• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.6 Bahan dan Alat Penelitian

.

3.6 Bahan dan Alat Penelitian

A. Bahan.

a. Air.

Air yang digunakan untuk pembuatan genteng beton berasal dari sumur bor ,

Yang berada dilokasi pembuatan genteng yaitu di laboratorium balai

i penelitian industri Tanjung Morawa.

Air diperlukan untuk mereaksikan dengan semen serta menjadi bahan pelumas

Mulai Persiapan Persiapan Bahan Alat dan Lokasi

Pembuatan Sample

Tahap Pelaksanaan, Penentuan Komposisi Sample dan Pencetakan

Uji Density, Daya Serap, Kuat Tekan, Kuat Patah dan Kekerasan

pelumas antara butiran – butiran agregat agar dapat mudah dikerjakan dan di

paat datkan.Tambahan air tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan akan ren

dah, dan air untuk campuran mortar disesuaikan dengan syarat SK – SNIS - 04

- 1989 – F anatar lain :

- Air harus bersih

- Air tidak boleh mengandung garam lebih dari 2 gr /liter.

b.Semen.

Semen yang dipakai adalah semen portlan merek Semen Padang jenis I dengan

kemasan 50 kg. Semen portlan merupakan butiran – butiran agregat agar terja

di suatu massa yang padat.dan sesuai dengan SK- SNIS-04-1989-F.

c.Pasir.

Pasir yang pakai pasir Binjai dengan kondisi kering jenuh muka (SSD) lolos

ayakan 5 mm.Pasir merupakan agregat halus yang berasal dari sungai dan me

nurut SK –SNIS-04-1989-F pasir yang baik untuk bahan yaitu ;

-Agregat halus terdiri dari butiran tajam dan keras.

-Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %.

d.Fly Ash.

Fly ash yang digunakan beras dari limbah PLTU Sibolga yang berwarna abu-

abu kebiruan yang merupakan sisa pembakaran .Fly ash merupakan

ponzolan buatan (Hidayat 1989).Karena sifat yang pozolanic fly ash dapat

dimanfaatkan untuk campuran genteng beton dan menghasilkan mutu yang lebih

baik dapat meningkatkan ketahanan /keawetan terhadap ion sulfat dan dapat

e.Serat Baggase.

Saerat baggase yang digunakan berasal dari PTPN Sei Semayang yang hasil

penggilingan kelima dalam keadaan kering jenuh muka (SSD) berwarna putih

kekuningan berupa lembaran helai benang yang dipotong dengan panjang

lebih kurang 1 – 2 cm dan berdiameter o,5 mm dengan persentase 2%,4%,6%,

8%,10%.

Benda Uji.

Pada penelitian ini dibuat dua macam benda uji genteng beton dengan jumlah,

setiap jenis benda uji 5 buah berbentuk balok dan 5 buah berbentuk kubus.

C. Alat Penelitian

1. Ayakan dengan diemeter 4,8 mm digunakan menganyak pasir

2 Timbangan digunakan untuk menimbang semua bahan yang diperlukan

3 Gelas ukur untuk mengukur banyaknya air yang diperlukan

4 Oven untuk mengeringkan bahan

5 Ember tempat mengaduk mortar

6 Picnometer digunakan untuk mencari berat jenis bahan

7 Mangkok pengaduk pasta mortar

8 Cetakan kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm dan cetakan balok ukuran,

8 x 5 x 3 cm.

9. Mesin uji tekan dan kuat patah dalam penelitian ini digunakan merk Univer

sal Tenting Machine (UTM)

Tabel 3.1. Komposisi semen 80% Fyl ash 20 % Pasir,Serat Baggase dan Air

Sampel Semen Fyl ash Pasir Serat bggs Air

I II III IV V 80%=144gr 80%=144gr 80%=144gr 80%=144gr 80%=144gr 20%=18gr 20%=18gr 20%=18gr 20%=18gr 20%=18gr 4=770gr 4=770gr 4=770gr 4=770gr 4=770gr - 2 % =8 gr 4 %=16gr 6%=24gr 8%=32gr 10%=40gr 75%=100gr 75%=100gr 75%=100gr 75%=100gr 75%=100gr

Limbah bekas yang disajikan mulai dari 2%,4%,6%,8%,10% dari berat pasir yang

digunakan

Sampel jenis A:

Tabel 3.2. Komposisi semen, fly ash, pasir dan air

Sampel Semen Fly ash Pasir Air

Io I II III IV V 100%=142gr 90%=128gr 80%=114gr 70%=99gr 60%=85gr 50%=71gr 0 % 10%=9gr 20%=18gr 30%=27gr 40%=36gr 50%=45gr 4 = 770 gr 4=770gr 4=770gr 4=770gr 4=770gr 4=770gr 60%=82gr 60%=82gr 60%=82gr 60%=82gr 60=82gr 60=82gr

Fly ash yang digunakan mulai dari 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, dari berat semen

yang dipakai.

Sampel Jenis C :

Tabel 3.3. Komposisi semen,70% fly ash 30%, pasir, serat baggase dan air

Pengikat/perekat Agregat

Sampel

Semen Fly ash Pasir Serat Bggse Air

I II III IV V 70%=99gr 70%=99gr 70%=99gr 70%=99gr 70%=99gr 30%=27gr 30%=27gr 30%=27gr 30%=27gr 30%=27gr 4=770gr 4=770gr 4=770gr 4=770gr 4=770gr 2%=8gr 4%=16gr 6%=24gr 8%=32gr 10%=40gr 75%=100gr 75%=100gr 75%=100gr 75%=100gr 75%=100gr

Fly ash yang digunakan adalah 10% dan 20% dari berat semen serta limbah ampas

3.7.2. Prosedur Penelitian

Skema penelitian

Sampel A

Pasir

Semen diayak Fly ash diayak Air

Penimbangan Mortar (campuran, pasir fly

ash, semen, air) Pencetakan

Pengerasan Pengujian

(tekan, pukul, patah, densitas, serapan air)

Sampel B

Pasir Baggase

semen Fly ash Air

Mortar

( Campuran: Pasir, Semen, Fly ash,Baggase Air)

Pencetakan

Sampel C:

Serat Baggase

Pasir Semen Fly ash Air

Panas

Mortar

( Campuran: Limbah ampas tebu, Pasir, Semen, Fly ash, Air)

Pencetakan

Pengeringan

Pengujian Air

Gambar 3.3 B C Skema Penelitian Sampel B dan C

3.7.3. Pencetakan Sampel

1. Jenis cetakan

Cetakan terdiri dari cetakan berbentuk balok dan kubus,dengan ukuran 15

x 3 x 3 cm untuk balok dan pengujia sampel secara density,serapan air dan

kuat patah sedangkan cetakan berbentuk kubus ukuran 5 x 5 x 5 cm sampel

yang dihasilkan untuk pengujian density, kuat patah serta kekerasan.Campuran

dapat dilihat di tabel 3.1(sampel. I, II, III, IV, V, VI, ) dan pada tabel 3.2 (I ,

II, III,IV, V, VI, VII, VIII ,IX, X ) Adukan dapat digunakanuntuk mencetak

2. Pencetakan Sampel

a. Sampel Berbentuk Balok

Timbang hasil adukan (mortar ) sebanyak 210 gram lalu masukkan

kedalam balok kemudian di dapatkan dengan menggunakan alat pemadat

Setelah dipadatkan dikeluarkan dari cetakan kemudian dikeringkan cetakan

secara alami tanpa dijemur panas matahari selama 28 hari

Selanjutnya dilakukan perngujian pada sampel

b. Sampel berbentuk kubus

Timbang hasil adukan ( mortar ) sebanyak 230 gram lalu masukkan

kedalam cetakan berbentuk kubus, kemudian padatkan dengan alat pemadat

Setelah padat keluarkan dari cetakan dikeringkan secara alami tanpa dijemur

cahaya matahari selama 28 hari

Pada proses pengeringan baik pada sampel balok maupun kubus yang

pertama kali mengering adalah bagian permukaan baru bagian dalam sampel

berdifusi, air dari bagian dalam disalurkan kepermukaan lalu menguap ,karena

difusi sangat berhubungan dengan suhu ( Peter A. Thornton dan Vito J.

Colangelo1985 ) Pengeringan dilakukan ditempat yang terperatur rendah (20 – 5

C) Selanjutnya siap dilakukan pengujian pada sampel

3.8 Karakteristik ( Pengujian )

3.8.1.Densitas (Density ) dan Serapan Air ( Water Absorbtion)

Pengujian genteng dilakukan setelah perawatan selama 28 hari sesuai dengan

peraturan yang tertera dalam SNI- 0447- 81 (Dwiyono 2000). Pengujian densitas

telah dibuat dilakukan dengan menggunakan prinsip Archimedes dan mengacu

pada standar ASTM C – 00 – 2005

Prosedur pengujian densitas :

1. Sampel balok dan kubus yang telah dikeringkan selama 28 hari ,

masing – masing ditimbang dengan menggunakan neraca ,dicatat sebagai

massa kering (Wk )

2. Setelah massa kering dicatat kemudian sampel balok dan kubus tersebut

direndam didalam air selama 24 jam

3. Setelah direndam selama 24 jam , kemudian sampel balok dan kubus

dikeluarkan dari dalam air selanjutnya ditiriskan hingga air tidak lagi

menetes dari sampel.

4. Setelah itu sampel balok dan kubus masing – masing ditimbang dengan

menggunakan neraca di catat sebagai massa basah (Wb )

5. Kemudian masing – masing sampel balok dan kubus ditimbang dengan

cara menggantungkan sampel dalam air dan tidak menyentuh alas

wadah air, dicatat sebagai massa dalam air ( Wda )

Dengan diperoleh nilai – nilai besaran massa kering,(Wk), massa basah

(Wb),massa dalam air (Wda) ,maka nilai density dan serapan air dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan 2.3 dan persamaan 2.4

3.8.2. Kuat Tekan (Compressive strength)

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kuat tekan (compressive

strength). Beton dengan benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm

Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang

menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu

yang dihasilkan oleh mesin tekan.Alat yang digunakan untuk menguji kuat

tekan adalah TORSEE′S UNIVERSAL TESTING MACHINE ( UTM )

berkapasitas 5000 kg dan pengujian dilakukan dengan mengacu pada standar

ASTM C – 270-2004 dan ASTM C – 780 serta SNI 03 – 6825 – 2002.

Prosedur pengujian melalui tahapan sebagai berikut :

1. Sampel kubus berukuran 5 x 5 x 5 cm dihitung luas permukaannya ( A

= sisi x sisi )

2. Sebelum pengujian alat ukur terlebih dahulu dikalibrasi dengan jarum

petunjuk berada tepat di angka nol.

3. Kemudian tempatkan sampel tepat berada di tengah – tengah pada

posisi pemberian gaya.

4. Arahkan switch on – of ke arah on , sehingga pembebanan akan begerak

secara otomatis dengan kecepatan konstan.

5. Ketika sampel telah pecah , arahkan switch pada posisi off , sehingga

motor penggerak akan berhenti. Kemudian catat besar gaya yang

ditampilkan pada panel display

6. Hitung nilai kuat tekan dengan persamaan 2.1

3.8.3. Kuat Patah

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat patah beton dari sampel uij

Yang berbentuk balok dengan ukuran 12 x 3 x 3 cm .Alat yang digunakan

berkapasitas 5000 kg.Pengujian dilakukan dengan mengacu pada ASTM C 133 –

97 dan ASTM C 348 – 2002

Prosedur pengujian melalui tahapan sebagai berikut :

1. Atur jarak titik tumpu sebesar 10 cm sebagai dudukan sampel .

2. Alat ukur terlebih dahulu dikalibrasi dengan jarum penunjuk tepat pada

angka nol.

3. Tempatkan sampel tepat berada di tengah pada posisi pemberian

gayadan arahkan tombol on – off ke posisi on sehingga pembebanan

akan bergerak secara otomatis.

4. Ketika sampel uji patah arahkan tombol ke posisi off agar motor

penggerakerhenti.Kemudian catat besar angka yang ditampilkan pada

panel display .

5. Hitung nilai kuat patah dengan menggunakan persamaan 2.2

3.8.4 Kekerasan

Kekerasan suatu bahan adalah ketahanan (daya tahan ) suatu bahan

terhadap daya benam dari bahan lain yang lebih keras dan dibenamkan

kepadanya.Pengujian kekerasan dilakukan untuk kekerasan bahan dan data yang

didapat sangat penting di dalam proses perlakuan panas,juga mempunyai

kolerasi dengan nilai tegangan – regangan pada uij tekan.Uji kekerasan dapat

dilakukan dengan beberapa metode antara lain :Brinell,Rockwell, dan Vickers,

ketiga metode tersebut memiliki perbedaan pada jenis material dan bentuk

indentor atau penetratot ( benda yang dibenamkan ke benda uji) dan juga ketiga

34

kekerasan Brinell, Rockwell, dan Vickers terlampir ). Pada penilaian ini

pengujian sampel genteng menggunakan metode Brinell menggunakan alat

EQUOTIP HARD NESS TESTER yang memiliki nomor seri SN 716 –

0915.Vers. 16. jenis portable

Cara pengujian :

1. Siapkan sampel genteng dengan syarat permukaannya harus rata .

2. Hindarkan permukaan sampel terhadap pengaruh panas dan dingin.

3. Letakan tapak indentor pada permukaan sampel dan tekan secara tegak

lurus.

4. Baca nilai kekerasan pada monitor alat.

3.8.5. Foto Mikroskopik

Foto mikroskopik yang dilakukan pada sampel genteng bertujuan untuk

mengamati struktur dari material yang digunakan dan untuk mengamati ada

atau tidak ikatan antar partikel secara kohesif. Pengamatan pada mikroskop

dilakukan dari sampel genteng yang mengalami uji patah, karena diharapkan

dapat diamati adanya ikatan tersebut.

Pemgamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik dengan ukuran

100 kali untuk sampel genteng yang menggunakan fly ash 30 % dari volume

BAB IV

Dokumen terkait