ِل ا :ُُووطَْ اطُّْطَوَطَطَ :نَطبوَُِ طَوُتعسو دِوَعِ وَ طَوُِوْبطسطو دِوَعِ

61

)ََُّ هاوَ( َاطيعلا طُعَ دَطبوَُِ َُاطْطْاطو ،عَزعرثَلا عُطَ

60Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Vol. 1, h. 11.

Artinya :

“Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh sekian cabang. Cabang yang paling utama adalah ucapan Laa ilaaha illaAllah (tiada sesembahan yang haq selain Allah), sedangkan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu merupakan salah satu cabang keimanan”.

Memasang tenda dan mengatur kursi di badan jalan umum untuk suatu hajatan jelas mengganggu pemakai jalan lain. Demikian pula memarkir kendaraan di atas trotoar atau bahu jalan, akan menutup jalur pejalan kaki. Akibatnya orang yang berjalan kaki terpaksa memilih melewati badan jalan. Sering terjadi, pejalan kaki terutama anak-anak yang tertabrak kendaraan karena lewat di badan jalan.

Terdapat sebuah hadis yang menyinggung permasalahan penggunaan jalan untuk kepentingan pribadi. Rasulullah SAW bersabda,

طُوطسَ طَ :اوُلاطََ ، عِاَُربَلا ِ طِوُُّولاطو ََُثَع: طُاطَ ﷺ عّعيثْلا َُ ،عّيعَوُّوخا شِّْطس عِطَ وَُ

ٍعّوَطُولا ثاع وَُتوْْطِْطَ اطَعِطَ: ﷺ ثّا ُُوسَ طُاطَطَْ ،اطْْعَ ُُثّْتطَ ،دُِّ اطُْعلا طج وُعَ اطْطل اطَ ،ثّا بَطَو ،رطَطبولا بّطغ: طُاطَ ؟ثّا طُوسَ طَ عَزعرثَلا بَطى اطَو :اولاَ ،ُِثَطى طَزرثَلا اوَُوَطَطَ

62

)ََُّ هاوَ( .رطموُُْولا عَُ َُوْثْْلاو ، عٍوروِطُولَ ُروَطأاطو ،عَلثُلا بَطَو ،ىطَطأا

Artinya :

“Hindarilah olehmu duduk-duduk di pinggir jalan!” Para sahabat bertanya;

“Ya Rasulullah bagaimana kalau kami butuh untuk duduk-duduk di situ memperbincangkan hal yang memang perlu?.” Rasulullah SAW menjawab: “Jika memang perlu kalian duduk-duduk di situ, berikanlah hak jalanan.” Mereka bertanya; “Apa haknya ya Rasulullah?” beliau menjawab: “Tundukkan pandangan, jangan mengganggu, menjawab salam (orang lewat), menganjurkan kebaikan, dan mencegah yang mungkar.”

Meskipun konteks kejadian dalam hadis hanya larangan untuk duduk-duduk di pinggir jalan untuk kepentingan pribadi, bukan menggunakan badan

62Muslim bin Hajjaj al-Naisabury, Sahih Muslim, Vol. 3, h. 1675.

jalan untuk hajatan dan memarkir kendaraan, tapi penekanan dalam hadis ini sama-sama tentang larangan mengambil hak pemakai jalan. Seringkali terjadi, gerombolan orang yang duduk-duduk sambil bercakap biasanya meluber sampai ke badan jalan, sehingga berpotensi mempersempit akses jalan.

Adapun walimah pernikahan, ulama ahli fikih telah menyepakati bahwa mengadakannya hukumnya sunnah yang sangat ditekankan, dan mengharuskan pihak suami untuk mengumumkannya dengan sesuatu yang mudah baginya.

Mengadakan walimah pernikahan juga tergantung kemampuan suami, Islam tidak mengharuskan pestanya mewah. Islam malah melarang mengundang orang-orang kaya saja yang menuntut kemewahan. Tujuan mengundang banyak orang untuk menghadiri walimah pernikahan adalah sebagai pengumuman bahwa pasangan pengantin telah sah, walaupun yang disuguhkan hanya seekor kambing untuk seluruh tamu bahkan sekedar kue-kue penganan saja.

Mengadakan walimah pernikahan dengan memasang tenda di jalan umum adalah tanda kemampuan pihak yang mengadakan walimah agar ramai dan mewah. Seyogyanya mereka menyewa gedung pertemuan yang sesuai dengan dana yang tersedia dan dengan suguhan yang sesuai dengan kemampuan. Tidak memaksakan diri sehingga menyusahkan diri dan orang lain, bahkan sampai berutang demi memelihara gengsi.

Tentang pembangunan pagar di atas selokan secara permanen; Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 bab III pasal 11 menyebutkan bahwa saluran drainase tepi jalan juga merupakan bagian jalan, sehingga seseorang tidak boleh

membangun pagar di atas selokan demi melonggarkan area untuk memarkir mobil.

Sebuah hadis menyebutkan:

عورطغعِ شَووطَْ عِوَطَ عِ طَطَط وُطَ« :طُاطَ طَثّطسطو عِوْطّطَ ُثّا ىثّطص ثعيثْلا ثَطَ ،شٍزعّطَ عُوِ عِعَاطَ وُطَ

63

)يذَرلا هاوَ(«ُُِتطَطفطَْ ُِطلطو دَوَطَ عَوَثزلا طُعَ ُِطل طٍوْطّطَْ وَععَوَع

Artinya:

“Barangsiapa yang menanam di atas tanah sutu kaum tanpa seizin mereka, maka ia tidak memiliki apapun dari tanaman itu, tapi ia mendapatkan nafkahnya.”

Hadis di atas menyebutkan tentang pemanfaatan suatu lahan untuk menanam tanaman, tapi secara umum berarti pemanfaatan tanah yang bukan haknya dalam bentuk apapun. Apabila seseorang telah membangun pagar di atas selokan seolah-olah dia bukan pemilik pagar tersebut, tapi dia mendapat manfaat dari keberadaannya. Hal ini juga melanggar Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 pasal 63 ayat 3, yang berbunyi: “Setiap orang yng dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang pengawasan jalan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 {tiga) bulan atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

2. Hukum Islam yang Membolehkan Penggunaan Jalan Umum untuk Kepentingan Pribadi

Secara umum (hukum asal), penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi tidak diperbolehkan berdasarkan nash-nash yang jelas seperti yang telah disebutkan di atas, karena ia termasuk dalam bagaian mengganggu orang lain.

63Muhammad bin Isa al-Turmudzi, Sunan al-Turmudzi, Vol. 3, h. 640.

Akan tetapi dalam beberapa kasus, menggunakan jalan umum diperbolehkan dengan beberapa syarat, yaitu tidak menimbulkan gangguan atau bahaya bagi pengguna jalan., memberikan ruang untuk pejalan kaki atau pengendara untuk lewat. Syarat lainnya, sudah mendapatkan izin dari pemerintah .

Sulaiman bin Manshur al-Ujaili al-Azhari, yang populer dengan nama Jamal, dalam kitabnya Hasyiyah Jamal Ala Syarhi Minhaj, menjelaskan:

عِْعَ عٍطَاطَعوْا َُاطَولعطو عِاثّْعل عَوُرُُولا َُاطّوَعَ طَعَطِ اطَ شنعَ عُوَطِطَنٍطَاطَ َُطُطتوَُ دَطرطِ ُرطفطْتوغُْز وَطِطَْ

64

عِوَُبرلاطو عُوُزبْْلا عَطَاطى عَوّطَعِ عِْعَ عِّاطوثّلاعَوِطَطو اطْعّوَطَْ عٍثَُّ عَوّطَعِ وَطَعرَُ اطَ عٍطَاطُعِوّعل

"Namun, dimaafkan beberapa kemudaratan yang dianggap lumrah oleh masyarakat seperti penggalian tanah yang berdekatan dengan jalan umum atau meletakkan batu pembangunan, selama masih menyisakan sebagian jalan untuk dilalui orang lain. Begitu juga dengan memarkir kendaraan di pinggir jalan untuk sekedar menaikkan dan menurunkan penumpang."

Ulama lain yang membolehkan penggunaan jalan umum secara pribadi adalah Dr. Wahbah al-Zuhaily, sebagaimana dalam kitabnya Fiqhul Islam Wa Adillatuhu, beliau mengatakan:

طاط و .عَاطرعَّلاط و عِوْطْبولعُ عزطَوَط َ َُاطَوَع وط َ عِاطَاطْطُلا وطَ عِاطوط ّ ّلا ٍُاطَوْزع ُِطلطو طَطرطِ اط ُ وَع ،طُوزعرطَ وْاع ِ عَاطروِع لا َُطّطَطو ،َُطَ طاط ّ ٍلا :ُُثوطأا :عونطَورطَعِ ثاع ُّثْطَطْتطْز .طَاطرعِ طاطو

65

.عَعَاطىو ُا طَعَ عِوزعٍ َُوَعلا : عِاثكلا

64Sulaiman bin Manshur al-Ujaili al-Azhari, Hasyiyah Jamal Ala Syarhi Minhaj, Vol. 3 (Dar Fikr), h. 359.

“Boleh seseorang memarkir kendaraan atau membuat kedai di jalan dengan dua syarat. Yang pertama, ada jaminan keselamatan. Kemudian yang kedua, mendapatkan izin dari hakim (instansi yang berwenang).”

B. Pemanfaatan Jalan Umum Secara Pribadi Menurut Hukum Normatif Pemanfaatan badan jalan umum secara pribadi diatur dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Pasal 23 tentang pembinaan jalan umum meliputi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa, serta jalan kota.

Pembinaan jalan kabupaten dan jalan desa meliputi pemberian izin, rekomendasi, dispensasi, dan pertimbangan pemanfaatan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan. .66

Adapun penggunaan jalan yang bersifat pribadi antara lain untuk pesta perkawinan, kematian, atau kegiatan lainnya; bisa saja digunakan asalkan mengantongi izin resmi dari pemerintah, dalam hal ini Kepolisian Republik Indonesia. Jalan yang dapat digunakan untuk kepentingan pribadi ini adalah jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.67

Menurut undang-undang di Indonesia, penggunaan jalan umum yang mengakibatkan penutupannya berdasarkan Pasal 17 Perkapolri Nomor 10 Tahun 2012, yang berisi tentang cara memperoleh izin penggunaan jalan.68

1. Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan Lalu Lintas

66Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, Pasal 26, butir b.

67 Neneng Maghfiro, 2019, “Hukum Menggelar Walimah di Jalan Umum”, https://bincangsyariah.com/kalam/hukum-menggelar-walimah-di-jalanan-umum/ (diakses pada 4 0ktober 2021, pukul 21.22).

68Kitab Perkapolri Nomor 10 Tahun 2012, Pasal 17 Angka 1, 2, 3, 4, h.8-9.

Pesta pernikahan dengan memasang tenda yang menghalangi sebagian jalan raya termasuk sebagai penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas.

Mengenai hal ini dapat dilihat ketentuannya dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (“UU LLAJ”).

Di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dijelaskan penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas yang diperbolehkan yaitu:

penggunaan jalan untuk penyelenggaraan kegiatan di luar fungsinya dapat dilakukan pada jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, dan jalan desa.

Penggunaan jalan nasional dan jalan provinsi dapat diizinkan untuk kepentingan umum yang bersifat nasional. Penggunaan jalan kabupaten/kota dan jalan desa dapat diizinkan untuk kepentingan umum yang bersifat nasional.69

Penggunaan jalan kabupaten/kota dan jalan desa dapat diizinkan untuk kepentingan umum yang bersifat nasional, daerah, dan atau kepentingan pribadi.

Penggunaan jalan yang mengakibatkan penutupan jalan dapat diizinkan apabila ada jalan alternatif. Pengalihan arus lalu lintas ke jalan alternatif harus dinyatakan dengan rambu lalu lintas sementara. Izin penggunaan jalan diberikan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.70

Pengguna jalan di luar fungsi jalan bertanggung jawab atas semua akibat yang ditimbulkan atas penutupan jalan tersebut. Pejabat yang memberikan izin bertanggung jawab menempatkan petugas pada ruas jalan untuk menjaga keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.71

69Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Pasal 127, ayat (1) dan( 2).

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 10 Tahun 2012, yaitu tentang Pengaturan Lalu Lintas Dalam Keadaan Tertentu dan Penggunaan Jalan Selain Untuk Kegiatan Lalu Lintas (“Perkapolri 10/2012”). Penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas adalah kegiatan yang menggunakan ruas jalan sebagian atau seluruhnya di luar fungsi utama dari jalan.72 Penggunaan jalan untuk pesta pernikahan termasuk sebagai penggunaan jalan untuk kepentingan pribadi. Penggunaan jalan yang bersifat pribadi antara lain untuk pesta perkawinan, kematian, atau kegiatan lainnya.73Jalan yang dapat digunakan untuk kepentingan pribadi ini adalah jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.74

Jika penggunaan jalan untuk kepentingan pribadi tersebut mengakibatkan penutupan jalan, maka penggunaan jalan dapat diizinkan apabila ada jalan alternatif. 75 Pengalihan arus lalu lintas ke jalan alternatif tersebut harus dinyatakan dengan rambu lalu lintas sementara.76

Jika penggunaan jalan tersebut mengakibatkan penutupan jalan, harus ada izin penggunaan jalan yang diberikan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (“Polri”). 77 Polri nantinya akan bertanggung jawab menempatkan petugas pada ruas jalan untuk menjaga keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu

72Kitab Perkapolri Nomor 10 Tahun 2012, Pasal 1, ayat ( 9).

73Kitab Perkapolri Nomor 10 Tahun 2012, Pasal 16, ayat (2).

74Kitab Perkapolri Nomor 10 Tahun 2012, Pasal 127, ayat (3).

75Kitab Perkapolri Nomor 10 Tahun 2012, Pasal 128, ayat (1).

76Kitab Perkapolri Nomor 10 Tahun 2012, Pasal 128, ayat (2).

77Kitab Perkapolri Nomor 10 Tahun 2012, Pasal 128, ayat (3).

lintas dan angkutan jalan.78 Sedangkan pengguna jalan di luar fungsi jalan ini bertanggung jawab atas semua akibat yang ditimbulkan.

2. Penegakan Sanksi Terhadap Pelanggar Penggunaan Jalan Umum

Di dalam kitab Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 disebutkan beberapa sanksi pidana bagi pihak yang memanfaatkan jalan umum secara pribadi dengan cara ilegal, seperti menggelar hajatan walimah atau takziah, adalah sebagai berikut :

a. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang manfaat jalan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 18 (delapan belas) bulan atau denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).79

b. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang milik jalan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) bulan atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).80

c. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang pengawasan

78Kitab Perkapolri Nomor 10 Tahun 2012, Pasal 129, ayat (2).

79Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, bab VIII, pasal 63, ayat 1.

jalan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).81

d. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan penyelenggaraan jalan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).82

e. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan pengusahaan jalan tol, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).83 Adapun pihak yang menjadikan badan jalan umum sebagai tempat memarkir mobil biasanya tidak memiliki lahan parkir di rumah mereka. Keadaan ini sebagai akibat mereka tidak memetuhi aturan batas terluar Garis Sempadan Bangunan (GSB) ketika mendirikan rumah. Penegakan hukum bagi yang menjadikan jalan umum sebagai tempat memarkir mobil tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentng lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) pasal 287 ayat 1, yang telah disebutkan di atas. Sedangkan, bagi pihak yang mendirikan bangunan tidak sesuai dengan izin (IMB) yang diberikan oleh Dinas Tata Ruang Kabupaten/Kota maka akan diberi sanksi administratif berupa teguran, pencabutan ijin, penyitaan benda dan/atau surat, bahkan sanksi pidana berupa

81Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, bab VIII, pasal 63, ayat 3.

82Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, bab VIII, pasal 63, ayat 4.

83Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, bab VIII, pasal 63, ayat 5.

kurungann selama-lamanya 6 (enam) bulan penjara atau denda setinggi-tingginya Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).84

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan dan analisis yang ada pada bab-bab sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan mengenai Hukum Pemanfaatan Badan Jalan

Berdasarkan paparan dan analisis yang ada pada bab-bab sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan mengenai Hukum Pemanfaatan Badan Jalan

Dokumen terkait