• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badan Kehormatan DPRD Kota Yogyakarta

Dalam dokumen IMPLEMENTASI FUNGSI BADAN KEHORMATAN DPR (Halaman 72-81)

Pasal 56 Peraturan Pemerintah (PP) 16 Tahun 2010 tentang Pedoman

Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dijelaskan bahwa kedudukan BK DPRD

Kota Yogyakarta merupakan sebagai alat kelengkapan DPRD yang bersifat

tetap yang dibentuk oleh DPRD dan ditetapkan dengan keputusan DPRD

Kota Yogyakarta.

1. Struktur keanggotaan BK Kota Yogyakarta periode 2009-2014

Dalam PP No. 16 Tahun 2010 juga sudah diatur mengenai

keanggotaan BK. Dalam Pasal 56 dijelaskan bahwa keanggotaan BK

dipilih dari dan oleh anggota DPRD dengan ketentuan bahwa untuk DPRD

kabupaten/kota yang beranggotakan sampai dengan 34 (tiga puluh empat)

orang berjumlah 3 (tiga) orang, dan untuk DPRD kabupaten/kota yang

beranggotakan 35 (tiga puluh lima) orang sampai dengan 50 (lima puluh)

orang berjumlah 5 (lima) orang.

DPRD Kota Yogyakarta beranggotakan 40 orang yang berasal dari

berbagai fraksi, yaitu:

Nama Fraksi Jumlah Anggota Asal Partai

Fraksi PDIP 13 PDIP dan Gerindra

Fraksi Demokrat 10 Demokrat

Fraksi PAN 7 PAN dan PPP

Fraksi PKS 5 PKS

Mengacu pada Pasal 56 Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2010

dan jumlah anggota DPRD Kota Yogyakarta tersebut, maka BK DPRD

Kota Yogyakarta terdiri dari 5 (lima) orang anggota. Adapun keanggotaan

BK dipilih dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD yang didasarkan

usul dari masing-masing fraksi. Masing-masing fraksi berhak

mengusulkan 1 orang calon anggota BK. Keanggotaan BK paling lama

adalah 21/2 (dua setengah) tahun.

Berikut ini Struktur Keanggotaan BK DPRD Kota Yogyakarta

periode 2009-pertengahan 2012:

Jabatan Nama Asal Fraksi

Ketua Danang Wahyu Broto, SE Demokrat

Wakil Ardianto PKS

Anggota 1 Suharyanto PDIP

Anggota 2 HM. Fursan, SE PAN

Anggota 3 R. Bagus Sumbarja Golkar

Mengacu pada Pasal 56 ayat (8) bahwa masa tugas anggota BK

paling lama 21/2 (dua setengah) tahun, maka pada pertengahan tahun

2012 diadakan penggantian antarwaktu anggota BK DPRD Kota

Yogyakarta. Penggantian antarwaktu tersebut merubah struktur

Jabatan Nama Asal Fraksi

Ketua IGN. Prayogo Sunaryo Demokrat

Wakil Bambang Anjar Jalumurti, Spi PKS

Anggota 1 Emanuel Ardi Prasetya PDIP

Anggota 2 HM. Fursan, SE PAN

Anggota 3 R. Bagus Sumbarja Golkar

Dalam hal penggantian antarwaktu, fraksi dapat mengusulkan

kembali calon anggota Badan Kehormatan dimana Anggota DPRD

pengganti antarwaktu menduduki tempat anggota Badan Kehormatan yang

digantikan.

2. Tugas dan Wewenang BK DPRD Kota Yogyakarta

Mengenai tugas dan wewenang BK telah diatur dalam Peraturan

Pemerintah No. 16 Tahun 2010 dan Peraturan DPRD Kota Yogyakarta No.

01 Tahun 2010 tentang Tata Tertib. Dalam Pasal 57 Peraturan Pemerintah

No. 16 Tahun 2010 disebutkan bahwa BK DPRD Kota Yogyakarta

mempunyai tugas antara lain:

a. Memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan terhadap

moral, kode etik, dan/atau peraturan tata tertib DPRD dalam rangka

menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD;

b. Meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap

c. Melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan

pimpinan DPRD, anggota DPRD, dan/atau masyarakat;dan

d. Melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas hasil penyelidikan,

verifikasi, klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam huruf c kepada

rapat paripurna DPRD.

Mengenai wewenang Badan Kehormatan (BK) diatur dalam Pasal

58 PP No. 16 Tahun 2010.71 Untuk melaksanakan tugasnya, BK

berwenang untuk:

a. Memanggil anggota DPRD yang diduga melakukan pelanggaran kode

etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD untuk memberikan klarifikasi

atau pembelaan atas pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan;

b. Meminta keterangan pengadu, saksi, dan/atau pihak-pihak lain yang

terkait, termasuk untuk meminta dokumen atau bukti lain; dan

c. Menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti melanggar

kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD.

3. Sanksi dan Pengaduan Badan Kehormatan

Mengenai sanksi dan pengaduan telah diatur dalam PP No. 16

Tahun 2010 dan Peraturan DPRD No. 01 Tahun 2010 tentang Tata Tertib.

BK menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti melanggar

kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD berdasarkan hasil

71

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi oleh Badan Kehormatan. Sanksi

yang diberikan dapat berupa:

a. Teguran lisan;

b. Teguran tertulis;

c. Pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD; atau

d. Pemberhentian sebagai anggota DPRD sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Keputusan BK mengenai penjatuhan sanksi berupa teguran lisan,

teguran tertulis, atau pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan

DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada anggota DPRD yang

bersangkutan, pimpinan fraksi, dan pimpinan partai politik yang

bersangkutan. Keputusan BK mengenai penjatuhan sanksi berupa

pemberhentian sebagai anggota DPRD diproses sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

Dalam hal pengaduan bila terlihat adanya pelanggaran kode etik

oleh anggota DPRD, pengaduan dapat disampaikan secara tertulis kepada

pimpinan DPRD disertai identitas pengadu yang jelas dengan tembusan

kepada Badan Kehormatan. Berikut alur pengaduan dan penindakannya:72

1. Pengaduan disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPRD

disertai identitas pengadu yang jelas dengan tembusan kepada Badan

Kehormatan

72

2. Pimpinan DPRD wajib menyampaikan pengaduan sebagaimana

dimaksud pada poin 1 diatas kepada BK paling lama 7 (tujuh) hari

kerja terhitung sejak tanggal pengaduan diterima

3. Apabila dalam jangka waktu seperti yang disebutkan pada poin 2

tersebut pimpinan DPRD tidak menyampaikan pengaduan kepada BK,

BK menindaklanjuti pengaduan tersebut

4. Dalam hal pengaduan tidak dsertai dengan identitas pengadu yang

jelas, pimpinan DPRD tidak meneruskan pengaduan sebagaimana

dimaksud pada poin 1 kepada Badan Kehormatan.

5. Setelah menerima pengaduan, Badan Kehormatan melakukan

penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi.

6. Penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi dilakukan dengan cara

meminta keterangan dan penjelasan kepada pengadu, saksi, teradu,

dan/atau pihak-pihak lain yang terkait, dan/atau memverifikasi

dokumen atau bukti lain yang terkait

7. Hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi Badan Kehormatan

dituangkan dalam berita acara penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi

8. Pimpinan DPRD dan/atau Badan Kehormatan menjamin kerahasiaan

hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi

9. Dalam hal hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi menyatakan

bahwa teradu terbukti bersalah, BK menjatuhkan sanksi sesuai dengan

10.Sanksi ditetapkan dengan keputusan BK dan dilaporkan kepada rapat

peripurna DPRD

11.Dalam hal keputusan BK, menjatuhkan sanksi berupa pemberhentian

sebagai anggota DPRD, pimpinan DPRD menyampaikan keputusan

tersebut kepada pimpinan partai politik yang bersangkutan

12.Partai politik sebagaimana dimaksud pada poin sebelumnya, dalam

jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak keputusan BK

diterima, menyampaikan keputusan dan usul pemberhentian

anggotanya kepada pimpinan DPRD

13.Dalam hal pimpinan partai politik tidak menyampaikan keputusan dan

usul pemberhentian sebagaimana disebutkan pada poin sebelumnya,

pimpinan DPRD menyampaikan usul pemberhentian anggta DPRD

tersebut berdasarkan keputusan Badan Kehormatan sebagaimana

dimaksud pada poin 11 kepada Menteri Dalam Negeri melalui

gubernur bagi anggota DPRD provinsi, dan kepada gubernur melalui

bupati/walikota bagi anggota DPRD kabupaten/kota

14.Menteri Dalam Negeri meresmikan pemberhentian anggota DPRD

provinsi dan gubernur meresmikan pemberhentian anggota DPRD

kabupaten/kota berdasarkan usul pimpinan DPRD sebagaimana

Terdapat ketentuan khusus mengenai pengaduan yang akan

diajukan kepada Badan Kehormatan. Pengaduan yang diajukan kepada BK

harus memuat:73

a. Identitas pengadu, meliputi:

1. Nama lengkap

2. Tempat dan tanggal lahir/umur

3. Jenis kelamin

4. Pekerjaan

5. Kewarganegaraan

6. Alamat lengkap/domisili

7. Fotocopy ktp

b. Identitas anggota dewan sebagai teradu, sekurang-kurangnya meliputi

nama lengkap dan fraksi tempat anggota dewan tersebut berasal.

c. Uraian peristiwa yang diduga pelanggaran, meliputi uraian singkat

fakta perbuatan yang dilakukan oleh anggota dewan sebagai teradu

dengan kejelasan mengenai tempat dan waktu terjadinya disertai bukti

awal.

Pengaduan tersebut diajukan secara tertulis dalam bahasa

Indonesia yang ditandatangani dan/atau dibubuhi cap jempol pengadu.

Mengenai muatan pengaduan, BK DPRD Kota Yogyakarta masih

73

Pasal 4 Peraturan DPR RI No. 2 tahun 2011 tentang Tata Beracara Badan Kehormatan DPR.

mengacu pada Tata Beracara BK DPR. Hal tersebut karena pada BK

DPRD Kota Yogyakarta periode 2009-2014 belum mempunyai Pedoman

Tata Beracara. Pedoman Tata Beracara BK DPRD Kota Yogyakarta

Periode 2009-2014 masih dalam proses pembahasan rancangan Pedoman

Tata Beracara BK.

4. Pelanggaran yang terjadi periode 2009-2014

Dalam periode 2009-2014 BK DPRD Kota Yogyakarta telah

menemukan beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh anggota dewan.

Penemuan tersebut berdasarkan hasil investigasi BK sendiri ataupun dari

pengaduan yang masuk ke BK. Memang tidak semua pelanggaran diproses

oleh BK, karena BK ranahnya adalah mengenai etika.

Sedangkan untuk pelanggaran-pelanggaran yang sifatnya perdata

maupun pidana, terlebih dulu BK menunggu proses peradilan. BK tidak

pernah mendahului proses hukum yang berlaku. Setelah suatu kasus atau

pelanggaran mendapat putusan dari pengadilan, baru BK akan memproses

dari segi etikanya.

Jika suatu pelanggaran dijatuhi hukuman, sudah tentu pelanggaran

tersebut juga merupakan pelanggaran kode etik. namun jika pelanggaran

yang diproses hukum tersebut tidak dijatuhi hukuman, belum tentu

pelanggaran tersebut melanggar kode etik.

Berikut ini pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di DPRD Kota

1. Asusila74

Dalam periode 2009-2014 ditemukan 1 pelanggaran asusila yang

dilakukan oleh salah satu anggota dewan. AP diadukan oleh MM

kepada BK DPRD Kota Yogyakarta karena MM mengaku dihamili

oleh AP.

2. Indispliner

Dalam periode 2009-2014 ditemukan pelanggaran dalam bentuk

indispliner seperti tidak mengikuti apel, tidak menghadiri rapat baik

rapat komisi, fraksi, ataupun paripurna tanpa keterangan dan surat ijin.

Selain itu BK juga menemukan adanya anggota dewan yang sering

pergi ke hiburan malam.75 Hal ini juga ditindak oleh BK karena

anggota dewan sebagai wakil rakyat seharusnya menjaga perilakunya.

Sudah sepatutnya anggota dewan menjaga citra dan martabatnya

sebagai wakil rakyat.

Dalam dokumen IMPLEMENTASI FUNGSI BADAN KEHORMATAN DPR (Halaman 72-81)