• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. Proses ekstraksi di lakukan Laboratorium Kimia Organik, Fakultas Matemetika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan pengujian zat ekstraktif akar tuba sebagai bahan anti nyamuk dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian , Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah akar tuba (Derris elliptica (Roxb.) Benth) sebanyak 1500 gram dalam keadaan berat kering udara (diperoleh dari Desa Silangkitang, Kabupaten Tapanuli Utara), kertas uji, dan plastik. Sedangkan pelarut yang digunakan adalah metanol (CH3OH), kloroform (CHCL3), n-heksan, H2SO4 2N, dan aquades.

Alat yang digunakan adalah parang, lumpang untuk membantu menghaluskan akar tuba, blender, saringan 60 mesh, timbangan elektrik, botol untuk tempat perendaman, shaker, kain tipis dan kertas saring untuk memisahkan ampas dengan hasil rendaman, vakum, botol penampung hasil rendaman, labu alas sebagai wadah hasil rendaman, rotary evaporator untuk menguapkan pelarut, corong pisah untuk memisakan larutan yang masih tersisa, beker glass, pH meter, oven, kotak karton untuk tempat aplikasi anti nyamuk, dan elektrik pembakar anti nyamuk.

Prosedur Penelitian Persiapan bahan baku

Akar tuba (bahan ekstrak) dicuci bersih, dikeringkan hingga mencapai kadar air kering udara (KA ± 12%), dipotong-potong kecil dan dihancurkan dengan menggunakan lumpang kemudian di blender sampai halus. Selanjutnya bahan disaring dengan saringan ukuran 60 mesh dan dimasukkan kedalam plastik.

Secara skematis, alur pengerjaan bahan baku untuk memperoleh serbuk akar tuba dapat dilihat pada gambar 6 berikut.

Gambar 6. Diagram Produksi Serbuk Akar Tuba

Pembuatan ekstrak akar tuba

Pembuatan ekstrak akar tuba mengacu pada metode yang digunakan Harborne (1987). Serbuk akar tuba dimaserasi dalam metanol dengan perbandingan 1:10 selama 3 x 24 jam, kemudian disaring. Tahap maserasi ini diulang beberapa kali, sampai maserat yang diperoleh warnanya relatif jernih. Selanjutnya maserat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap putar (rotary evaporator), pada suhu 40-50 ºC, sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol. Pelarut yang tersisa pada ekstrak pekat tersebut diuapkan di atas penangas air pada suhu 40-50 ºC, sehingga diperoleh ekstrak metanol berbentuk pasta. Ekstrak akar tuba pekat

Akar tuba Dikeringkan (KA < 12%) Diblender Disaring ( 60 mesh)

dengan pelarut metanol yang diperoleh dibagi dua. Setengah bagian akan dilarutkan dengan aquades dengan taraf konsentrasi 0% (tanpa perlakuan), 2%, 4%, 6% dan diaplikasikan pada pengujian daya ekstrak akar tuba sebagai anti nyamuk sedangkan sisanya akan diekstrak partisi dengan pelarut kloroform dan hasilnya akan dibuat menjadi serbuk dan diaplikasikan pada pengujian daya ekstrak akar tuba sebagai anti nyamuk (perlakuan untuk kedua ekstrak akar tuba untuk masing-masing pengujian adalah sama). Alur kerja ekstraksi akar tuba secara lengkap disajikan pada gambar 7 berikut.

Gambar 7. Bagan Ekstraksi Akar Tuba (Silaen, 2008).

Ekstraksi dilakukan secara rendaman dingin dengan menggunakan pelarut metanol (CH3OH) terhadap serbuk akar tuba dan didapat kadar ekstrak methanol berbentuk pasta dan dilanjutkan dengan pelarut kloroform (CHCl3 ).

1500 gr serbuk akar tuba ( Derris elliptica (Roxb.) Benth)

Pelarutan dengan CH3OH Penyaringan, pemekatan dengan rotary evaporator

Ekstrak CH3OH Kasar Residu : CH3OH

Partisi n-heksan

Residu : lapisan n-heksan sisa Lapisan CH3OH

Penguapan Akstrak pekat Metanol

Pelarutan dengan aquades

Pengasaman dengan H2SO4 2N sampai pH-2 Ekstraksi partisi dengan CHCl3

Lapisan CHCl3

Residu : lapisan asam pH - 2

Penguapan Ekstrak pekat kloroform

Perhitungan kadar ekstrak

Rendemen ekstrak akar tuba dihitung dengan menggunakan rumus : Rendemen ekstrak akar tuba (%) = Berat ekstraksi CH3OH+ CHCl3

Bobot Kering Sebelum Ekstraksi (1500 gr) x 100%

Pembuatan konsentrasi larutan

Pembuatan konsentrasi larutan hasil ekstraksi akar tuba yaitu ekstrak pekat metanol dan ekstrak kloroform yang diperoleh masing-masing dikonsentrasikan dengan pelarut aquades sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.

B0 = Perlakuan 0% (tanpa ekstrak akar tuba),B1 = 2%, B2 = 4%, B3= 6%. Formulasi konsentrasi ditentukan dengan rumus :

Konsentrasi 2% = 2 gr zat ekstrak akar tuba 98 ml aquades

Konsentrasi 4% = 4 gr zat ekstrak akar tuba 96 ml aquades

Konsentrasi 6% = 6 gr zat ekstrak akar tuba 94 ml aquades

Pengujian

Pengujian zat ekstraktif akar tanaman tuba sebagai anti nyamuk dilakukan dengan menggunakan kertas uji dengan ukuran 3,5 cm x 2,2 cm. Kertas uji diberi larutan ekstraktif dengan cara perendaman selama ± 10 menit pada konsentrasi larutan yang telah disediakan yaitu masing-masing hasil ekstraksi (metanol, kloroform) dibuat 4 taraf konsentrasi larutan bahan untuk aplikasi sebagai anti nyamuk, yaitu : 0%, 2%, 4%, dan 6% dan kemudian dikeringkan. Dilakukan pengujian terhadap 10 ekor nyamuk selama 6 jam dengan pemanasan masing-masing kertas uji pada elektrik pembakar. Pengujian dilakukan di dalam kotak

karton dimana pada sisinya dibuat berupa jaring-jaring dari kelambu sehingga kondisi udara di dalam kotak uji sama dengan kodisi udara di luar kotak uji, dimana sebelum diberi perlakuan nyamuk dapat hidup bebas dalam kotak uji tersebut.

Adapun jumlah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengujian tanpa menggunakan zat ekstraktif sebagai kontrol, yaitu: 10 ekor nyamuk dimasukkan kedalam kotak yang telah disediakan. Di amati selama 6 jam, dilihat apa yang terjadi pada 10 ekor nyamuk tersebut.

2. Pengujian dengan menggunakan zat ekstraktif akar tuba:

Tabel 1. Pegujian Zat Ekstraktif

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial 2 x 4 dengan 3 kali ulangan (Sastrosupadi, 2000).

Pelarut (A) Perlakuan (B) I II III

Metanol (A1) B0 A1B0 A1B0 A1B0 B1 A1B1 A1B1 A1B1 B2 A1B2 A1B2 A1B2 B3 A1B3 A1B3 A1B3 Klorofom (A2) B0 A2B0 A2B0 A2B0 B1 A2B1 A2B1 A2B1 B2 A2B2 A2B2 A2B2 B3 A2B3 A2B3 A2B3

Tabel 2. Rancangan Acak Lengkap Percobaan

Faktor-faktor yang digunakan adalah faktor A (pelarut metanol dan pelarut kloroform) dan faktor B dengan 4 taraf konsentrasi perlakuan, yaitu

No Jenis Pelarut Konsentrasi (%)

Ulangan Waktu Pengujian (Jam) Contoh Uji 1 0 Metanol 2 3 6 10 4 6 0 2 Kloroform 2 3 6 10 4 6

Perlakuan B0 = perlakuan 0%, B1 = konsentrasi 2%, B2 = konsentrasi 4%, B3 = konsentrasi 6%). Diulang sebanyak tiga kali dengan jumlah nyamuk setiap perlakuan sebanyak sepuluh ekor.

Parameter Pengamatan

Perhitungan nilai mortalitas nyamuk

Pengamatan mortalitas nyamuk dilakukan setelah pengujian selesai. Penentuan nilai mortalitas nyamuk dihitung dengan menggunakan rumus :

M = 100% 0 1 x M M Keterangan : M = Mortalitas nyamuk

M0 = Total jumlah nyamuk yang diumpankan M1 = Jumlah nyamuk yang mati

Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam percobaan ini adalah: Yijk = µ + αi + ßj + (αß)ij + ∑ijk

Yijk = Nilai pengamatan bahan pelarut ke-i, dengan konsentrasi ke-j, dan pada ulangan ke-k

µ = Rata - rata umum

αi = Pengaruh jenis pelarut ke-i ßj = Pengaruh konsentrasi larutan ke-j

(αß)ij = Pengaruh interaksi antara jenis pelarut ke-i dengan konsentrasi ke-j ∑ijk = Pengaruh acak (galat) percobaan pelarut ke-i dan konsentrasi larutan ke-j

Ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap respon maka dilakukan analisis sidik ragam berupa uji F pada tingkat kepercayaan 95% menggunakan software SPSS, dimana jika F hitung ≤ F tabel maka H 0 diterima dan jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak.

Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : Jenis pelarut dan konsentrasi zat ekstraktif akar tuba tidak berpengaruh terhadap persentasi kematian nyamuk.

H1 : Jenis pelarut dan konsentrasi zat ekstraktif akar tuba berpengaruh terhadap persentasi kematian nyamuk.

Jika hasil analisis sidik ragam memberikan perbedaan yang nyata baik pada faktor A,faktor B, ataupun interaksinya maka dilakukan uji lanjut wilayah berganda Duncan(Duncan multiple range test).

Dokumen terkait