• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. BAHAN DAN METODE

Penelitian penggunaan senyawa kimia antidopamin dimaksudkan untuk mencegah produksi hormon GIH yang berperan sebagai penghambat perkembangan kematangan gonad dan berlokasi di tangkai mata udang, sedangkan GTH berperan untuk merangsang percepatan pertumbuhan gonad. Pemberian senyawa anti-dopamin dan GTH dapat dilakukan menggunakan dua metoda, yaitu penyuntikan dan dicampur dengan pakan. Namun penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda pencampuran ke dalam pakan.

2.1 Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2011 yang bertempat di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo, Jawa Timur. Sedangkan pengambilan data sekunder berupa uji histologi gonad dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Rancangan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, data diolah menggunakan Microsoft Excel 2007 dan dibahas secara deskriptif. Terdapat lima perlakuan pada penelitian ini, yaitu :

- Perlakuan A : Antidopamin (And) - Perlakuan B : GTH

- Perlakuan C : Antidopamin + GTH - Perlakuan D : Ablasi mata

- Perlakuan E : Kontrol

2.3 Pelaksanaan 2.3.1 Persiapan wadah

Wadah yang digunakan berupa 5 buah bak bak beton. Sebelum digunakan bak terlebih dahulu disterilisasi menggunakan kaporit dengan dosis 100 ppm. Kaporit dilarutkan dalam air kemudian ditebar merata pada dinding, lantai dan

daerah disekitar bak pemeliharaan. Setelah 24 jam, dibilas dengan air tawar, lalu diberi KMnO4 sebanyak 10 mg/L. Sterlisasi juga dilakukan pada peralatan yang akan digunakan seperti selang aerasi, batu aerasi, pipa inlet dan outlet.

2.3.2 Pemilihan calon induk

Induk udang vaname yang di tebar bersal dari BBAP Situbondo yaitu Vaname Nusantara 1. Induk yang digunakan hanyalah induk betina dengan jumlah 110 ekor betina dan 30 ekor jantan. Kriteria induk yang baik adalah tubuh tidak cacat, warna cerah, organ tubuh lengkap dan normal, umur 7-8 bulan, ukuran induk betina dengan panjang > 16 cm dan berat >35 gr sedangkan induk jantan panjang > 15 cm dan berat >30 gr, organ reproduksi dalam keadaan baik dan bebas penyakit bakteri maupun virus.

2.3.3 Aklimatisasi induk

Sebelum tahap penelitian, dilakukan perlakuan aklimatisasi pada induk terlebih dahulu. Langkah ini perlu dilakukan agar udang yang akan digunakan untuk penelitian benar-benar dalam keadaan sehat dan nyaman di lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan kehidupannya. Hal ini penting untuk menghindari udang stres pada saat dilakukan penelitian. Aklimatisasi digunakan hingga calon induk pulih kembali nafsu makannya.

2.3.4 Ablasi mata

Proses ablasi yaitu proses pemotongan tangkai mata udang. Proses ablasi ini dilakukan pada induk udang betina dengan menggunakan gunting yang dipanasi terlebih dahulu (Lampiran 1). Pemotongan tangkai mata dilakukan dengan hati-hati tidak boleh ada pemutusan tangkai secara paksa karena dapat merusak jaringan yang lain. Induk udang yang sudah diablasi akan pulih setelah 3-7 hari dan sudah siap untuk dipijahkan.

2.3.5 Pencampuran hormon pada pakan

Hormon yang digunakan pada penelitian ini adalah antidopamin dan GTH. Dosis pemberian antidopamin adalah 20 mg per kg bobot tubuh, dosis GTH adalah 80 IU per kg bobot tubuh, sedangkan campuran antidopamin dan GTH dosis yang digunakan setengah dari dosis masing-masing bahan. Pakan yang digunakan berbentuk pelet, selain itu pakan merupakan pakan yang biasa dimakan

oleh calon induk. Hormon dicampur dengan progol (binder) dan vitamin c, lalu ketiga bahan tersebut dicampurkan ke pakan. Setelah itu pakan dikering anginkan dan dapat diberikan langsung ke udang (Lampiran 2). Pemberian pakan yang ditambah antidopamin dilakukan selama dua minggu diawal pemeliharaan. Pemberian pakan dilakukan empat kali dalam sehari. Pemberian pelet dilakukan pagi dan sore hari sebanyak 15% dari bobot badan udang, sedangkan tiram dilakukan siang dan malam sebanyak 30% dari bobot badan udang. Setelah dua minggu pemeliharaan udang diberi pakan berupa pakan segar (tiram dan cacing laut) dengan perbandingan 75:25.

2.3.6 Pemeliharaan induk

Induk yang telah diberi perlakuan lalu dimasukkan kembali kedalam wadah percobaan. Air yang digunakan berasal dari laut yang telah mengalami filterisasi. Suhu pemeliharaan dijaga antara 28-29°C dan salinitasnya 31-33 ppt. Selain itu juga diberikan aerasi untuk meningkatkan kadar O2.

2.4 Pengumpulan data

Sampling pada penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada hari ke-0 pemeliharaan, hari ke-14 pemeliharaan, dan hari ke-28. Data yang diambil pada hari ke-0 hanya data bobot udang vaname, pada hari ke-14 data yang diambil meliputi bobot udang, jumlah udang yang mati, dan tingkat kematangan gonad. Pada akhir pemeliharaan atau hari ke-28 keseluruhan data diambil.

2.5 Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi kelangsungan hidup induk, dan tingkat kematangan gonad, tingkat pemijahan, fekunditas, derajat penetasan telur

2.5.1 Derajat kelangsungan hidup

Derajat kelangsungan hidup merupakan persentase jumlah udang yang hidup dari jumlah seluruh udang yang dipelihara dalam suatu wadah. Untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup udang pada akhir pemeliharaan, digunakan rumus sebagai berikut:

% 100 × = o t N N SR Keterangan : SR = Survival Rate (%)

Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan pada saat awal (ekor)

2.5.2 Tingkat kematangan gonad

Tingkat kematangan gonad hanya diperiksa pada saat sampling ke - 2 dan ke-3. Udang yang dihitung hanya udang yang telah matang gonad. Udang yang telah matang gonad punggungnya berwarna merah kekuningan. Pemeriksaaan tingkat kematangan gonad dilakukan dengan cara melihat perkembangan warna dan tingkat ketebalan gonad pada punggung udang.

2.5.3 Tingkat pemijahan

Pemijahan dilakukan dengan memindahkan induk betina yang telah matang gonad kedalam bak pemijahan yang didalamnya terdapat induk jantan. Tingkat pemijahan diperiksa 5-8 jam setelah induk betina dan jantan digabungkan. Persentase tingkat pemijahan dapat dihitung sebagai berikut

Induk yang memijah

Tingkat Pemijahan = --- x 100% Total induk betina yang digabung

2.5.4 Jumlah Telur

Jumlah telur dari setiap ekor induk ditentukan atas dasar contoh sebanyak 1 liter dari media yang diambil acak 10 kali. Jumlah telur contoh dalam media dihitung untuk dijadikan dasar penentuan jumlah total telur yang dilepas hewan uji dengan rumus,

Bp

Jt = --- x Yt

Ps x Gc

Jt = Jumlah telur yang dihasilkan setiap ekor induk Bp = Volume air wadah pemijahan

Gc = Volume air contoh gelas ukur yang dipergunakan dalam pengambilan contoh telur

Yt = Jumlah telur dari seluruh contoh

2.5.5 Derajat Penetasan Telur (HR)

Derajat penetasan telur adalah persentase jumlah embrio yang menetas (EM) dibandingkan jumlah telur yang dibuahi (TB). Perhitungan HR dilakukan setelah telur menetas secara keseluruhan, dan HR dihitung dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

EM

HR = x 100%

TB

2.5.6 Histologi Gonad

Untuk mengetahui pengaruh rangsangan hormonal terhadap perkembangan sel telur diperlukan pengamatan secara histologis terhadap ovarium yang sedang mengalami proses pematangan gonad. histologi adalah ilmu yang mempelajari anatomi pada tingkat jaringan dan sel suatu organisme. Terdapat beberapa tahap dari histologi, yaitu fixation, decalcification, bleaching, embedding, sectioning, staining, dan mounting (Lampiran 3).

3.1 Hasil Be tinggi terd 1,06 g da perlakuan bobotnya udang ber sampling sampling k Gambar Tingkat k Be memiliki dilakukan hidup pad 34 34.5 35 35.5 36 36.5 37 37.5 38 38.5 39 0 erdasarkan G dapat pada u ri bobot rat 4 terjadi sempat naik rtambah m pertama, n ketiga menj 1 Bobot ud kelangsung erdasarkan T tingkat ke . Proses ad a kondisi lin

III. HA

Gambar 1 d udang perla ta-rata awa penurunan k. Bobot pe enjadi 36,5 namun bob jadi 36,27 g dang vannam an hidup Tabel 1 dik elangsungan daptasi hing ngkungan te

Bobo

Dokumen terkait