• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. HASIL AUDIT ENERG

2. Konsumsi energi berdasarkan sumber energ

2.3 Bahan Bakar Padat

Bahan bakar padat yang digunakan untuk proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni Garut adalah berupa kayu jenis karet (Hevea brasiliensis), teh (Camellia sinensis,) mahoni

(Swietenia macrophylla), albasiah/jeungjing (Albizia falcataria) dan jati

(Tectona grandis). Kayu-kayu tersebut merupakan biomass yang diperoleh

dari pihak ke dua yaitu limbah pengolahan kayu dan kayu masyarakat, selain itu juga jenis kayu teh diperoleh dari kebun sendiri hasil replanting di Perkebunan Cisaruni.

Bahan bakar padat berupa kayu digunakan sebagai sumber energi untuk memanaskan udara pada tahap pelayuan dan pengeringan, dimana bentuk energi panas yang dihasilkan digunakan untuk menguapkan air dari daun dan bubuk teh. Kayu-kayu tersebut sebelumnya diperkecil dengan cara dipotong-potong menjadi ukuran ± 40 cm, dicampur dan dikeringkan secara alami sebelum dimasukan ke ruang bakar untuk dibakar secara konvensional, dimana di ruang bakar dipasang firebar (roster) sebagai tempat pembakaran. Udara primer dialirkan melalui bagian bawah firebar dan dihisap oleh

induced draught fan (ID fan).

Nilai kalor bahan bakar padat berupa kayu yang digunakan di Perkebunan Cisaruni mempunyai nilai kalor rata-rata 18.65 MJ/kg, kayu-kayu tersebut sebelumnya diukur nilai kalornya menggunakan bomb kalorimeter

yang merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menghitung nilai kalor bahan bakar padat. Adapun nilai kalor beberapa jenis kayu bakar yang digunakan di Perkebunan Cisaruni disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Nilai kalor beberapa jenis kayu yang digunakan di pabrik Cisaruni

Sumber energi Nilai kalor

(kJ/kg) (MJ/kg)

Kayu mahoni (Swietenia macrophylla) 19389 19.39

Kayu jati (Tectona grandis) 18882 18.88

Kayu karet (Hevea brasiliensis) 18544 18.54

Kayu albasiah (Albizia falcataria) 18450 18.45

Kayu teh (Albizia falcataria) 18093 18.09

Campuran : 18544 18.54 Kayu teh (60%) Kayu karet (30%) Kayu mahoni (2,5%) Kayu jati (2,5%) Kayu albasiah (5%)

Kebutuhan energi total dari bahan bakar padat pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni pada bulan Maret 2010 sebesar 31.59MJ/kg teh kering. Dari jumlah tersebut penggunaan energi dari bahan bakar padat terbesar terjadi pada tahap pengeringan sebesar 27.6425 MJ/kg teh kering atau 87.52 persen dari total keseluruhan penggunaan bahan bakar padat. Selain itu bahan bakar padat digunakan pada tahap pelayuan sebesar 3.9433 MJ/kg teh kering atau 12.48 persen dari total keseluruhan penggunaan bahan bakar padat.

Penggunaan bahan bakar padat di kebun Cisaruni sebagai sumber energi panas untuk proses pelayuan dan pengeringan bisa menghemat energi panas sebesar 4.62 persen dari energi panas sebelumnya berupa bahan bakar

industrial diesel oil pada tahun 2008. Dalam Tabel 16 disajikan kebutuhan energi bahan bakar padat pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni bulan Maret 2010.

Tabel 16. Konsumsi energi bahan bakar padat Maret 2010

Kegiatan MJ/kg teh kering Prosentase (%)

Pelayuan pucuk teh 3.9433 12.48

Pengeringan bubuk teh 27.6425 87.52

Jumlah 31.5858 100

Jumlah konsumsi bahan bakar padat pada tahap pelayuan lebih kecil dibandingkan dengan tahap pengeringan, hal ini disebabkan karena penggunaan bahan bakar padat sebagai energi untuk memanaskan udara pada tahap pelayuan lebih sedikit dan digunakan selama 4-7 jam. Jumlah bahan bakar padat yang dibutuhkan selain dipengaruhi oleh lama proses pelayuan, juga dipengaruhi oleh kandungan air dalam pucuk, tebal hamparan pucuk pada withering trough, temperatur udaradan faktor kelembaban udara luar.

Pada saat penelitian dilakukan, keadaan cuaca di Perkebunan Cisaruni sedang musim hujan sehingga cuaca cukup lembab dan kandungan air dalam pucuk tinggi. Hal ini mengakibatkan perbedaan panjang tahap pelayuan pucuk teh hingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperoleh kelayuan pucuk teh yang telah ditentukan.

Pada tahap pengeringan bubuk teh dengan kadar air 26-27 persen menjadi bubuk teh kering dengan kadar air ± 3 persen, membutuhkan bahan bakar padat lebih banyak untuk memanaskan udara agar kadar air bubuk yang ada di mesin pengering menjadi turun. Lamanya waktu pengeringan di pabrik Cisaruni membutuhkan waktu 14-20 jam/hari.

Penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar padat untuk pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di PT. Perkebunan Nusantara VIII khususnya Perkebunan Cisaruni Garut adalah dalam upaya mengatasi krisis energi khususnya bahan bakar minyak fosil. Hal ini disebabkan karena seiring dengan naiknya biaya produksi untuk mengolah pucuk teh menjadi teh hitam di pabrik apabila masih menggunkan bahan bakar minyak. Selain itu juga bahan bakar padat yang merupakan biomass hasil limbah perkebunan dan kehutanan mendapat perhatian besar, mengingat potensinya sebagai sumber

energi yang murah, tersedia setempat (tidak perlu impor), dan adanya keuntungan terhadap pembangunan dan lingkungan.

Penggunaan bahan bakar padat sebagai sumber energi bersih tersebut dapat mengurangi dampak negatip terhadap lingkungan, karena bisa mengurangi emissi CO2 yang ditimbulkan oleh bahan bakar minyak fosil. Pada saat ini Perkebunan Cisaruni sudah melakukan konversi energi yang bisa menurunkan laju penggunaan energi minyak fosil serta berusaha menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), sehingga biaya produksi pun bisa berkurang.

2.4Listrik

Kebutuhan energi listrik di Perkebunan Cisaruni dipenuhi dari dua sumber yaitu PLN yang memiliki daya 415 kVA dan 3 buah generator pembangkit listrik yang memiliki daya masing-masing 150 kVA. Energi listrik terutama digunakan untuk proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam di pabrik yaitu untuk menggerakan motor listrik.

Penggunaan solar sebagai bahan bakar untuk menjalakan generator pembangkit listrik mulai dikurangi dan bisa dihemat sebesar 95.86 persen, sehingga sumber energi listrik lebih banyak bersumber dari PLN. Akan tetapi energi listrik di perkebunan Cisaruni masih bisa dihemat sebesar 26.75 persen dengan digantinya sumber energi panas menjadi bahan bahan bakar padat, karena penggunaan energi listrik untuk menjalankan burner pada tahap pelayuan dan pengeringan sudah tidak digunakan.

Penggunaan energi listrik untuk proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik Cisaruni sebesar 1.98 MJ/kg teh kering atau 5.88 persen dari kebutuhan energi keseluruhan untuk mengolah pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Pabrik bulan Maret 2010. Penggunaan energi listrik terbesar pada proses pengolahan adalah proses pelayuan sebesar 0.76 MJ/kg teh kering. Hal ini disebabkan karena pada proses pelayuan memerlukan waktu yang lama (15-23 jam proses) dan sebagian besar alat/mesin digerakan oleh motor listrik yang memiliki daya 5.50 kW sampai dengan 7.5 kW. Dalam Tabel 17 disajikan penggunaan energi listrik pada setiap tahap pengolahan di Pabrik Cisaruni Garut.

Tabel 17. Konsumsi energi listrik pada bulan Maret 2010

Kegiatan Energi MJ/kg teh kering Prosentase (%)

Pelayuan 0.760 38.5

Penggilingan dan fermentasi 0.402 20.4

Pengeringan 0.458 23.2

Sortasi kering 0.355 18.0

Penerangan di sekitar pabrik 0.001 0.1

Jumlah 1.98 100

Dokumen terkait