• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Bahan Ajar

sosial.

2. Bahan ajar yang akan dibuat adalah bahan ajar yang sesuai dengan pendekatan kontekstual.

3. Pendekatan kontekstual yang akan dilakukan pada penelitian ini didasarkan pada dua hal, yaitu :

a. Pendekatan kontekstual menekankan pada proses pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik secara berkelompok.

b. Pendekatan kontekstual mendorong peserta didik dalam menemukan keterkaitan antara materi yang dipelajari sebuah konteks.

4. Kemampuan peserta didik yang akan diteliti pada penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematik, dengan didasarkan pada indikator ketercapaian sebagai berikut :

a. Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah.

b. Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah. c. Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dijabarkan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik dengan menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual ? 2. Bagaimanakah aktivitas peserta didik selama pembelajaran dengan

menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual?

3. Bagaimanakah tanggapan yang diberikan oleh peserta didik terhadap bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dan mengidentifikasi kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik dengan menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual.

2. Mengidentifikasi aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual.

3. Mengidentifikasi tanggapan peserta didik terhadap bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual.

F. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peserta didik, sebagai sarana untuk melatih kemampuan pemecahan masalah dalam mata pelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar pada materi aritmatika sosial, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

2. Guru, sebagai wawasan yang dapat digunakan untuk menemukan ataupun menggunakan bahan ajar lain ataupun dengan pendekatan pembelajaran lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

3. Peneliti lain, sebagai refrensi bagi peneliti lain untuk meneliti bahan ajar melalui pendekatan pembelajaran matematika lain pada materi lain ataupun kemampuan matematika peserta didik yang lain.

13 A.KAJIAN TEORI

1. Bahan Ajar

Pembelajaran di sekolah bukan hanya mengandalkan guru sebagai pusat dari seluruh kegiatan pembelajaran, melainkan juga berbagai sumber yang digunakan untuk membantu peserta didik di dalam pembelajaran, salah satunya adalah bahan ajar. Selain digunakan untuk membantu guru memberikan pembelajaran di dalam kelas, bahan ajar juga dapat digunakan peserta didik untuk membantu mempelajari materi pembelajaran.

a. Pengertian Bahan Ajar

Berbagai sumber belajar yang digunakan di Indonesia, selain buku-buku teks juga banyak digunakan bahan ajar yang dapat menunjang proses pembelajaran peserta didik baik di sekolah maupun di rumah. Bahan ajar saat ini menjadi hal penting yang dapat menunjang proses pembelajaran peserta didik. Kurangnya bahan ajar yang inovatif dan dapat mendukung proses pembelajaran serta metode pembelajaran yang konvensional dapat berakibat pada rendahnya mutu pendidikan dan juga rendahnya prestasi belajar peserta didik.

Menurut National Centre for Competency Based Training (2007): Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.1

1

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif,(Jogjakarta: DIVA Press, 2011), h. 16

Amri dan Ahmadi menjelaskan pengertian bahan ajar, yaitu segala bentuk bahan yang dapat mempermudah guru atau instruktur untuk mengajar di dalam sebuah kelas. Jenis bahan ajar yang digunakan dapat berupa bahan ajar tertulis maupun tidak tertulis. 2

Pengertian lain diungkapkan dalam website Dikmenjur, dikemukakan bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.3 Dalam hal ini, bahan ajar memiliki susunan yang sistematis sehingga dapat digunakan dengan baik oleh peserta didik baik secara mandiri maupun dengan bimbingan guru untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang berisi seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang diharapkan. Dengan adanya bahan ajar, guru dapat mengajarkan materi dengan lebih terurut dan terarah sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Bahan ajar perlu disusun sesuai dengan kurikulum yang berlaku agar dapat digunakan dengan maksimal dikelas sehingga dapat mengoptimalkan apa yang dimiliki oleh peserta didik serta dapat membantu peserta didik dalam mencapai kompetensi yang ditentukan.

Pembuatan bahan ajar dapat dilakukan secara fleksibel. Hal ini bertujuan untuk memungkinkan bahan ajar dapat menunjang

2

Sofan Amri, dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h.159

3

Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008), h. 6

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikelas. Dengan pembuatan bahan ajar oleh guru yang bersangkutan, maka bahan ajar akan lebih tepat sasaran, dan lebih sesuai dengan karakterisktik yang diharapkan oleh guru tersebut.

b. Karakteristik Suatu Bahan Ajar

Bahan ajar yang akan dibuat tentu saja memiliki karakteristik yang harus terkandung dalam bahan ajar tersebut, agar bahan ajar tersebut dapat menunjang dengan baik proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas.

Berdasarkan pedoman penulisan modul Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, beberapa karakteristik bahan ajar yaitu:

1. Self instructional, menuntut bahan ajar dapat membantu peserta didik dalam pembelajaran baik pembelajaran mandiri maupun pembelajaran dengan bantuan guru. Perumusan tujuan pembelajaran dituliskan dengan jelas agar peserta didik mampu memahami dengan baik kompetensi apa saja yang harus mereka miliki pada saat proses pembelajaran dengan bahan ajar berlangsung.

2. Self contained menekankan pada isi materi pembelajaran yang akan diberikan pada bahan ajar peserta didik. Kesinambungan materi pembelajaran yang diberikan pada peserta didik akan lebih mempermudah memahami materi yang diberikan. Selain itu kelengkapan materi juga dibutuhkan agar peserta didik dapat memahami materi mapun kompetensi dasar secara utuh.

3. Stand alone, memungkinkan peserta didik untuk belajar hanya dengan bahan ajar yang telah diberikan. Bahan ajar yang dibuat tidak bergantung dengan bahan ajar lain pada proses penggunaannya.

4. Adaptive, yaitu bahan ajar yang telah dibuat hendaknya disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan perkembangan zaman, sehingga tidak terkesan kaku dan tidak modern.

5. User friendly. Karakteristik ini dimaksudkan agar bahan ajar yang dibuat tidak terkesan kaku dan sulit untuk digunakan. Bahan ajar yang baik akan mempermudah penggunanya sehingga tujuan yang telah dibuat akan tercapai melalui penggunaan bahan ajar tersebut. 4

Beberapa hal yang diperlukan dalam pembuatan bahan ajar agar dapat membantu peserta didik dalam belajar secara mandiri dan mencapai tujuan yang diharapkan yaitu :

1. Pemberian contoh menarik agar dapat menarik perhatian peserta didik, serta menghilangkan rasa jenuh yang dialami peserta didik ketika menggunakan bahan ajar tersebut.

2. Pemberian latihan-latihan soal, atau kegiatan-kegiatan yang dapat membuat peserta didik mengembangkan kemampuan yang mereka miliki serta mengembangkan pengetahuan dalam diri mereka.

3. Berisikan masalah-masalah yang kontekstual. Dalam hal ini, kontekstual diartikan sebagai pengaplikasian masalah-masalah yang disajikan dalam bentuk masalah dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bahasa yang digunakan dalam bahan ajar sederhana, sehingga mempermudah siswa dalam memahami bahan ajar tersebut. 5

Penggunaan bahan ajar matematika, memungkinkan siswa untuk mempelajari materi dengan sistematis sehingga tidak ada yang rancu dan siswa dapat memahami suatu materi secara akumulatif dan kontinu dalam proses pembelajaran.

4

Ika lestari, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi (sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan), (Padang: Akademia, 2013), h. 2-3

5

c. Jenis Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan pada satuan pendidikan saat ini sangat bervariasi, mulai dari bahan ajar yang berbentuk cetak, sampai pada bahan ajar yang berbasiskan teknologi komputer maupun berbasis web. Banyak bahan ajar yang sudah tersedia di lapangan dan dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran dalam kelas. Untuk memahami jenis bahan ajar lebih jauh, berikut adalah jenis-jenis bahan ajar :

Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu6 :

1. Bahan ajar cetak (printed)

Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Contohnya :

handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur.

2. Bahan ajar dengar (audio), bahan ajar audio adalah bahan ajar yang hanya dapat didengar oleh peserta didik. Contohnya : kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu bahan ajar yang dapat dilihat dan dapat didengar oleh peserta didik, sehingga pesera didik akan lebih jelas untuk memahami materi, karena bukan hanya audio tetapi juga divisualisasikan kepada peserta didik. Contohnya :

video comapct disk, film.

4. Bahan ajar multimedia interaktif : CAI (Computer Assisted Instruction), CD (Compact Disk) multimedia pembelajaran interaktif dan bahan berbasis web (web based learning materials).

Bahan ajar cetak merupakan bahan ajar yang paling banyak tersedia saat ini. Selain lebih mudah dalam proses pembuatan, bahan ajar cetak juga memiliki harga yang relatif terjangkau dibandingkan bahan ajar lain. Selain itu bahan ajar cetak juga lebih mudah digunakan dibandingkan dengan bahan ajar lain. Bahan ajar cetak banyak

6

digunakan dalam satuan pendidikan saat ini, diikuti dengan bahan ajar yang berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.

d. Fungsi Bahan Ajar

Dilihat dari pengertiannya diatas, tentu saja banyak fungsi bahan ajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik maupun guru. Menurut Prastowo (dalam Ika : 2013), berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, dan pembelajaran kelompok Beberapa fungsi tersebut antara lain fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, yaitu:

1. Sebagi satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendali proses pembelajaran (dalam hal ini, siswa bersifat pasif dan belajar sesuai kecepatan siswa dalam belajar).

2. Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.

Dengan melihat fungsi bahan ajar sebagi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, bahan ajar dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran konvensional agar menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Dilihat dari fungsinya, bahan ajar memiliki peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran peserta didik maupun guru.

e. Manfaat Bahan Ajar

Selain dengan fungsi yang telah dibahas, bahan ajar juga memiliki beberapa manfaat. Bahan ajar bisa didapatkan dalam bentuk bahan ajar yang sudah siap pakai, ataupun bahan ajar yang kita buat sendiri. Setiap macam memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Berikut ada

beberapa manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain:7

1. Untuk memperoleh bahan ajar yang disesuaikan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Pembuatan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum akan memudahkan guru untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain dibuat sesuai dengan kurikulum, bahan ajar juga dapat dibuat sesuai kondisi peserta didik.

2. Bahan ajar menjadi lebih kaya. Kekayaan bahan ajar dapat dilihat bahwa bahan ajar disusun atas berbagai refrensi sehingga membuat bahan ajar lebih lengkap dan kaya, sehingga dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. 3. Dengan membuat bahan ajar sendiri, maka guru akan terlatih dalam

membuat bahan ajar yang baik, yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik.

Dilihat dari beberapa manfaat bahan ajar diatas banyak keuntungan yang dapat diperoleh ketika guru menggunakan bahan ajar sendiri pada saat proses pembelajaran. Dengan pemanfaatan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi pembelajaran yang berlangsung, maka akan lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan serta mencapai tuntutan kompetensi yang diharapkan.

f. Cakupan Bahan Ajar

Bermacam-macam jenis bahan ajar yang tersedia saat ini, paling tidak harus memiliki cakupan atau hal-hal apa saja yang terfokus pada bahan ajar tersebut. Pemfokusan ini digunakan agar peserta didik mengetahui dengan jelas apa saja yang harus dilakukan oleh peserta didik dan kompetensi apa yang harus tercapai sehingga bahan ajar akan

7

lebih terarah dan lebih mencakup tujuan pembelajaran yang akan diberikan pada peserta didik.

Bahan ajar yang dibuat, minimal memiliki cakupan sebagai berikut :8

1. Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru) 2. Kompetensi yang akan dicapai

3. Content atau isi materi pembelajaran 4. Informasi pendukung

5. Latihan-latihan

6. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK) 7. Evaluasi

8. Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi

Penyusunan bahan ajar cetak dilakukan dengan terlebih dahulu melihat rancangan pendidikan seperti kurikulum, kompetensi dasar, indikator, dan hal lainnya. Setelah proses analisis terhadap kurikulum, dapat dilakukan hal sebagai berikut : 9

1. Susunan tampilan 2. Bahasa yang mudah 3. Menguji pemahaman 4. Stimulan

5. Kemudahan dibaca 6. Materi instruksional

Pada bahan ajar ini, beberapa hal yang akan difokuskan untuk dibuat pada bahan ajar ini adalah petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, content atau isi materi pembelajaran, latihan-latihan, informasi pendukung, petunjuk kerja, dan evaluasi. Sedangkan respon atau balikan terhadap hasil evaluasi tidak diwajibkan ada, hanya sebagai pelengkap dalam beberapa evaluasi.

Proses pembuatan bahan ajar yang akan dilakukan pada penelitian ini didasarkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, serta

8

Ibid, h.8

9

aritmatika sosial. Berikut adalah skema penyusunan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual :

Bagan 2.1

Skema Penyusunan Bahan Ajar Materi PLSV dan PtLSV

Penerapan PtLSV

Penerapan PLSV

Analisis Kurikulum

Standar Kompetensi (SK) :

1. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. 2. Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel,

dan perbandingan dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar (KD) : 1. Menyelesaikan persamaan linear satu variabel 2. Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel.

3. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel

4. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel

KALIMAT TERBUKA

Persamaan Linear Satu Variabel

Penyelesaian PLSV Pengertian PLSV

Persamaan yang Setara

Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

Penyelesaian PtLSV Pengertian PtLSV Lambang Pertidaksamaan Pertidaksamaan yang setara

Bagan 2.2

Skema Penyusunan Bahan Ajar Materi Aritmatika Sosial ARITMATIKA SOSIAL

Penggunaan Aljabar dalam Kegiatan Ekonomi

Nilai keseluruhan, nilai per unit, dan nilai sebagian.

Harga pembelian, harga penjualan, untung dan rugi.

Persentase untung dan rugi.

Bunga tunggal.

Rabat, diskon, bruto, tara dan netto.

Analisis Kurikulum

Standar Kompetensi (SK) :

Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar (KD) :

Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmatika sosial yang sederhana.

2. Pendekatan Kontekstual

a. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Urgensi sebuah pembelajaran matematika yang bermakna di dalam dunia kependidikan, memunculkan beragam pendekatan-pendekatan pembelajaran matematika yang inovatif. Pendekatan-pendekatan pembelajaran matematika tersebut digunakan sebagai salah satu alat pencapaian kemampuan dasar matematika peserta didik, dan sebagai salah satu cara mengurangi dominasi guru dalam kelas guna menciptakan suasana pembelajaran aktif.

Salah satu bentuk pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika modern adalah pendekatan kontekstual. Dilihat dari namanya, kontekstual berarti sesuai dengan sebuah konteks yang telah diketahui oleh peserta didik. Beberapa pakar mendefinisikan pendekatan kontekstual sebagai sebuah pendekatan pembelajaran. Menurut Sanjaya, pendekatan kontekstual atau yang sering disebut dengan Contextual Teaching and

Learning adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan

pada keterlibatan peserta didik secara utuh dalam mengkonstruk materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan konsep kehidupan mereka. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mendorong peserta didik untuk beraktivitas dalam proses pembelajaran, dan tidak hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, namun juga berpengalaman secara langsung dalam pembelajaran yang dilakukan. 10

Definisi yang tak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Yamin. Menurut Yamin, filosofi pembelajaran kontekstual adalah konstruktivistik, yaitu sebuah pembelajaran yang menekankan bahwa pembelajaran bukan sekedar menghafal, tetapi mengkonstruk pemahaman mereka sendiri. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual membantu

10

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2011), h. 255.

siswa dalam membuat sebuah keterkaitan antara sebuah materi dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka. 11

Johnson mengemukakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan kontekstual berarti menjalankan sebuah sistem yang daapt merangsang otak dalam berpikir untuk mewujudkan sebuah makna atau definisi. Lebih jauh, pembelajaran kontekstual menghubungkan materi pembelajaran ke dalam konteks dari kehidupan sehari-hari peserta didik.12

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan salah satu bentuk pendekatan pembelajaran inovatif yang menekankan pada partisipasi peserta didik dalam mengkonstruk pengetahuan dalam pikiran mereka, serta mengkaitkan suatu konteks yang telah dipahami oleh peserta didik. Pendekatan kontekstual merupakan salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Penggunaan suatu hal yang telah mereka pahami di dalam kehidupan sehari-hari dalam proses pembelajaran sangat membantu kemampuan pemahaman konsep yang dimiliki oleh peserta didik, serta membuat peserta didik lebih tertarik dalam pembelajaran.

b. Karakteristik Pendekatan Kontekstual

Konsep pembelajaran kontekstual memiliki tiga hal karakteristik yang harus dipahami, yaitu :

1. Pendekatan kontekstual menekankan pada proses keterlibatan peserta didik dalam mengkonstruk pemahaman konsep terhadap sebuah materi, hal ini diartikan bahwa peserta didik berperan secara langsung dalam proses pembelajaran. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik dalam mencari dan menemukan materi yang diberikan, bukan sebagai pemberi pengetahuan tentang secara utuh.

11

Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik, (Jakarta : Refrensi, 2012), h.76

12

Rusman, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru), (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010), h. 187

2. Pendekatan kontekstual mendorong peserta didik menemukan keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari. Mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan konteks kehidupan nyata, membuat peserta didik mengetahui makna materi tersebut secara fungsional, dan menguatkan pemahaman peserta didik sehingga materi tidak mudah terlupakan.

3. Pendekatan kontekstual mendorong peserta didik menerapkan pembelajaran dalam kehidupan, bukan hanya sebagai bentuk pemahaman dalam pemikiran peserta didik, namun juga sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan nyata. 13

Dilihat dari ketiga bentuk karakteristik diatas, pendekatan kontesktual membuat pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna dan peserta didik dapat mengetahui makna materi secara fungsional dalam kehidupan nyata. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan partisipasi utuh peserta didik dalam proses pembelajaran, mulai dari menemukan, menyusun, hingga menyelesaikan suatu permasalahan dalam kehidupan nyata.

Peran guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual bukan hanya sebagai pemberi materi pembelajaran yang bersifat hafalan, namun lebih menekankan guru sebagai fasilitator yang memudahkan peserta didik dalam belajar, dan mempersiapkan sumber belajar yang akan digunakan pada proses pembelajaran di kelas.

Sebagai salah satu pendekatan pembelajaran, pendekatan kontekstual memiliki tujuh asas yang melandasi kegiatan proses pembelajaran, yaitu : 1) Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu filosofi pembelajaran dimana menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses membangun sebuah pengetahuan baru dalam struktur kognitif peserta didik didasarkan pada pengalaman mereka. Pembelajaran melalui pendekatan kontekstual mendorong peserta didik dalam membangun pengetahuan

13

berdasarkan pengamatan dan pengalaman mereka. 14 Hal ini membuat peserta didik terlibat secara langsung dalam proses pembentukan pengetahuan dalam aspek kognitif peserta didik. Pegkonstruksian pengetahuan tersebut dilakukan dengan menggunakan pengalaman nyata yang mereka miliki. Lebih jauh dapat dikatakan, bahwa pembelajaran ini dilakukan secara mandiri oleh peserta didik dengan pembangunan pengetahuan mereka sendiri. Pembentukan suatu pengetahuan kognitif secara individu akan membuat peserta didik belajar mandiri dan lebih menguatkan materi pembelajaran, lebih dari hanya sekedar menghafal.

Sebagai contoh, di dalam pembelajaran persamaan linear satu variabel, pada saat mempelajari subbab pernyataan dan kalimat terbuka, peserta didik diberikan beberapa kalimat yang sudah diberikan jenisnya merupakan kalimat terbuka maupun pernyataan. Peserta didik kemudian diminta untuk melakukan pengamatan terhadap perbedaan diantara dua jenis kalimat tersebut, dan meminta mereka membuat kesimpulan apakah definisi dari kalimat terbuka dan pernyataan. Setelah itu, mereka diminta untuk mengidentifikasi apa saja perbedaan antara kalimat terbuka dan pernyataan. Pada proses pembelajaran ini, peserta didik diminta untuk mengkonstruk pemahaman mereka sendiri tentang definisi dan perbedaan antara kalimat terbuka dengan pernyataan. 2) Inkuiri

Inkuiri memiliki makna dimana proses pembelajaran dilakukan dengan pencarian dan penemuan melalui proses berpikir yang sistematis. Menemukan merupakan kegiatan inti di dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. 15Pembelajaran bukan didasarkan

Dokumen terkait