Pasal 56 Peraturan Pemerintah (PP) 16 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dijelaskan bahwa kedudukan BK DPRD
Kota Yogyakarta merupakan sebagai alat kelengkapan DPRD yang bersifat
tetap yang dibentuk oleh DPRD dan ditetapkan dengan keputusan DPRD
Kota Yogyakarta.
1. Struktur keanggotaan BK Kota Yogyakarta periode 2009-2014
Dalam PP No. 16 Tahun 2010 juga sudah diatur mengenai
keanggotaan BK. Dalam Pasal 56 dijelaskan bahwa keanggotaan BK
dipilih dari dan oleh anggota DPRD dengan ketentuan bahwa untuk DPRD
kabupaten/kota yang beranggotakan sampai dengan 34 (tiga puluh empat)
orang berjumlah 3 (tiga) orang, dan untuk DPRD kabupaten/kota yang
beranggotakan 35 (tiga puluh lima) orang sampai dengan 50 (lima puluh)
orang berjumlah 5 (lima) orang.
DPRD Kota Yogyakarta beranggotakan 40 orang yang berasal dari
berbagai fraksi, yaitu:
Nama Fraksi Jumlah Anggota Asal Partai
Fraksi PDIP 13 PDIP dan Gerindra
Fraksi Demokrat 10 Demokrat
Fraksi PAN 7 PAN dan PPP
Fraksi PKS 5 PKS
Mengacu pada Pasal 56 Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2010
dan jumlah anggota DPRD Kota Yogyakarta tersebut, maka BK DPRD
Kota Yogyakarta terdiri dari 5 (lima) orang anggota. Adapun keanggotaan
BK dipilih dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD yang didasarkan
usul dari masing-masing fraksi. Masing-masing fraksi berhak
mengusulkan 1 orang calon anggota BK. Keanggotaan BK paling lama
adalah 21/2 (dua setengah) tahun.
Berikut ini Struktur Keanggotaan BK DPRD Kota Yogyakarta
periode 2009-pertengahan 2012:
Jabatan Nama Asal Fraksi
Ketua Danang Wahyu Broto, SE Demokrat
Wakil Ardianto PKS
Anggota 1 Suharyanto PDIP
Anggota 2 HM. Fursan, SE PAN
Anggota 3 R. Bagus Sumbarja Golkar
Mengacu pada Pasal 56 ayat (8) bahwa masa tugas anggota BK
paling lama 21/2 (dua setengah) tahun, maka pada pertengahan tahun
2012 diadakan penggantian antarwaktu anggota BK DPRD Kota
Yogyakarta. Penggantian antarwaktu tersebut merubah struktur
Jabatan Nama Asal Fraksi
Ketua IGN. Prayogo Sunaryo Demokrat
Wakil Bambang Anjar Jalumurti, Spi PKS
Anggota 1 Emanuel Ardi Prasetya PDIP
Anggota 2 HM. Fursan, SE PAN
Anggota 3 R. Bagus Sumbarja Golkar
Dalam hal penggantian antarwaktu, fraksi dapat mengusulkan
kembali calon anggota Badan Kehormatan dimana Anggota DPRD
pengganti antarwaktu menduduki tempat anggota Badan Kehormatan yang
digantikan.
2. Tugas dan Wewenang BK DPRD Kota Yogyakarta
Mengenai tugas dan wewenang BK telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 16 Tahun 2010 dan Peraturan DPRD Kota Yogyakarta No.
01 Tahun 2010 tentang Tata Tertib. Dalam Pasal 57 Peraturan Pemerintah
No. 16 Tahun 2010 disebutkan bahwa BK DPRD Kota Yogyakarta
mempunyai tugas antara lain:
a. Memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan terhadap
moral, kode etik, dan/atau peraturan tata tertib DPRD dalam rangka
menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD;
b. Meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap
c. Melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan
pimpinan DPRD, anggota DPRD, dan/atau masyarakat;dan
d. Melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas hasil penyelidikan,
verifikasi, klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam huruf c kepada
rapat paripurna DPRD.
Mengenai wewenang Badan Kehormatan (BK) diatur dalam Pasal
58 PP No. 16 Tahun 2010.71 Untuk melaksanakan tugasnya, BK
berwenang untuk:
a. Memanggil anggota DPRD yang diduga melakukan pelanggaran kode
etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD untuk memberikan klarifikasi
atau pembelaan atas pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan;
b. Meminta keterangan pengadu, saksi, dan/atau pihak-pihak lain yang
terkait, termasuk untuk meminta dokumen atau bukti lain; dan
c. Menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti melanggar
kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD.
3. Sanksi dan Pengaduan Badan Kehormatan
Mengenai sanksi dan pengaduan telah diatur dalam PP No. 16
Tahun 2010 dan Peraturan DPRD No. 01 Tahun 2010 tentang Tata Tertib.
BK menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti melanggar
kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD berdasarkan hasil
71
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi oleh Badan Kehormatan. Sanksi
yang diberikan dapat berupa:
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
c. Pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD; atau
d. Pemberhentian sebagai anggota DPRD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Keputusan BK mengenai penjatuhan sanksi berupa teguran lisan,
teguran tertulis, atau pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan
DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada anggota DPRD yang
bersangkutan, pimpinan fraksi, dan pimpinan partai politik yang
bersangkutan. Keputusan BK mengenai penjatuhan sanksi berupa
pemberhentian sebagai anggota DPRD diproses sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Dalam hal pengaduan bila terlihat adanya pelanggaran kode etik
oleh anggota DPRD, pengaduan dapat disampaikan secara tertulis kepada
pimpinan DPRD disertai identitas pengadu yang jelas dengan tembusan
kepada Badan Kehormatan. Berikut alur pengaduan dan penindakannya:72
1. Pengaduan disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPRD
disertai identitas pengadu yang jelas dengan tembusan kepada Badan
Kehormatan
72
2. Pimpinan DPRD wajib menyampaikan pengaduan sebagaimana
dimaksud pada poin 1 diatas kepada BK paling lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak tanggal pengaduan diterima
3. Apabila dalam jangka waktu seperti yang disebutkan pada poin 2
tersebut pimpinan DPRD tidak menyampaikan pengaduan kepada BK,
BK menindaklanjuti pengaduan tersebut
4. Dalam hal pengaduan tidak dsertai dengan identitas pengadu yang
jelas, pimpinan DPRD tidak meneruskan pengaduan sebagaimana
dimaksud pada poin 1 kepada Badan Kehormatan.
5. Setelah menerima pengaduan, Badan Kehormatan melakukan
penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi.
6. Penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi dilakukan dengan cara
meminta keterangan dan penjelasan kepada pengadu, saksi, teradu,
dan/atau pihak-pihak lain yang terkait, dan/atau memverifikasi
dokumen atau bukti lain yang terkait
7. Hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi Badan Kehormatan
dituangkan dalam berita acara penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi
8. Pimpinan DPRD dan/atau Badan Kehormatan menjamin kerahasiaan
hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi
9. Dalam hal hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi menyatakan
bahwa teradu terbukti bersalah, BK menjatuhkan sanksi sesuai dengan
10.Sanksi ditetapkan dengan keputusan BK dan dilaporkan kepada rapat
peripurna DPRD
11.Dalam hal keputusan BK, menjatuhkan sanksi berupa pemberhentian
sebagai anggota DPRD, pimpinan DPRD menyampaikan keputusan
tersebut kepada pimpinan partai politik yang bersangkutan
12.Partai politik sebagaimana dimaksud pada poin sebelumnya, dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak keputusan BK
diterima, menyampaikan keputusan dan usul pemberhentian
anggotanya kepada pimpinan DPRD
13.Dalam hal pimpinan partai politik tidak menyampaikan keputusan dan
usul pemberhentian sebagaimana disebutkan pada poin sebelumnya,
pimpinan DPRD menyampaikan usul pemberhentian anggta DPRD
tersebut berdasarkan keputusan Badan Kehormatan sebagaimana
dimaksud pada poin 11 kepada Menteri Dalam Negeri melalui
gubernur bagi anggota DPRD provinsi, dan kepada gubernur melalui
bupati/walikota bagi anggota DPRD kabupaten/kota
14.Menteri Dalam Negeri meresmikan pemberhentian anggota DPRD
provinsi dan gubernur meresmikan pemberhentian anggota DPRD
kabupaten/kota berdasarkan usul pimpinan DPRD sebagaimana
Terdapat ketentuan khusus mengenai pengaduan yang akan
diajukan kepada Badan Kehormatan. Pengaduan yang diajukan kepada BK
harus memuat:73
a. Identitas pengadu, meliputi:
1. Nama lengkap
2. Tempat dan tanggal lahir/umur
3. Jenis kelamin
4. Pekerjaan
5. Kewarganegaraan
6. Alamat lengkap/domisili
7. Fotocopy ktp
b. Identitas anggota dewan sebagai teradu, sekurang-kurangnya meliputi
nama lengkap dan fraksi tempat anggota dewan tersebut berasal.
c. Uraian peristiwa yang diduga pelanggaran, meliputi uraian singkat
fakta perbuatan yang dilakukan oleh anggota dewan sebagai teradu
dengan kejelasan mengenai tempat dan waktu terjadinya disertai bukti
awal.
Pengaduan tersebut diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia yang ditandatangani dan/atau dibubuhi cap jempol pengadu.
Mengenai muatan pengaduan, BK DPRD Kota Yogyakarta masih
73
Pasal 4 Peraturan DPR RI No. 2 tahun 2011 tentang Tata Beracara Badan Kehormatan DPR.
mengacu pada Tata Beracara BK DPR. Hal tersebut karena pada BK
DPRD Kota Yogyakarta periode 2009-2014 belum mempunyai Pedoman
Tata Beracara. Pedoman Tata Beracara BK DPRD Kota Yogyakarta
Periode 2009-2014 masih dalam proses pembahasan rancangan Pedoman
Tata Beracara BK.
4. Pelanggaran yang terjadi periode 2009-2014
Dalam periode 2009-2014 BK DPRD Kota Yogyakarta telah
menemukan beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh anggota dewan.
Penemuan tersebut berdasarkan hasil investigasi BK sendiri ataupun dari
pengaduan yang masuk ke BK. Memang tidak semua pelanggaran diproses
oleh BK, karena BK ranahnya adalah mengenai etika.
Sedangkan untuk pelanggaran-pelanggaran yang sifatnya perdata
maupun pidana, terlebih dulu BK menunggu proses peradilan. BK tidak
pernah mendahului proses hukum yang berlaku. Setelah suatu kasus atau
pelanggaran mendapat putusan dari pengadilan, baru BK akan memproses
dari segi etikanya.
Jika suatu pelanggaran dijatuhi hukuman, sudah tentu pelanggaran
tersebut juga merupakan pelanggaran kode etik. namun jika pelanggaran
yang diproses hukum tersebut tidak dijatuhi hukuman, belum tentu
pelanggaran tersebut melanggar kode etik.
Berikut ini pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di DPRD Kota
1. Asusila74
Dalam periode 2009-2014 ditemukan 1 pelanggaran asusila yang
dilakukan oleh salah satu anggota dewan. AP diadukan oleh MM
kepada BK DPRD Kota Yogyakarta karena MM mengaku dihamili
oleh AP.
2. Indispliner
Dalam periode 2009-2014 ditemukan pelanggaran dalam bentuk
indispliner seperti tidak mengikuti apel, tidak menghadiri rapat baik
rapat komisi, fraksi, ataupun paripurna tanpa keterangan dan surat ijin.
Selain itu BK juga menemukan adanya anggota dewan yang sering
pergi ke hiburan malam.75 Hal ini juga ditindak oleh BK karena
anggota dewan sebagai wakil rakyat seharusnya menjaga perilakunya.
Sudah sepatutnya anggota dewan menjaga citra dan martabatnya
sebagai wakil rakyat.