• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2010. Percobaan dilakukan di Laboratorium Lapangan Riset Padi IPB, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Proses pasca panen dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi yang terdiri atas: galur harapan PTB hasil pengembangan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (A219-3-1-1), galur harapan PTB hasil pengembangan Institut Pertanian Bogor (IPB 97F-15-1-1), genotipe Fatmawati dan genotipe Ciherang.

Metode Penelitian

Penelitian mengunakan rancangan petak terbagi (split plot design), terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan.

Faktor pertama (main plot) adalah sistem budidaya, terdiri atas S1 = sistem budidaya konvensional

S2 = SRI (system of rice intensification) S3 = pengelolaan tanaman terpadu (PTT) Faktor kedua adalah genotipe, terdiri atas V1 = varietas Ciherang

V2 = varietas Fatmawati V3 = galur IPB 97 F-15-1-1 V4 = galur A219-3-1-1

Terdapat 12 kombinasi perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Tiap satuan percobaan menggunakan petakan lahan berukuran 5 m x 3 m. Adapun model linear rancangan petak terbagi (Mattjik & Sumertajaya 2002) adalah:

Dimana:

i : Ulangan/kelompok (1, 2, 3) j : Sistem budidaya (1, 2, 3) k : Genotipe (1, 2, 3, 4)

Yijk : Hasil pengamatan pengaruh sistem budidaya ke-j, genotipe ke-k dan ulangan ke-i

µ : Nilai tengah

i : Pengaruh ulangan/kelompok ke-i αj : Pengaruh sistem budidaya ke-j

ij : Pengaruh galat sistem budidaya ke-j dan ulangan/kelompok ke-i βk : Pengaruh genotipe ke-k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi antara sistem budidaya ke-j dan genotipe ke-k Єijk : Pengaruh galat ulangan ke-i sistem budidaya ke-j dan genotipe ke-k

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian menggunakan 4 genotipe berbeda (genotipe Ciherang, genotipe Fatmawati, galur IPB 97 F-15-1-1 dan galur A219-3-1-1) yang ditanam pada 3 sistem budidaya yang berbeda (sistem budidaya konvensional, SRI dan PTT). Penyemaian budidaya konvensional dan PTT dilakukan di lapangan, sedangkan penyemaian budidaya SRI dilakukan pada tray (tempat pembibitan). Sebelum tanam dilakukan analisis tanah di lokasi penelitian (Lampiran 1), analisis pupuk organik (pupuk organik) dan analisis pupuk anorganik (urea, SP-18 dan KCl) dicantumkan pada Lampiran 2. Deskripsi masing-masing sistem budidaya (konvensional, SRI dan PTT) dapat dilihat pada Tabel 1.

15

Tabel 1 Deskripsi masing-masing sistem budidaya (konvensional, SRI dan PTT) pada beberapa genotipe harapan PTB.

Sistem Budidaya

Konvensional SRI PTT

Pengolahan tanah Menggunakan

cangkul dan bajak singkal

kedalaman olah 15 - 20 cm.

Menggunakan

cangkul dan bajak singkal

kedalaman olah 15 -20 cm

Menggunakan cangkul dan bajak singkal

kedalaman olah 15 –

20 cm

Pupuk dasar Tanpa pemberian pupuk organik

Pemberian pupuk organik atau pupuk organik (dilakukan analisis tanah). Hasil analisis tanah, kandungan bahan organik tanah = 2.23%. Dosis pupuk pupuk organik 17.5 kg/petak atau 1.2 t/ha.

Pemberian pupuk organik atau pupuk organik (dilakukan analisis tanah). Hasil analisis tanah, kandungan bahan organik tanah = 2.23%. Dosis pupuk pupuk organik 7.5 kg/petak atau 0.5 t/ha.

Umur bibit 24 Hari setelah semai (HSS)

10 HSS 17 HSS

Jumlah bibit 3 bibit per titik tanam 1 bibit per titik tanam 1 bibit per titik tanam Jarak tanam 20 cm x 20 cm. 30 cm x 30 cm 20 cm x 20 cm x 40

cm Pupuk susulan Pupuk diberikan

dengan dosis 300 kg/ha Urea, 200 kg/ha SP18 dan 150 kg/ha KCl (Badan Litbang Pertanian 2008).

Pupuk diberikan dengan dosis 150 kg/ha Urea, 100 kg/ha SP18 dan 75 kg KCl/ ha (Uphoff 2009).

Pupuk diberikan dengan dosis 180 kg/ha urea, 100 kg/ha SP18 dan 100 kg/ha KCl (Berdasarkan analisis tanah)(Badan Litbang Pertanian 2008).

Pengelolaan air Cara yang biasa dilakukan petani.

Pengairan berselang (kondisi tanah macak-macak).

Pengairan berselang (intermittent irrigation). Pengendalian gulma Menggunakan

herbisida Kegiatan pemeliharaan meliputi pengendalian gulma alat gasrok. Kegiatan pemeliharaan meliputi pengendalian gulma alat gasrok.

Pemupukan nitrogen (N) susulan dilakukan pengamatan warna daun menggunakan bagan warna daun (BWD) hanya pada sistem budidaya PTT. Penggunaan BWD berdasarkan waktu yang telah ditetapkan: a) memberikan Komponen budidaya

pupuk dasar 30 kg/ha pada petakan PTT atau pemupukan N pertama sebelum tanaman berumur 14 hari setelah tanam (HST). Pada saat ini BWD belum digunakan. b) Pemupukan kedua dan ketiga, dengan cara membandingkan warna daun dengan skala BWD, dilakukan pada saat tanaman padi berumur 21 HST (pemupukan N kedua) dosis 75 kg/ha dan umur 42 HST (pemupukan N ketiga) dosis 75 kg/ha. Nilai BWD pada saat pengamatan warna daun menunjukkan pada skor > 4 yaitu skor 5 dan 6 dan respon tanaman PTB terhadap pupuk N pada kolom sangat tinggi, maka dosis pupuk N (urea) untuk nilai BWD > 4 adalah 75 kg/ha. Penggunaan pupuk N yang diberikan sesuai dengan skala warna daun pada penggunaan BWD berdasarkan waktu yang telah ditetapkan Tabel 2.

Tabel 2 Dosis urea yang diberikan sesuai dengan skala warna daun pada penggunaan BWD berdasarkan waktu yang telah ditetapkan.

Pembacaan BWD

Respon terhadap pupuk N

rendah sedang tinggi sangat tinggi target hasil (t/ha (GKG)

< 5.0 = 6.0 = 7.0 > 8

takaran urea yang digunakan (kg/ha) BWD < 3 BWD = 3.5 BWD > 4 75 50 0 100 75 0 - 50 125 100 50 150 125 75

Sumber : Badan Litbang Pertanian 2009.

Peubah dan Analisis Data

Pengamatan meliputi peubah komponen pertumbuhan, komponen hasil dan hasil. Peubah-peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, panjang daun bendera, umur berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, persentase gabah isi per malai, jumlah gabah total per malai, bobot gabah per rumpun dan hasil gabah (t/ha). Hasil gabah dihitung dari data bobot gabah per petak dikonversikan ke t/ha. Data hasil pengamatan dianalisis statistik dengan uji F (sidik ragam) pada taraf 5% dengan menggunakan program SAS versi 9.0 dan jika uji F nyata dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Sebagai data pendukung dilakukan analisis tanah dan data kondisi iklim selama penelitian berlangsung.

17

Pengamatan Penelitian

Pengamatan yang dilakukan meliputi komponen pertumbuhan, komponen hasil dan hasil:

Komponen Pertumbuhan

- Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung batang.

- Jumlah anakan total, dihitung jumlah anakan total yang tumbuh pada masa vegetatif hingga menjelang masa inisiasi malai.

- Jumlah anakan produktif, dihitung dari jumlah anakan yang menghasilkan malai.

- Umur berbunga, dihitung dari saat semai benih sampai 50% malai (bunga) dalam satu rumpun keluar.

- Umur panen, dihitung dari saat semai sampai 85%-95% malai telah matang.

- Panjang daun bendera, diukur dari pangkal helai daun sampai ujung helai daun pada daun bendera.

Komponen Hasil

- Panjang malai, diukur dari leher malai sampai ujung malai.

- Jumlah gabah isi per malai, dihitung dari jumlah gabah yang berisi penuh pada tiap malai.

- Jumlah gabah hampa per malai, dihitung dari jumlah gabah yang hampa (tidak berisi) tiap malai.

- Persentase gabah isi per malai, dihitung dari persentase jumlah gabah yang berisi penuh pada tiap malai.

- Jumlah gabah total per malai, dihitung dari jumlah gabah total (gabah berisi + gabah hampa) tiap malai.

- Bobot 1000 butir gabah isi, dihitung bobot 1000 butir gabah berisi menggunakan timbangan digital.

Hasil

- Bobot gabah per rumpun, dihitung dari bobot gabah kering pada kadar air 14% gabah berisi yang berasal dari satu rumpun.

- Bobot gabah per petak, dihitung dari bobot gabah kering pada kadar air 14% gabah berisi yang berasal dari satu petakan.

- Hasil gabah, dihitung dari konversi bobot gabah per petak (kg) menjadi dalam nilai bobot gabah dalam ton per hektar.

Dokumen terkait