• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Anatomi, Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi (AHE), Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi (AFF), Fakultas Kedokteran Hewan, Instistut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2006 sampai dengan bulan Juli 2007.

Bahan dan Alamat Penelitian

Penelitian ini menggunakan spesimen dua ekor trenggiling Jawa (Manis javanica) yang sama dengan bahan penelitian disertai Nisa (2005). Spesimen telah diawetkan dalam larutan Bouin dan disimpan dalam alkohol 70%.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, 80%,90%,95%,100% untuk dehidrasi, Xylol untuk penjernihan, parafin p.a (56-58°C) untuk infiltrasi dan embedding, zat-zat warna Hematoksilin-Eosin (HE), bahan-bahan untuk impregnasi perak (Grimelius 1968) dan larutan resin (Entelan® , Merck) untuk mounting.

Peralatan yang digunakan adalah peralatan bedah seperti pisau bedah, gunting, pinset, mikrotom, mikroskop dan peralatan fotografi.

Metode Penelitian

Organ pankreas M. javanica yang sudah disimpan dalam alkohol 70% diamati bentuk dan bagian-bagiannya kemudian dilakukan pengukuran terhadap panjang, lebar dan berat. Pengukuran panjang dan lebar dilakukan pada setiap bagian pankreas. Pengukuran panjang dilakukan pada bagian terpanjang dari pankreas sedangkan pengukuran lebar dilakukan pada bagian terlebar dari pankreas. Setelah pengukuran selesai, maka dilakukan pemotretan secara keseluruhan dari organ pankreas tersebut dengan menggunakan kamera digital Nikon A95.

Organ pankreas dari berbagai lobus dipotong kira-kira 1 x 0,5 cm. Kemudian dilakukan proses dehidrasi untuk menarik air dalam jaringan dengan menggunakan alkohol dengan konsentrasi bertingkat yaitu: Alkohol 70% 12 jam), Alkohol 80% 12 jam), Alkohol 90% 12 jam), Alkohol 95% (6-12 jam), Absolut I (3-6 jam), Absolut II (3-6 jam), Absolut III (3-6 jam). Kemudian dilakukan penjernihan (clearning) untuk mengeliminir sisa-sisa bahan yang akan mengganggu. Penjernihan ini dilakukan dengan menggunakan xylol dengan pengulangan sebanyak tiga kali (xylol I, II, III) yang diharapkan akan menyempurnakan proses penjernihan dan mengisi bagian-bagian jaringan yang telah dikeluarkan airnya. Xylol I dan II dilakukan dalam suhu ruangan selama 1-2 jam, sedangkan untuk xylol III dilakukan 30 menit di suhu ruang dan 30 menit dalam inkubator parafin (60-63ºC). Setelah itu dilakukan proses infiltrasi dengan parafin di dalam inkubator parafin. Infiltrasi parafin dilakukan dengan ulangan tiga kali untuk menyempurnakan proses infiltrasi masing-masing selama 30 menit. Setelah itu dilakukan penanaman (Embedding) jaringan untuk dijadikan blok parafin. Setelah parafin beku, kemudian dilakukan pembuatan blok dan dilekatkan pada balok kayu kecil. Blok disayat menggunakan mikrotom rotary atau sliding dengan ketebalan 5 µm. Pemotongan awal (trimming) dilakukan sampai sayatan mencapai jaringan secara utuh. Hasil sayatan kemudian dilekatkan di atas gelas obyek bersih yang sudah dipersiapkan dan direndam dalam alkohol 70%. Hasil sayatan diberi label, dilekatkan di atas slide plate, diinkubasi di dalam inkubator selama satu malam. Setelah itu dilakukan pewarnaan HE untuk mengamati struktur umum dari pankreas serta pewarnaan impregnasi perak Grimelius untuk melihat gambaran sel-sel penghasil hormon. Pengamatan mikroskopik meliputi pengamatan stuktur umum pankreas dan pengamatan terhadap distribusi sel-sel endokrin pada pulau Langerhans. Hasil pewarnaan diamati dengan menggunakan mikroskop dan dilakukan pemotretan dengan kamera digital Nikon A95.

HASIL

Pengamatan Makroskopis

Pengamatan makroskopis menunjukkan bahwa pankeas trenggiling terbagi menjadi tiga bagian yaitu : Kepala (head), dorsal dan ventral. Pankreas bagian kepala merupakan bagian utama pada pankreas yang terletak di kaudal lambung dan di anterior vertebrae lumbalis pertama. Bagian ventral merupakan bagian yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum. Sedangkan bagian dorsal merupakan bagian yang paling panjang terletak di sebelah kiri rongga abdomen dan ujungnya berbatasan dengan limpa (Gambar 4).

Pankreas memiliki saluran untuk mengalirkan hasil sekretanya yaitu duktus pankreatikus yang akan bergabung dengan duktus sistikus dari hati dan bermuara ke duodenum.

Gambar 4 Organ pankreas trenggiling (M. javanica). Bagian-bagian pankreas trenggiling terdiri atas bagian head terletak di kaudal lambung (A), bagian dorsal merupakan bagian yang paling panjang tetapi sempit (B), dan bagian ventral merupakan bagian yang paling lebar tetapi pendek (C) serta duodenum tempat permuaraan duktus pankreatikus (D). Bar = 1cm

A B

C

Ukuran panjang, lebar dan berat organ pankreas trenggiling bervariasi dipengaruhi oleh jenis kelamin dan bobot badan. Panjang dan lebar bagian head dan dorsal pankreas trenggiling jantan lebih besar dibanding trenggiling betina, namun ukuran bagian ventral pankreas betina lebih besar (Tabel 2). Begitu pula proporsi berat pankreas trenggiling jantan (0,31%) lebih besar daripada betina (0,16%) (Tabel 3).

Tabel 2. Data ukuran panjang dan lebar bagian head, dorsal dan ventral pankreas trenggiling (M. javanica).*

No jenis Panjang (cm) Lebar (cm)

kelamin Head Dorsal Ventral Head Dorsal Ventral

1 2,40 7,50 5,40 0,80 1,20 2,20 2 3,70 8,70 4,10 2,50 1,50 1,40 Rata-rata 3,05±0,9 2 8,10±0,8 5 4,75±0,9 2 1,65±1,20 1,35±0,2 1 1,80±0,5 7

Tabel 3. Persentase berat organ pankreas trenggiling (M. javanica) terhadap bobot badan.* No Jenis Kelamin Berat Badan (gram) Berat Pankreas (gram) % Berat Pankreas 1 3200 5,26 0,16 2 2200 6,83 0,31 Rata-Rata 2700±707,11 6,04±1,11 0,24±0,11

* Pengukuran dan penimbangan organ pankreas trenggiling dilakukan setelah organ difiksasi dengan menggunakan larutan Bouin.

Pengamatan Mikroskopis

Pengamatan mikroskopis dengan pewarnaan HE menunjukkan bahwa pankreas trenggiling mempunyai lobulasi yang jelas yang ditandai dengan adanya septa interlobularis yang relatif tebal. Di antara jaringan ikat interlobularis ditemukan pembuluh darah, syaraf dan saluran kelenjar. Lobulus pankreas terdiri dari bagian kelenjar eksokrin dan bagian kelenjar endokrin (pulau Langerhans) yang tidak memiliki batas yang jelas. Komponen eksokrin terdiri dari kelenjar dan alat penyalurnya yaitu duktus interkalatus, duktus interlobularis, duktus interlobaris dan duktus pankreatikus (Gambar 5). Kelenjar eksokrin ini terdiri

atas kumpulan sel-sel serous yang berbentuk piramid dengan inti bulat terletak di basal, sedangkan pulau Langerhans disusun oleh sel-sel berbentuk bulat dengan inti bulat terletak di tengah dan memiliki sitoplasma yang lebih cerah (Gambar 6).

Gambar 5 Struktur pankreas trenggiling M. javanica dengan lobulasi yang jelas dibatasi oleh jaringan ikat longgar (a), duktus pankreatikus (b), duktus interlobularis (c), duktus interkalatus (anak panah), serta pembuluh darah arteri (d) dan vena (e). Batas antara bagian eksokrin dan endokrin tidak terlalu jelas (Pewarnaan hematoksilin eosin; Bar = 100 µm).

Gambar 6 Struktur pankreas trenggiling M. javanica. (A) pulau Langerhans (a) tidak memiliki batas yang jelas di antara sel-sel asinar (b), (B) sel-sel pada pulau Langerhans memperlihatkan sitoplasma yang lebih cerah dibandingkan sel-sel asinar disekitarnya (Pewarnaan hematoksilin eosin; Bar A = 50 µm. B = 30 µm).

a

b

c

d e

a

a

a

A B

b

b

Pada pankreas trenggiling terlihat bahwa bagian inti dari sel-sel asinar maupun pada pulau Langerhans mengambil warna biru atau bersifat basofilik dan sitoplasmanya mengambil warna merah atau bersifat eosinofilik. Bagian endokrin pankreas (pulau Langerhans) mengambil warna sedikit lebih muda dari bagian eksokrin. Tetapi tidak begitu terlihat perbedaan warna yang signifikan, sehingga batas antara bagian endokrin dengan bagian eksokrin tidak terlalu jelas.

Pada pankreas trenggiling distribusi pulau Langerhans terbanyak ditemukan pada bagian dorsal dan distribusi paling sedikit pada bagian kepala. Di dalam pulau Langerhans ditemukan pembuluh-pembuluh darah kapiler.

Dengan menggunakan tekhnik pewarnaan impregnasi perak Grimelius terlihat sel-sel pada pulau Langerhans bereaksi positif mengambil warna coklat muda sampai dengan coklat tua. Jaringan sekitarnya mengambil warna kuning muda sampai dengan coklat muda. Dengan tekhnik pewarnaan ini dapat terlihat sel-sel penghasil hormon glukagon (sel alfa) sedangkan sel-sel penghasil hormon insulin (sel beta) tidak terwarnai. Sel-sel penghasil hormon glukagon ini berbentuk bulat, granul sekretori berbentuk bulat agak besar, polimorfik, dan berdistribusi menyebar pada pulau Langerhans (Gambar 7A).

Gambar 7 Susunan sel-sel pada pulau Langerhans, memperlihatkan sel-sel penghasil hormon yang bersifat argirofil dengan granul sitoplasma berwarna coklat (A). Sel-sel glukagon (anak panah) berbentuk polimorfik, bulat, oval, segitiga, menyebar pada bagian pulau (B). (Pewarnaan impregnasi perak Grimelius, Bar A = 50 µm, Bar B = 30 µm).

PEMBAHASAN

Pengamatan makroskopis menunjukkan bahwa secara umum pankreas trenggiling memiliki gambaran makroskopis yang hampir sama dengan gambaran makroskopis pankreas mamalia lain seperti manusia (Guyton 1990), domba, sapi (Dellman and Brown 1993), dan kambing (Adnyane 1998).

Pengamatan dengan mengunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) terlihat bahwa kapsula jaringan ikat membentuk sekat-sekat, membagi pankreas menjadi lobulus-lobulus. Dalam jaringan ikat interlobularis ditemukan pembuluh darah, syaraf dan saluran kelenjar. Pankreas trenggiling mempunyai batas lobulus-lobulus yang jelas, yang ditandai dengan adanya septa interlobularis yang relatif tebal. Gambaran ini mirip dengan pankreas domba, namun berbeda dengan kambing (Adnyane 1998).

Pankreas trenggiling terbagi menjadi bagian eksokrin dan bagian endokrin, tetapi batas keduanya tidak jelas. Bagian endokrin pankreas (pulau Langerhans) sitoplasma sel-selnya mengambil warna sedikit lebih muda dari bagian eksokrin. Hal ini sesuai dengan gambaran umum pankreas, yaitu bagian endokrin pankreas (pulau Langerhans) mengambil warna lebih muda daripada bagian eksokrin (Wheater et al. 1982).

Komponen eksokrin terdiri dari kelenjar dan alat penyalur (duktus). Kelenjar eksokrin ini terdiri atas kumpulan sel-sel serous yang berbentuk piramid dengan sel sentro asinarnya. Alat penyalur bagian eksokrin ini terdiri dari duktus interkalatus, duktus interlobularis, duktus interlobaris dan duktus pankreatikus. Saluran-saluran ini dapat dibedakan berdasarkan ukuran dan struktur histologinya. Duktus interlobularis mempunyai dinding berepitel silindris pendek selapis yang bertumpu pada bagian retikulum di bawahnya. Duktus interlobaris mempunyai epitel silindris selapis yang diperkuat oleh jaringan pengikat padat. Duktus pankreatikus merupakan saluran utama dari pankreas. Duktus ini dimulai dari pankreas bagian dorsal berjalan melintang sepanjang pankreas dan menerima saluran-saluran yang lebih kecil sepanjang perjalanannya. Saluran ini mempunyai epitel silindris selapis yang diperkuat oleh jaringan pengikat padat. Hal ini berhubungan dengan fungsi saluran tersebut sebagai penyalur hasil sekreta keluar (Guyton 1990).

Tiap asinus dibentuk oleh selapis sel yang berbentuk piramidal yang pada bagian basalnya bertumpu pada anyaman retikuler. Bagian puncaknya membatasi lumen membesar berisi sekret. Diantara sel asini tadi terdapat kapiler sekretoris yang bermuara dalam lumen kelenjar. Keberadaan kapiler sekretoris ini berkaitan dengan fungsinya untuk menyalurkan sekreta dari sel-sel asinar tersebut.

Pada pankreas bagian endokrin pulau-pulau Langerhans tersebar di antara sel-sel asinar. Sel dari pulau-pulau Langerhans yang merupakan bagian endokrin dari pankreas trenggiling, tersusun secara tidak teratur. Pembuluh darah kapiler banyak ditemukannya di dalam pulau Langerhans. Keberadaan pembuluh-pembuluh darah kapiler dalam pulau Langerhans berkaitan dengan fungsinya untuk menyalurkan sekreta hormon. Sel-sel endokrin menyalurkan hormon-hormon yang dihasilkan melalui pembuluh darah kapiler dan serabut syaraf yang tidak bermyelin (Fujita et al. 1981).

Sel-sel penghasil glukagon (sel A) pada pankreas trenggiling terdistribusi menyebar pada pulau Langerhans. Hal tersebut menunjukkan bahwa pankreas trenggiling memiliki tipe pulau Langerhans yang berbeda dengan mamalia lain seperti sapi dan manusia. Telah dilaporkan bahwa sel-sel penghasil glukagon (sel A) pada pankreas sapi (Dellmann dan Brown 1993) dan manusia (Grimelius 1968) berdistribusi pada bagian perifer pulau dan sel-sel penghasil insulin (sel B) berdistribusi pada bagian tengah pulau, sedangkan pada pankreas kuda terjadi sebaliknya yaitu sel-sel glukagon berdistribusi di bagian tengah dari pulau Langerhans dan sel-sel insulin berdistribusi di bagian perifer dari pulau Langerhans (Dellmann dan Brown 1993).

Pada pewarnaan dengan menggunakan tekhnik impregnasi perak Grimelius dapat teramati morfologi sel-sel glukagon. Morfologi sel-sel glukagon yang teramati adalah bulat, polimorfik, oval atau hampir segitiga dengan butir-butir sitoplasma yang terletak bipolar, menyebar pada pulau Langerhans. Sel-sel ini sangat bersifat argirofil pada pewarnaan Grimelius dan non-argentafin. Pada beberapa spesies hewan termasuk manusia, granul sitoplasma dari sel-sel glukagon seringkali seperti memiliki inti yang bagian tengahnya memiliki kerapatan elekton yang tinggi dan bagian luarnya memiliki kerapatan elektron

sedang serta dikelilingi oleh lingkaran sempit yang memisahkan inti dengan membran pembatas (Larsson et al. 1976 dalam Sundler and Hakanson 1988). Dari hasil pengamatan dapat dijelaskan bahwa sel-sel tersebut secara khas memiliki butir-butir pada sitoplasmanya yang mengikat perak nitrat sehingga tampak warna coklat tua sampai hitam. Sel-sel insulin bersifat non-argirofil sehingga tidak terwarnai pada pewarnaan ini.

Dokumen terkait