• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilaksanakan di persawahan irigasi teknis di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Pengamatan jaringan Aerenchym dilaksanakan di Laboratorium Biologi FMIPA USU Medan, sedangkan pengamatan tekanan turgor dan prolin di laksanakan laboratorium Fisiologi Balai Penelitian Karet Sei Putih.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : benih varietas padi : Ciherang, Cilosari , Cimelati, dan Diah Suci. Empat varietas ini berasal dari instalasi Pusat Penelitian Teknologi Pertanian Pasar Miring Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang. Pupuk yang digunakan Urea, KCL, SP36; garam dapur; plastik chamber; Nitrogen cair, dan pestisida.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : traktor, meteran ,kayu patok, hand sprayer, ember, mikroskop, Microvolmeter, dewpoint Microvolmeter, thermometer, hygrometer, pisau silet, dan alat tulis, dll.

Metoda Penelitian

Penelitian dilakukan dengan rancangan petak terpisah dengan tiga faktor yaitu :

1. Petak Utama yaitu : tingkat genangan air dengan simbol G terdiri dari 3 taraf yaitu

a G1 = genangan air 0 cm (air macak-macak).

b G2 = genangan air 5 cm dari permukaan tanah.

2. Anak petak yaitu : jarak tanam dengan simbol J terdiri dari 3 taraf yaitu : a. J1 = Jarak tanam 15 x 15 cm.

b. J2 = Jarak tanam 20 x 20 cm

c. J3 = Jarak tanam 25 x 25 cm.

3. Anak-anak petak yaitu : varietas padi dengan simbol V terdiri dari 4 taraf yaitu: a. V1 = Ciherang

b .V2 = Cilosari

c. V3 = Cimelati

d. V4 = Diah Suci

Jumlah ulangan = 3 ulangan Jumlah sampel = 10 tanaman

Pelaksanaan Penelitian.

Tanah dibajak sebanyak dua kali (olah I dan II). Setelah pembajakan I, sawah digenangi selama 7 hari, kemudian dilakukan pembajakan ke II, diikuti penggaruan tanah untuk meratakan dan pelumpuran.. Selanjutnya dibuat plot penelitian dengan ukuran 3 x 3 m, sebanyak 36 plot plot penelitian dengan 3 ulangan.jarak antar petak utama 0,5 m sedangkan jarak antar ulangan satu meter.

Persemaian dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah pertama. Lahan persemaian dibuat bedengan dengan ukuran 60 x 400 cm. lahan persemaian dipupuk dengan Urea sebanyak 10 persen dari total Urea yang digunakan untuk pertanaman. Lahan persemaian perlu diberi sekam sebanyak 2 kg/m2 untuk mempermudah pencabutan bibit, terutama untuk penggunaan bibit muda.

Sebelum dilakukan penaburan benih, benih terlebih dahulu direndam dalam air garam dengan konsentrasi 3 persen selama 10 menit. Benih yang

terapung dibuang, dan benih yang tenggelam digunakan (Sembiring, dkk 2002). Sebelum benih ditabur harus direndam dalam air selama 24 jam lalu diperam selama 24 jam supaya berkecambah. Selanjutnya benih disebar ditempat pesemaian.

Bibit yang dipindahkan ke lapangan berumur 10 hari setelah sebar. Jarak tanam sesuai perlakuan. Penanaman dilakukan satu bibit perlubang tanam. Penyisipan dilakukan apabila tanaman tidak sehat atau mati. Penyisipan dilakukan paling lambat bibit berumur 15 hari setelah sebar.

Penyiangan dilakukan sebanyak tiga kali selama musim tanam yaitu pada umur 15 hari, 35 hari dan 55 hari. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma dengan tangan . gulma yang dicabut dibenamkan ke dalam tanah. Pada saat melakukan penyiangan juga dilakukan penggemburan tanah.

Pemberian pupuk N dilakukan berdasarkan kandungan klorofil daun yang diukur menggunakan skala warna daun (leaf color chart, LCC). Pupuk N pertama diberikan pada umur 10 hari untuk sistem Tapin, dengan takaran 100 kg Urea/ha. Pemberian pupuk N susulan ditetapkan berdasarkan hasil pengukuran status klorofil dan stadia tumbuh tanaman. Semakin hijau warna daun saat pengukuran, semakin kecil takaran pupuk urea susulan. Pembacaan status klorofil daun dilakukan tiap minggu mulai tanaman berumur 14 HST hingga keluar bunga. Batas ambang baca klorofil meter adalah 35. Bila angka baca kurang dari 35 sudah saatnya tanaman diberi pupuk, dengan takaran 30 kg N/ha/aplikasi (Anonimus 2004c; dan Zaini, dkk 2004). Sedangkan pupuk SP36 diberikan pada saat tanam dengan dosis 75 kg/ha, pupuk KCL diberikan pada saat tanam dengan dosis 50 kg/ha (sesuai analisa tanah).

Tindakan pengendalian hama dan penyakit padi sawah dilakukan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yaitu pengendalian dilakukan apabila tanaman sudah terserang hama dan penyakit.

Perlakuan Penggenangan.

Perlakuan penggenangan air dilakukan dua minggu setelah tanam sampai menjelang panen. Penggenangan dihentikan lima hari sebelum panen. Sedangkan perlakuan macak-macak dilakukan pada saat tanam sampai panen.

Peubah yang Diukur.

Tinggi Tanaman. Pengamatan pertama dilakukan pada umur 20 hari

setelah sebar.Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah (leher akar) sampai pada daun yang tertinggi. Pengamatan dilakukan satu minggu sekali. Pengamatan dihentikan sampai pembentukan anakan maksimum (padi telah mengeluarkan malai).

Phyllocron. Pengamatan dilakukan pada umur 20 hari setelah sebar

sampai terbentuknya anakan maksimal. Phyllocron yang diamati adalah : jumlah phyllocron yang terbentuk pada tanaman. Pengamatan dilakukan seminggu sekali.

Jaringan aerenchyma. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman

telah mengeluarkan malai. Pengamatan jaringan ini menggunakan mikroskop di Laboratorium Biologi FMIPA USU Medan. Pengamatan jaringan aerenchyma sepanjang akar dengan mengiris akar secara melintang.

Bobot akar. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman telah

mengeluarkan malai. Sebelum diamati akar tanaman padi dibersihkan dari tanah. Untuk bobot kering akar, akar dikeringkan dalam oven dengan suhu 800C sampai beratnya konstan, baru ditimbang.

Tekanan turgor. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman telah

mengeluarkan malai. Untuk mendapatkan tekanan turgor, kita harus mencari potensial air daun / Y (MPa) dan potensial osmotik / Ψ (MPa). Prosedur

potensial air daun adalah : potensial air daun diukur dengan cara mengambil

daun pada bagian tengah dengan ukuran 1,2 x 3,4 cm. setelah itu, potongan daun diletakkan pada Wescor chamber C-30 dan ditutup rapat-rapat, kemudian dibungkus dengan plastic Chamber yang berisi contoh daun tadi direndam dalam water bath pada suhu konstan 250 C selama 2 jam. Kemudian Chamber dihubungkan Microvoltmeter, selanjutnya Microvoltmeter dihidupkan, dan Thermocouple output dibaca dengan Dewpoint Microvoltmeter HR 33 T (Karyudi dan Flettcher 2003). Prosedur potensial osmotik adalah : tekanan osmotik

diukur pada sampel daun dan teknik yang sama dengan pengukuran potensial daun setelah contoh daun direndam terlebih dahulu di dalam Nitrogen cair selama beberapa menit. Selanjutnya dapat dihitung tekanan turgor / P (MPa). Tekanan turgor dihitung dengan rumus : P = Y – Ψ

P = Tekanan Turgor Y = Potensial Air Daun

Ψ = Potensial osmotik

Analisa kandungan prolin. Analisa kandungan prolin dari jaringan

daun tanaman dilakukan dengan menggunakan metoda Bates, dkk (1973). Reagen ninhidrin disiapkan dengan menghangatkan 25 g ninhidrin dalam 30 ml asam asetat glacial dan 20 ml 6 M asam fosfat, kemudian diaduk secara perlahan sampai tercampur merata. Campuran diekstraksi dengan 4 ml toluene, kemudian diaduk dengan vorteks selama 15 sampai 20 detik. Kromofor yang mengandung tuluen dikeluarkan dari fase cair. Kromofor dibiarkan beberapa saat pada suhu

kamar, selanjutnya absorbansinya diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm, sedang sebagai blangko digunakan larutan toluene. Konsentrasi prolin dalam jaringan daun ditetapkan dengan menggunakan kurva standar prolin yang dibuat dengan berbagai tingkat konsentrasi prolin. Berdasarkan pengukuran nilai absorbansi kemudian dibuat kurva regresi hubungan antara konsentrasi dan nilai absorbansinya.

Produksi Gabah per plot. Setiap plot penelitian,Padi dipanen dengan

ukuran luas 3 x 3 m. Gabah yang dipanen dijemur selama 3 hari, kemudian ditimbang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait