• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi ekotipe pala menggunakan pendekatan karakteristik ekologi yang mencakup tanah, fisiografi lahan, dan iklim; dan pendekatan karakteristik tanaman pala itu sendiri khususnya karakteristik morfologi, produksi dan buah. Sampling dilakukan di enam ekotipe di wilayah Maluku dan Maluku Utara. Di Maluku dipi-lih tiga ekotipe: Ambon, Luhu, dan Banda; dan di Maluku Utara, sampling men-cakup tiga ekotipe: Ternate, Tidore, dan Bacan. Sampel tanah komposit di tiga ti-tik diambil pada daerah perakaran tanaman pala di masing-masing ekotipe.

Untuk kajian morfologi dan agronomi digunakan pohon pala produktif be-rumur lebih dari 15 tahun sebagai bahan sampling. Di Maluku, sampling untuk identifikasi morfologi tanaman dilakukan di tiga ekotipe: Ambon, Luhu, dan Ban-da. Di Maluku Utara, sampel tanaman juga diambil di tiga ekotipe: Ternate, Ti-dore, dan Bacan.

Studi morfologi tanaman dilakukan pada bulan Desember 2005 bertepatan dengan waktu panen pala. Pada setiap lokasi dipilih enam pohon dan dari setiap pohon masing-masing diambil sepuluh pengamatan. Karakteristik yang dipakai sebagai penciri morfologi tanaman mengacu pada pedoman Tropical Fruit Des-criptors (IPGRI 1980) yang dimodifikasi. Penciri dimaksud mencakup sifat-sifat seperti tercantum dalam Tabel 3.

Pengukuran panjang, lebar, dan lingkar batang pohon memakai meteran; di-ameter buah, biji, dan cabang dengan jangka sorong; bobot buah, biji, dan fuli dengan neraca digital; dan warna daun, buah, biji, dan fuli dengan skala warna Munsel Color Chart. Sifat-sifat morfologi dikarakterisasi sebagai variabel nomin-al atau pengukuran. Variabel nominnomin-al selanjutnya diberi skor nilai untuk memu-dahkan kuantifikasi.

Pohon-pohon pala yang produktif dan berukuran lingkar batang sekitar 25 sampai 50 cm digunakan sebagai populasi penelitian. Dalam populasi di setiap lokasi dipilih secara acak 10 pohon, dan pada setiap pohon diambil 10 sampel untuk pengamatan karakteristik tanaman. Untuk pengamatan produksi pala, sampel diambil di dua elevasi yang berbeda yaitu di ketinggian 0 sampai 50 m dpl (di atas permukaan laut) dan di 250 sampai 300 m dpl. Pengamatan produksi

dilakukan dua kali dalam setahun, April sampai Mei 2005 dan Desember hingga Januari 2006.

Tabel 3 Sifat-sifat morfologi tanaman pala dan kategori pengukurannya

Sifat Morfologi Skor/Pengukuran Deskripsi

Ukuran daun (indeks) Indeks Panjang daun dibagi lebar

Bentuk ujung daun 1, 2, 3, 4 1= sangat tajam; 2= tajam;

3= sedang; 4= obtus

Warna daun tua 1, 2 1= hijau; 2= hijau tua

Tekstur daun 3, 5, 7 3= lunak; 5= sedang; 7= keras

Sudut petiola 1, 2, 3 1= <450; 2= 450-900; 3= > 900

Tepi daun 1, 2 1= lurus; 2= bergelombang

Sudut cabang primer 1, 2, 3 1= <450; 2= 450-900; 3= > 900

Bentuk pohon 1, 2, 3, 4 1= kolom; 2= piramidal;

3= obovat; 4= oval

Panjang tangkai bunga (cm) Kuantitatif Pengukuran dalam sentimeter

Diameter bunga (cm) Kuantitatif Pengukuran dalam sentimeter

Jumlah bunga per rangkai Kuantitatif Pengukuran diskret

Bentuk buah (ID)

Oblat (1), Bulat (2), Oval (3), Agak lon-jong (4), Lonlon-jong (5)

1= ID <1,0; 2= ID 1,0-1,15; 3= ID 1,16-1,25; 4= 1,26-1,51; 5= ≥ 1,51

Warna buah tua 1, 2, 3 1= kuning; 2= kuning kehijauan;

3= kuning kecoklatan

Bentuk ujung buah 1, 2, 3 1= tumpul; 2= bulat; 3= runcing

Bentuk pangkal buah 1, 2, 3, 4 1= cekung; 2= cembung; 3=

da-tar; 4= runcing

Diameter tangkai buah (cm) Kuantitatif Pengukuran dalam sentimeter

Panjang tangkai buah (cm) Kuantitatif Pengukuran dalam sentimeter

Warna diskolorisasi/getah buah 1, 2 1= coklat; 2= coklat tua

Bentuk biji (ID)

Oblat (1), Bulat (2), Oval (3), Agak lon-jong (4), Lonlon-jong (5)

1= ID <1,0; 2= ID 1,0-1,15; 3= ID 1,16-1,25; 4= 1,26-1,51; 5= ≥ 1,51

Warna biji tua 1, 2 1= hitam mengkilap; 2= coklat

kehitaman

Warna fuli 1, 2 1= merah darah ; 2= kuning

gading

Pengukuran karakteristik tanaman meliputi produksi buah, biji, dan fuli. Untuk mendapatkan data detail mengenai karakteristik buah, dilakukan pengujian proksimat yang meliputi kadar air, protein, lemak, pektin, dan EP (edible portion of flesh). Penentuan kadar air, lemak, dan pektin menggunakan metode AOAC (AOAC 1995); dan kadar protein dengan metode semi mikro Kjeldahl dari AOAC. Prosedur analisis proksimat buah pala adalah sebagai berikut.

Sekitar 5 g daging buah pala ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam la-bu yang berisi 60 sampai 100 ml toluen. Campuran dipanaskan di atas pemanas listrik mulai dengan suhu rendah selama 45 menit hingga suhu tinggi selama 1 sampai 1,5 jam. Volume air yang terdistilasi kemudian dicatat. Untuk penetapan faktor distilasi caranya sama dengan penetapan sampel, namun menggunakan akuades 3 sampai 4 g. Faktor distilasi diperoleh dengan membagi berat air yang didistilasi dengan volume air yang terdistilasi. Kadar air dalam bahan dihitung dengan formula:

V adalah volume air yang terdistilasi, W bobot awal sampel, dan Fd adalah faktor distilasi.

2. Penentuan kadar protein dengan metode Kjeldahl

Sebanyak 0,l g sampel yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl-30 ml kemudian ditambahkan 2,5 ml H2SO4 pekat, 1 g katalis dan batu didih. Sampel dididihkan hingga cairan berubah menjadi jernih. Campuran dipindahkan ke dalam labu destilasi yang berisi 15 ml NaOH 50% lalu dibilas dengan air suling. Labu erlenmeyer yang berisi HCl 0,02 N diletakkan di bawah kondensor yang sebelumnya telah diberi 2 tetes indikator (campuran metil merah 0,02% dalam alkohol dan metil biru 0,02% dalam alkohol dengan perbandingan 2:1). Ujung tabung kondensor diletakkan terendam dalam labu larutan HCl kemudian didistilasi sampai tersisa sekitar 25 ml destilat dalam labu erlenmeyer. Ujung kondensor dibilas dengan sedikit air destilata dan bilasannya ditampung dalam erlenmeyer selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna hijau menjadi ungu. Penetapan blanko dilakukan dengan cara yang sama. Kadar protein bahan ditetapkan dengan rumus sebagai berikut.

Pada formula di atas, y adalah volume NaOH titer blanko, z volume NaOH titer sampel, N normalitas NAOH, dan W bobot sampel.

V Kadar air (%) = ⎯⎯ x Fd x 100% W (y – z) x N x 0,014 x 6,25 Kadar protein (%) = ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ x 100% W

3. Penentuan kadar lemak

Dua gram sampel bebas air diekstraksi dengan pelarut eter dalam alat soxhlet selama 6 jam. Hasil ekstraksi diuapkan dengan cara diangin-anginkan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama 1 jam. Ekstrak selan-jutnya didinginkan dalam desikator hingga bobotnya tetap. Kadar lemak dihitung dengan rumus:

A adalah bobot lemak (g), B bobot contoh awal (g). 4. Penentuan kadar pektin

Sebanyak 50 g sampel yang telah diparut dimasukkan ke dalam gelas piala-500 ml yang berisi 400 ml HCl 0,05 N. Sampel dibiarkan terekstrak hingga 2 jam pada suhu 80 sampai 90 °C. Campuran kemudian dipindahkan ke labu takar-500 ml dan diisi akuades sampai tanda tera lalu dikocok hingga merata. Ekstrak disaring dengan kertas Whatman nomor 4 dan filtrat dimasukkan ke labu erlen-meyer.

Untuk penetapan sampel, masing-masing aliguot dipipet 200 ml dan dima-sukkan ke dalam gelas piala-500 ml yang berisi 250 ml akuades. Campuran dinet-ralkan dengan penambahan NaOH 1 N dan 10 ml indikator PP NaOH 1 N sambil diaduk kemudian dibiarkan semalam.

Sebanyak 50 ml asam asetat 1 N ditambahkan ke campuran, 5 menit ke-mudian ditambahkan lagi 25 ml kalsium klorida 1 N, diaduk sampai merata. La-rutan dibiarkan selama 1 jam kemudian dididihkan selama 2 menit. LaLa-rutan dis-aring dengan kertas sdis-aring yang disegari air panas lalu dikeringkan dalam oven 102 °C selama 2 jam. Setelah didinginkan dalam desikator, ekstrak ditimbang di dalam wadah timbangan tertutup. Endapan dicuci dengan air panas yang hampir mendidih sampai bebas klorida (diuji dengan perak nitrat). Kertas saring yang berisi endapan dipindahkan ke dalam wadah timbangan, dikeringkan pada suhu 100 °C semalam selanjutnya didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Kadar pektin dalam bahan dihitung dengan menggunakan formula berikut.

A

Kadar lemak (%) = ⎯ x 100%

Pada rumus di atas, a adalah bobot kertas saring kosong, b bobot kertas saring akhir, dan W bobot sampel awal.

Dalam penyusunan deskriptor pala digunakan pedoman yang direko-mendasikan oleh IPGRI dengan beberapa penyesuaian. Untuk deskripsi tanah dan karakteristiknya berpedoman pada FAO (1990), dan untuk tanaman mengacu pada pedoman Royal Horticultural Society (1986).

Analisis Data

Kesamaan sifat morfologi antarlokasi sampling yang didasarkan pada ke-samaan ragam atau varian diuji menggunakan uji Bartlett. Statistik Bartlett dihi-tung dengan formula:

(Σνi) ln (ΣνiS2 ,i/Σνi) - ln νi lnS2 ,i

B = ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯

1 + {Σ (1/νi) – 1/Σνi}/{3(k-1)}

S2 ,i = Σni ,j=1(Xij – X)2 / (ni –1); k adalah banyaknya sampel, dan νi = ni –1. Xij

adalah rataan pengamatan ke-i dan sifat morfologi ke-j. Indeks kesamaan antar individu tanaman pala di enam lokasi dan di dua ekotipe digambarkan dalam dendogram menggunakan prosedur klaster dari Minitab 13. Data produksi dan sifat kuantitatif buah lainnya dianalisis menggunakan Anova SAS, dan uji nilai tengah Dunnett. Uji Dunnett dihitung dengan formula sebagai berikut.

ỹi - ỹj ± |d| s √1/ni + 1/nj

Pada persamaan di atas, ỹi - ỹj adalah selisih antara rataan 1 dan 2, |d| adalah batas atas titik ekuikoordinat pusat (r-1) ragam distribusi T Student, s adalah sim-pangan baku, serta ni dan nj adalah banyaknya pengamatan 1 dan 2.

(b – a)

Kadar pektin (%) = ⎯⎯⎯ x 100% W

Dokumen terkait