TAHAP III Produktivitas Ternak Babi:
3.2 Bahan dan Alat
Ternak babi (hasil persilangan Landrace dan duroc), ransum ternak, lahan percobaan (pekarangan rumah), kotoran ternak babi, tanaman ubi jalar varietas lokal, sludge, pupuk anorganik phonska. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Dua unit kandang. Unit kandang pertama terbuat dari dinding semen, beratap rumbia dan berlantai semen. Kandang dilengkapi tempat makan dan minum. Unit kandang kedua milik petani/peternak, dinding terbuat dari semen, beratap seng, dan berlantai semen. Kandang dilengkapi tempat makan dan minum yang terbuat dari semen.
2. Satu unit alat penghasil biogas tipe Horizontal, mengacu pada Hamni (2008). Alat-alat yang dibutuhkan :
a. Tiga buah drum bekas (yang tidak bocor), berukuran 200 liter setiap drum. b. Dua buah ”plateser”
c. Pipa besi dengan garis tengah 1-1.5 cm yang dilengkapi kran untuk saluran gas.
d. Pipa besi dengan garis tengah 5 cm untuk saluran isian dan buangan.
e. Seng tebal atau plat besi setebal 1-2 mm untuk membuat corong pemasukanisian, dapat pula digunakan corong yang telah jadi.
29
Cara pembuatan alat penghasil biogas dibagi dalam dua bagian : 1. Pembuatan tabung pencerna
Tabung ini dibuat dari dua drum besar berukuran 200 liter, yang dirangkai dengan cara dilas. Kedua drum harus dibersihkan dan sebaiknya dicat. Caranya, drum pertama dibuka salah satu tutupnya (bagian yang ada lubang bekas pemasukan minyak). Drum kedua dipotong separoh salah satu tutupnya (bagian yang ada lubang bekas tutup minyak).
Tepat disisi tutup yang masih utuh pada kedua drum dibuat lubang dengan diameter 5 cm.
Pada posisi atas drum yang tutupnya terbuka dibuat lubang (berlawanan dengan posisi lubang berdiameter 5 cm) berdiameter 1.5 cm.
Kedua drum disambungkan dengan cara dilas. Kedua lubang yang telah dibuat (diameter 5 cm) harus tepat pada posisi dasar.
Dilanjutkan dengan penyambungan pipa pemasukan isian sepanjang 60 cm yang diatasnya telah dilengkapi corong pada salah satu lubang dengan membentuk sudut 30 derajat, lalu dilas. Untuk memperkuat kedudukannya, perlu ditopang dengan plat baja. Begitu juga dengan pipa pengeluaran buangan. Dengan cara dilas pada lubang berdiameter 1.5 cm.
Gambar 7 Alat pencerna (digester). 2. Pembuatan tabung pengumpul gas
Tabung pengumpul gas terbuat dari satu buah drum besar (200 liter) yang tidak bocor, dan satu buah drum yang lebih besar yang terbuat dari plateser. Drum besar (200 liter) dibuka salah satu tutupnya (bagian yang ada lubang bekas pemasukan minyak tanah). Demikian pula dengan plateser dibuat terbuka salah satu tutupnya dan dicat.
Pada tutup drum besar (200 liter) dibuat dua lubang berdiameter 1.5 cm.
30
Kemudian sambungkan pada kedua lubang tersebut dua pipa berdiameter 1.5 cm dengan cara dilas. Satu pipa untuk pemasukan gas dari tabung pencerna dan satu lagi yang telah dilengkapi dengan kran untuk pengeluaran gas.
Gambar 8 Tabung pengumpul gas. 3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan pengamatan lapangan yang dilanjutkan dengan percobaan integrasi ternak babi dengan tanaman ubi jalar.
1. Tahap pertama, survey.
Observasi lapangan dan interviu dengan petani ternak babi untuk mendapat informasi tentang peternakan babi, keadaan tempat penelitian, cara beternak yang dilakukan saat ini, cara pemberian pakan, pemanfaatan limbah ternak babi, dan usaha pertanian yang dilakukan. Data karakteristik produksi ternak babi yang diperoleh ditabulasi dalam bentuk grafik dan tabel.
2. Tahap kedua, produktivitas ternak babi
Dalam percobaan ini, digunakan enam ekor ternak babi milik petani/peternak, dengan berat ± 36.00 kg yang dikandangkan, cara pemberian makan sesuai dengan kebiasaan petani/peternak. Selanjutnya
31
disiapkan juga sepuluh ekor ternak babi dengan berat ± 36.00 kg yang dikandangkan secara terpisah, dengan pemberian pakan yang diatur (2 kg/ekor), sebagai perlakuan.
Untuk kesepuluh ekor ternak babi (sebagai perlakuan), pemberian pakan dilakukan dua kali sehari dan air minum selalu tersedia. Ransum yang diberikan adalah ransum ternak babi fase pertumbuhan. Ransum terdiri dari bahan makanan seperti, jagung kuning, dedak halus, bungkil kelapa, tepung ikan dan limbah tanaman ubi jalar, dengan protein kasar 14.33% dan EB 3 103.49 kkal/kg.
Brangkasan ubi jalar diberikan pada kesepuluh ekor ternak babi (perlakuan), masing-masing sebanyak 700 gram setiap ekor babi pada waktu siang hari (jam 12.00 WITA) terpisah dari ransum basal.
Pertambahan bobot badan diketahui dengan menimbangnya setiap minggu, selama delapan minggu. Pertambahan bobot badan, diperoleh dari selisih antara bobot badan akhir dengan bobot badan awal percobaan.
3. Tahap ketiga, pemanfaatan limbah ternak babi sebagai biogas
Pada pemasukan pertama diperlukan limbah ternak babi dalam jumlah banyak sampai lubang digester terisi penuh. Kebutuhan awal isian untuk alat ini 200 liter, yaitu bahan baku limbah ternak babi dan air. Selanjutnya, isian yang telah dibuat dimasukkan kedalam tabung pencerna.
Cara penggunaan secara lengkap sebagai berikut, isian dibuat dengan mencampurkan kotoran ternak babi segar dengan air, perbandingannya 1:1, berdasarkan unit volume (air dan kotoran babi segar dalam volume yang sama). Aduk kotoran dan air sampai merata menyerupai lumpur. Isian dimasukkan kedalam tabung pencerna melalui pipa pemasukan isian. Pada pemasukan pertama, kran pengeluaran gas yang ada diatas tabung pencerna tidak disambungkan dulu ke pipa. Kran tersebut dibuka agar udara dalam digester terdesak keluar sehingga proses pemasukan lumpur kotoran babi lebih mudah. Pemasukan isian dihentikan setelah tabung pencerna penuh yang ditandai dengan keluarnya buangan dari pipa buangan.
32
Buka kran pengeluaran gas dan hubungkan dengan pipa pemasukan gas tabung pengumpul dengan selang plastik.
Setelah itu disiapkan tabung penampung gas. Pada tabung besar yang terbuat dari plateser dimasukkan air sampai ketinggian 60 cm.
Kemudian masukkan drum besar berukuran 200 liter kedalam tabung besar yang terbuat dari plateser yang telah berisi air dan biarkan tenggelam sebagian badannya.
Tutup kran pengeluaran gas pada tabung pengumpul gas.
Pada hari kedua, gas pertama mulai terbentuk yang ditandai dengan terangkatnya drum pengumpul gas. Gas pertama ini masih bercampur dengan udara sehingga belum dapat digunakan. Gas pertama ini perlu dibuang dengan membuka kran pengeluaran gas tabung pengumpul gas. Setelah gas pertama terbuang habis yang ditandai dengan turunnya permukaan drum penampung gas pada posisi semula, kran pengeluaran gas ditutup kembali. Gas yang terbentuk kemudian sudah dapat digunakan. Untuk menghitung berapa banyak gas yang ada, menggunakan rumus volume silinder.
Pengisian isian selanjutnya dapat dilakukan setiap hari.
Hasil akhir biogas berupa lumpur (sludge) secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas.
Lumpur sisa proses pembuatan biogas digunakan untuk pemupukan tanaman pangan dalam hal ini tanaman ubi jalar.
Sludge dianalisa di laboratorium sebelum digunakan sebagai pupuk organik pada lahan tanaman ubi jalar.
4. Tahap keempat, pemupukan ubi jalar dengan dosis sebagai berikut: P0 = tanpa pupuk (kontrol)
P1 = 100% anorganik (20 g/lubang tanam) P2 = 50% anorganik (10 g/lubang tanam) P3 = 50% sludge (150 g/lubang tanam) P4 = 100% sludge (300 g/lubang tanam)
33
Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan masing-masing dengan empat ulangan (Steel dan Torrie 1994).
Prosedur percobaan. Tanah yang akan digunakan diolah terlebih dahulu hingga gembur dengan cara dicangkul kemudian dibiarkan selama satu minggu. Analisis unsur hara tanah dilakukan sebelum tanah digunakan. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 60 cm, tinggi bedeng 30 cm, panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan, dan jarak antar bedengan 100 cm. Jarak antar bedengan atau guludan tersebut merupakan lebar selokan.
Bibit ubi jalar yang ditanam di kebun dipilih dari jenis ubi jalar yang baik, dimana bibit berasal dari varietas lokal. Bibit tanaman yang berasal dari stek pucuk, berumur dua bulan dan kondisi baik. Panjang stek adalah 25 cm, yang ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya belum tumbuh akar.
Penanaman bibit stek ubi jalar dimasukkan kedalam lubang sedalam 10 cm, hingga pangkal batang bibit stek ubi jalar terbenam dalam tanah 1/2 - 2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal stek (bibit). Masukkan pupuk sesuai perlakuan kedalam lubang, tutup dengan tanah tipis-tipis. Pada umur empat minggu setelah tanam, dilakukan pengendalian gulma diikuti dengan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah bedengan, kemudian tanah ditimbunkan lagi pada bedengan. Pengendalian gulma dan pembubunan diulangi lagi saat tanaman berumur delapan minggu.
Panen pada saat ubi jalar mencapai umur empat bulan. Ubi jalar dipotong batangnya dekat dengan permukaan tanah menggunakan parang. Pembongkaran umbi dilakukan dengan cara menggali tanah bedengan di sekitar umbi menggunakan parang. Umbi diangkat secara hati-hati. Umbi yang telah dibongkar dikumpulkan dalam wadah yang baik.
Pengamatan pada produksi ubi jalar:
a. Bobot umbi total per lubang tanaman, dihitung berapa banyak umbi yang dihasilkan perlubang tanaman dan ditimbang (Nuraeni 2007)
b. Bobot brangkasan (batang dan daun) per lubang tanaman, dengan cara memotong brangkasan dan ditimbang (Nuraeni 2007)
34
c. Bobot ideal umbi yang dapat dipasarkan, yaitu ubi jalar dengan berat > 150 gram per umbi (Suwarto et al. 2006)
d. Kandungan gizi umbi (Juanda 2000)
5. Tahap kelima, efisiensi penerapan sistem integrasi ternak babi dengan tanaman ubi jalar.
35
4 HASIL DAN PEMBAHASAN