• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian – bagian roda gigi

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 22-29)

2.14 Roda Gigi

2.14.1 Bagian – bagian roda gigi

Nama – nama bagian utama roda gigi di berikan pada gambar 2.14 adapun ukuranya di nyatakan dengan diameter lingkaran jarak bagi, yaitu lingkaran khayal yang menggelinding tanpa slip. Ukuran gigi dinyatakan dengan ‘jarak bagi lingkar’ yaitu jarak sepanjang lingkaran jarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan

27 Gambar 2.14 bagian – bagian roda gigi

Ukuran pokok roda gigi adalah jumlah gigi dan modul. Modul ialah perbandingan antara diameter tusuk (Dt) dengan jumlah gigi (z).rumus dasar perhitungan roda gigi ialah:

Dt = Z . m . . . (2.13) Sumber : Sularso 1997 Dimana:

Z = jumlah gigi.

M = modul (modul pisau)

Untuk menentukan gaya berat roda gigi.

W. gear = m . g . . . (2.14) Sumber : Sularso 1997 Dimana :

m = masa gear (kg) g = grafitasi (m/s)

28 2.15 Pasak

Seperti pada gambar 2.15 pasak juga dianggap sebagai alat penyabung.

Pasak ini biasanya ditempatkan pada hubungan roda dan poros. Pada umumnya pasak ini dipakai untuk meneruskan putaran roda keporos.

Gambar 2.15 poros dengan pasak 2.15.1 Pasak di bagi menjadi beberapa macam yaitu:

Pasak datar segi empat (standart square key) tipe pasak ini adalah suatu tipe yang umumnya mempunyai dimensi lebar dan tinggi yang sama,yang kira-kira sama dengan 0,25 dari diamter poros

1. Pasak datar setandar (standart flam key) pasak ini adalah jenis pasak yang sama dengan di atas,hanya di sini tinggi pasak tidak sama dengan lebar pasak, tetapi di sini mempunyai dimensi yang tersendiri.

2. Pasak tirus (tapered keys) jenis pasak ini pemakaiannya tergantung dari kontak gesekan antara hubngan dengan porosnya untuk mentransmisikan torsi. Artinya torsi yang medium levelnya dan pasak ini terkunci pada tempatnya secara radial dan porosnya oleh gaya dari luar yang harus menekan pasak tersebut ke arah aksial dari poros.

3. Pasak bidang linkar (woodruff keys) pasak ini adalah salah satu pasak yang di batasi oleh satu bidang datar oleh bagian atas dan bidang bawah merupakan busur lingkar hampir berupa setengah lingkaran.

29 4. Pasak bidang lurus (sraight splineas) pasak ini adalah pasak bintang

yang tertua di buat.

Jika momen rencana dari poros adalah T (kg.mm), dan diameter poros adalah ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah : 1. Lebar pasak

w =

𝑑

4 . . . . . . . .(2.15) dimana :

w = lebar pasak (mm) d = diameter poros (mm) 2. Tebal pasak

Dimana :

t = tebal pasak (mm) w = lebar pasak (mm) t = 2

3 w . . . (2.16) Sumber : Tugas Akhir Hariyanto Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009

2.16 Kontruksi

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa peran. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur

30 bangunan. contoh lain: Konstruksi Jalan Raya, Konstruksi Jembatan, Konstruksi Kapal,dan lain lain.Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya) Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

2.17 Pengelasan (welding)

Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.Mengelas bukan hanya memanaskan dua bagian benda sampai mencair dan membiarkan membeku kembali, tetapi membuat lasan yang utuh dengan cara memberikan bahan tambah atau elektroda pada waktu dipanaskan sehingga mempunyai kekuatan seperti yang dikehendaki. Kekuatan sambungan las dipengaruhi beberapa faktor antara lain: prosedur pengelasan, bahan, elektroda dan jenis kampuh yang digunakan.

Gambar 2.16 Mesin las

31 a. Klasifikasi

Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena belum adanya kesepakatan dalam hal tersebut. Secara konvesional cara-cara pengklasifikasiaan tersebut pada waktu ini dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan cara kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan. Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan lain-lainnya, sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Bila diadakan klasifikasi yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut di atas akan terbaur dan akan terbentuk kelompokkelompok yang banyak sekali.

b. Desain sambung las

Untuk menghasilkan kualitas sambungan las yang baik, salah satu faktor yang harus diperhatikan yaitu kampuh las. Kampuh las ini berguna untuk menampung bahan pengisi agar lebih banyak yang merekat pada benda kerja, dengan demikian kekuatan las akan terjamin.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan jenis kampuh adalah:

1. Ketebalan benda kerja.

2. Jenis benda kerja.

3. Kekuatan yang diinginkan.

4. Posisi pengelasan.

Sebelum memulai proses pengelasan terlebih dahulu ditentukan jenis sambungan las yang akan dipilih. Hal-hal yang harus diperhatikan bahwa

32 sambungan yang dibuat akan mampu menerima beban (beban statis, beban dinamis, atau keduanya).

2.18 Defleksi

Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurvaelastis dari balok. Gambar 2.16 (a) memperlihatkan balok pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan Gambar 2.16 (b) adalah balok dalam konfigurasi terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi pembebanan.

Gambar 2.17 (a) Balok sebelum terjadi deformasi, (b) Balok dalam konfigurasi terdeformasi

Defleksi juga merupakan perubahan bentuk pada balok dalam arah sumbu y akibat adanya pembebanan dalam arah vertical. Pada semua konstruksi teknik, bagian-bagian pelengkap suatu bangunan haruslah diberi ukuran-ukuran fisik

33 tertentu yang yang harus diukur dengan tepat agar dapat menahan gaya-gaya yang akan dibebankan kepadanya..

Pada kriteria kekuatan, desain beam haruslah cukup kuat untuk menahan gaya geser dan momen lentur, sedangkan pada kriteria kekakuan, desain haruslah cukup kaku untuk menahan defleksi yang terjadi agar batang tidak melendut melebihi batas yang telah diizinkan. Suatu batang jika mengalami pembebanan lateral, baik itu beban terpusat maupun beban terbagi rata, maka batang tersebut mengalami defleksi. Suatu batang kontiniu yang ditumpu pada bagian pangkalnya akan melendut jika diberi suatu pembebanan. Deformasi dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami pembebanan.

Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.

1. Lenturan dari poros (y)

Poros pada gambar 2.17 dimana poros memiliki massa M yang terletak diantara bantalan - bantalanya. Titik O terletak pada sumbu poros, dan G titik pusak massa. Selanjutnya jarak e adalah eksentrisitasnya. Poros berputar dengan gaya sentrifugal Fc bekerja secara radial keluar melalui G menyebabkan poros membengkok seperti terlihat pada gambar. Gaya sentrifugal adalah sama dengan massa dari lempeng dikalikan dengan percepatan normal dari titik G, karena percepatan normal sama dengan jari-jari putarannya kali ω2 .

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 22-29)

Dokumen terkait