• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman dan Kebun Percobaan Leuwikopo, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan April sampai Agustus 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah buah pepaya sakit yang bergejala busuk basah varietas IPB 6, tanaman tembakau, dan umbi kentang. Media biakan yang digunakan Nutrient Agar (NA), Potato Dectrose Agar (PDA), dan Luria Broth (LB). Media yang digunakan untuk pengujian adalah media King’s B, Oksidatif/Fermentatif (O/F), Trypenil Tetrazolium Chloride (TZC), Yeast Extract

Dectrose CaCO3Agar (YDCA), Phospate Buffer Saline (PBS), KOH 3%, alkohol

70%, Malachite green 5% , Safranin 0,5%, parafin oil, akuades, kapas, silk dan tissu.

Alat-alat yang digunakan: jarum suntik, autoklaf, bunsen, cawan petri,

gelas bite, gelas obyek, gelas ukur, lup inokulasi, kantong plastik tahan panas, labu erlenmeyer, mikroskop cahaya, lampu UV, pipet mikrometer, pisau, dan inkubator bergoyang.

Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit

Survei buah pepaya dilakukan pada buah pepaya yang menimbulkan gejala busuk basah. Buah pepaya tersebut diamati kemudian dibawa ke Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan untuk diidentifikasi bakteri dan cendawan yang berasosiasi pada buah yang bergejala. Survei dilakukan beberapa kali, namun pengambilan sampel dilakukan sebanyak dua kali.

Isolasi Buah Bergejala Busuk Basah

Sampel buah pepaya yang menimbulkan gejala busuk basah diisolasi dengan menggunakan pengenceran berseri. Bagian yang diambil untuk diisolasi adalah bagian antara sakit dan sehat. Bagian tersebut dibersihkan dengan air steril dan dimasukkan ke erlemeyer yang berisi 100 ml air steril dan PBS (Phospate Buffer Saline) dengan perbandingan 1:1 dan dishaker 150 rpm selama semalam

(over night). Larutan PBS (Phospate Buffer Saline) merupakan larutan penyangga

yang dapat mempertahankan pH agar tetap netral atau berada pada pH 7. Sebagian besar bakteri tumbuh dengan baik pada media dengan pH 7 (Hadioetomo 1990). Pengenceran berseri dilakukan terhadap suspensi buah hingga pengenceran 10-6. Setiap 0,1 ml suspensi ditumbuhkan dengan metode sebar menggunakan gelas bite pada media Nutrient Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA) kemudian diidentifikasi bakteri dan cendawan yang muncul.

Identifikasi Bakteri

Bakteri yang muncul dari hasil isolasi kemudian dilakukan identifikasi berdasarkan kunci identifikasi Schaad et al. (2001) dan Brown et al. (1980) dengan beberapa pengujian yaitu uji Gram, hipersensitivitas pada daun tembakau, fluoresensi pada media King’s B, pembusukan kentang, uji Oksidatif/fermentatif, uji pertumbuhan pada media Yeast Extract Dextrose CaCO3 Agar (YDCA), pertumbuhan pada media Trypenil Tetrazolium Chloride (TZC), dan uji pembentukan endospora.

Uji Gram

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui reaksi Gram isolat bakteri yang diuji. Isolat bakteri diambil dengan menggunakan lup inokulasi dan diletakkan pada gelas obyek yang telah ditetesi KOH 3% lalu dicampurkan dan diamati. Apabila terbentuk lendir dan terasa lengket ketika jarum inokulasi diangkat maka hal ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut merupakan bakteri golongan Gram negatif dan sebaliknya jika tidak terbentuk lendir dan tidak lengket maka bakteri tersebut adalah bakteri golongan Gram positif.

Uji Hipersensitivitas

Uji hipersensitivitas pada daun tembakau bertujuan mengetahui sifat patogenik dari bakteri uji. Isolat bakteri yang diuji dibiakan pada 5 ml media LB

(Luria Broth) sehingga menjadi suspensi bakteri, dishaker 100 rpm selama 20 jam

dan diinokulasikan pada daun tembakau dengan cara disuntikan pada permukaan bawah daun sampai terlihat agak kebasahan. Apabila setelah 24-48 jam menunjukkan gejala nekrosis pada bagian daun tembakau tersebut, maka reaksi tersebut adalah positif, dan sebaliknya jika tidak menunjukan gejala maka reaksi tersebut adalah negatif. Kontrol dengan menggunakan media LB tanpa diberi bakteri.

Uji Fluoresensi

Pengujian Isolat bakteri yang diremajakan pada media NA diambil dengan menggunakan jarum inokulasi lalu digoreskan pada media King’s B dan diinkubasi selama 24-48 jam. Pengamatan dilakukan di bawah sinar Ultra Violet (UV). Bakteri yang mengeluarkan warna hijau-kebiruan dan berpendar merupakan bakteri Pseudomonas dari golongan “fluorescent”. Pengujian ini bertujuan untuk membedakan bakteri Pseudomonas dengan bakteri yang lain.

Uji Pembusukan Kentang

Bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah umbi kentang yang mentah. Alat-alat yang digunakan disterilisasi dengan alkohol 70% untuk mengurangi kontaminasi. Umbi kentang dikupas, dicuci dengan air bersih, dan diiris, selanjutnya irisan kentang tersebut diletakkan di dalam cawan steril yang telah dialasi dengan kertas saring yang steril dan telah dilembabkan. Biakan bakteri digoreskan di atas permukaan kentang, sebagai kontrol irisan kentang tidak diberi biakan bakteri. Reaksi positif ditunjukan dengan adanya pembusukan pada kentang dan terdapat lendir setelah diinkubasi selama 24-48 jam.

Uji Oksidatif/Fermentatif

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sifat aerob dan anaerob dari bakteri. Pengujian ini dilakukan dengan menumbuhkan bakteri pada media oksidatif/fermentatif (pH 7.2). Masing-masing bakteri diinokulasi pada 2 tabung yang berisi media O/F dengan cara ditusukkan dan diberi glukosa 5% sebanyak 1 ml. Salah satu tabung reaksi diberi perlakuan dengan menambahkan parafin oil steril sebanyak 1 ml sedangkan tabung lainnya tidak ditambahkan parafin oil. Kontrol pada pengujian ini berupa media O/F yang tidak diberi perlakuan bakteri. Apabila terjadi perubahan warna menjadi kuning pada kedua media baik yang ditambahkan dan tidak ditambahkan parafin oil, hal ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut bersifat fermentatif. Sebaliknya jika terjadi perubahan warna menjadi kuning hanya pada tabung yang tidak diberi parafin oil, hal ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut bersifat oksidatif.

Uji Tumbuh pada Media TZC

Isolat bakteri yang berumur 24 jam ditumbuhkan pada media TZC yang telah ditambahkan 2,3,5 Tryphenil Tetrazolium Chloride 1% (b/v) dengan cara menggoreskan bakteri pada media. Media ini bertujuan untuk mengetahui bakteri uji bersifat avirulen atau virulen.

Uji Tumbuh pada Media YDCA

Pengujian ini bertujuan membedakan bakteri Erwinia sp. dan Pantoea sp. Isolat bakteri yang berumur 24 jam ditumbuhkan pada media YDCA dengan cara menggoreskan bakteri pada media. Pengamatan dilakukan setelah inkubasi 24-48 jam, dengan melihat warna koloni yang terbentuk yaitu warna putih atau kuning pada media YDCA. Apabila bakteri menunjukkan warna kuning maka reaksi tersebut adalah positif.

Uji Pembentukan Endospora

Pengujian pembentukan endospora dilakukan pada isolat bakteri yang bersifat Gram positif baik anerob maupun aerob. Pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui keberadaan endospora pada sel bakteri. Satu lup suspensi bakteri dicampurkan dengan akuades steril, ditetesikan pada gelas obyek dan dikeringanginkan, lalu ditetesi dengan malachite green 5% dan didiamkan selama 10 menit hingga mengering. Gelas obyek tersebut dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan kembali, selanjutnya diteteskan larutan safranin 0,5% diamkan selama 15 detik, lalu dibilas dengan air dan dikeringanginkan di atas bunsen. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop cahaya, sel bakteri terlihat berwarna merah.

Identifikasi Cendawan

Identifikasi cendawan dilakukan dengan mengambil cendawan yang tumbuh pada media PDA hasil isolasi atau cendawan yang diperoleh langsung pada buah pepaya yang bergejala. Cendawan yang telah diperoleh dibuat preparat slide pada gelas obyek. Identifikasi cendawan dilakukan dengan pengamatan di bawah mikroskop cahaya dan berdasarkan kunci identifikasi yang dikemukakan oleh Watanabe (1993) dan Domsch et al. (1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survei Buah Sakit

Survei dilakukan di kebun percobaan Leuwikopo, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, di lahan ini terdapat 69 tanaman pepaya. Kondisi lahan tidak terawat karena banyak terdapat gulma di sekitar area pertanaman. Hasil survei menunjukkan bahwa buah pepaya IPB 6 yang bergejala busuk basah ditandai dengan bercak kebasahan yang melebar di sekitar buah dan buah terasa lunak saat dipegang. Namun, buah yang bergejala busuk buah tidak terlalu banyak ditemukan. Menurut penelitian Widianti (2009) tanaman pepaya IPB 6 lebih tahan terhadap penyakit busuk basah.

Gambar 1. Sampel buah bergejala busuk basah yang masih berada di pohon

Isolasi Buah Bergejala Busuk Basah

Gambar 3. Bagian buah yang diisolasi antara daerah yang sehat dan sakit

Hasil isolasi dari buah pepaya bergejala busuk basah yang ditumbuhkan pada media PDA dan NA diperoleh enam jenis bakteri sebagai berikut: bakteri (A) berwarna putih dengan bentuk bulat dengan tepian tidak beraturan, elevasi timbul; bakteri (B) berwarna kekuningan dengan bentuk bulat; elevasi cembung; dan tepian tak beraturan, bakteri (C) berwarna putih bening bentuk bulat; dengan tepian licin; dan elevasi cembung, bakteri (D) berwarna putih bentuk bulat dengan tepian tak beraturan; elevasi cembung, bakteri (E) berwarna kekuningan dengan bentuk bulat; tepian tak beraturan; elevasi cembung; dan bakteri (F) berwarna kuning dengan bentuk bulat; tepian tak beraturan; elevasi cembung. Cendawan yang tumbuh pada media PDA memiliki meselium berwarna hitam.

Identifikasi Bakteri

Uji Gram

Hasil isolasi bakteri yang berasal dari buah bergejala busuk basah diperoleh enam macam isolat bakteri. Berdasarkan pengujian dua isolat menunjukkan bakteri Gram negatif, sedangkan empat bakteri lain menunjukkan Gram positif. Bakteri Gram negatif ditandai dengan adanya lendir dan terasa lengket ketika jarum inokulasi diangkat, dan bakteri Gram positif tidak terbentuknya lendir. Menurut Schaad (2001) bakteri Gram negatif mempunyai dinding sel yang lebih tipis dibandingkan dengan bakteri Gram positif sehingga ketika dicampur KOH 3% lup inokulasi akan terasa lengket karena bakteri

menghasilkan lendir. Larutan KOH 3% memiliki viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan sel bakteri sehingga cairan dari dalam sel akan keluar seperti yang terjadi pada bakteri Gram negatif (Schaad 2001).

Gambar 4. Reaksi Bakteri Gram negatif dan bakteri Gram positif

Uji Hipersensitivitas

Berdasarkan pengamatan dan pengujian dari semua bakteri yang didapat baik bakteri yang bersifat Gram negatif maupun bakteri yang bersifat Gram positif, dua bakteri Gram positif menunjukkan reaksi positif, sedangkan empat isolat menunjukkan reaksi negatif. Reaksi positif ditandai dengan menimbulkan gejala nekrosis pada daun tembakau. Kontrol pengujian dilakukan tanpa menggunakan bakteri. Bakteri yang dapat menunjukkan reaksi positif dengan munculnya gejala nekrosis pada daun tembakau yang diinokulasi bakteri uji merupakan bakteri yang bersifat patogen (Lelliot & Stead 1997).

Uji Fluoresensi

Berdasarkan hasil pengujian terhadap isolat bakteri, semua isolat bakteri yang diuji tidak mengeluarkan pigmen “fluorescent” ketika diamati di bawah sinar ultraviolet. Berdasarkan uji ini maka isolat yang diperoleh bukan merupakan bakteri Pseudomonas sp, karena bakteri Pseudomonas sp. akan menunjukkan warna kebiruan pada media ketika diuji di bawah sinar UV (Kiewnick dan Sands 2001).

Gambar 6. Reaksi negatif dan reaksi positif pada media King’s B

Uji Pembusukan Kentang

Semua isolat bakteri yang digoreskan pada permukaan umbi kentang, menunjukkan reaksi negatif. Reaksi negatif yang terjadi pada pengujian umbi kentang ditandai dengan tidak membusuknya umbi dan tidak terbentuknya lendir pada umbi. Walaupun pada pengujian hipersensitivitas terjadi reaksi positif dengan munculnya gejala nekrosis pada daun tembakau, hal ini menunjukkan bahwa tidak semua bakteri yang bersifat patogen pada pengujian pembusukan kentang. Menurut Kiewnick dan Sand (2001) bakteri yang mempunyai enzim pektolitik yang dapat merusak umbi kentang. Salah satu contoh bakteri yang tidak merusak permukaan umbi kentang adalah Bacillus sp.

Gambar 7. Reaksi negatif uji pembusukan pada kentang

Uji Oksidatif/Fermentatif

Bedasarkan uji oksidatif/fermentatif tiga isolat bakteri menunjukkan reaksi fermentatif atau bakteri anaerob (dapat tumbuh tanpa adanya oksigen) dan tiga isolat bakteri menunjukkan reaksi oksidatif atau bakteri aerob (dapat tumbuh dengan adanya oksigen). Bakteri fermentatif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi kuning pada kedua tabung baik pada tabung yang diberi parafin oil maupun yang tidak, sedangkan bakteri oksidatif mengalami perubahan warna menjadi kuning hanya pada tabung yang tidak diberi parafin oil (Kerr 1980). Perlakuan kontrol tidak mengalami perubahan warna baik pada tabung yang diberi parafin oil maupun tabung yang tidak diberi parafin oil.

Gambar 8. Kontrol, reaksi oksidatif, dan reaksi fermentatif

Uji Tumbuh pada Media TZC

Berdasarkan pengujian pada media TZC dari enam isolat bakteri yang diujikan, satu isolat bakteri termasuk bakteri virulen ditandai dengan bentuk

koloni yang agak membesar, berlendir, berwarna merah dibagian tengahnya dengan tepian putih. Menurut Kerr (1980) koloni bakteri Ralstonia solanacearum

merupakan koloni virulen dengan bentuk agak membesar, berlendir, tepian putih, dan bagian tengah berwarna pink sampai merah orange. Media TZC merupakan media selektif yang dapat membedakan antara bakteri avirulen dengan bakteri virulen.

Gambar 9. Bakteri virulen dan avirulen

Uji Tumbuh pada Media YDCA

Berdasarkan hasil isolasi dua isolat yang bersifat fermentatif menunjukkan warna kuning pada media NA, satu isolat menunjukkan warna kuning pada media YDCA dan isolat yang lain berwarna krem. Media YDCA merupakan media yang dapat membedakan pertumbuhan bakteri Erwinia sp. dengan bakteri Pantoea sp. Bakteri Pantoea sp. menunjukkan warna kuning pada media YDCA karena bakteri ini mempunyai pigmen warna kuning saat ditumbuhkan pada media YDCA, sehingga satu isolat tersebut diidentifikasi sebagai bakteri Pantoea sp. (Schaad 2001).

Gambar 10. Isolat bakteri berwarna kuning dan isolat bakteri berwarna kream Bakteri Pantoea sp. merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang, bersifat anaerob fakultatif. Kelompok bakteri ini dapat dibedakan dengan kelompok bakteri Erwinia sp. dengan melihat produksi pigmen berwarna kuning yang dihasilkan oleh kedua bakteri tersebut. Bakteri Pantoea sp. menghasilkan pigmen berwarna kuning dibandingkan dengan bakteri Erwinia sp. Faktor lain yang dapat membedakan antara kedua bakteri tersebut adalah bakteri Pantoea sp. tidak dapat mendegradasi pektat dan tidak memproduksi urease (Coplin & Kado

dalam Schaad 2001).

Uji Pembentukan Endospora

Berdasarkan hasil pengujian terhadap empat isolat bakteri yang bersifat Gram positif dan bersifat aerob maupun anaerob, semua isolat bakteri membentuk endospora. Spora bakteri berwarna hijau kebiruan pada bagian ujung sel yang terlihat di bawah mikroskop. Bakteri yang membentuk endospora yang bersifat aerob dan anaerob tersebut adalah bakteri Bacillus sp. baik yang bersifat patogen maupun yang non patogen. Bakteri Bacillus sp. merupakan salah satu bakteri yang memilki spora (Chun dan Vidader dalam Schaad 2001).

Bakteri Bacillus sp. merupakan bakteri Gram-positif yang bersifat aerob atau anerob fakultatif dan membentuk endospora sebagai alat pertahanan pada kondisi yang tidak menguntungkan (Chun dan Vidaver dalam Schaad 2001). Endospora dibentuk di dalam sel, bakteri ini diduga sebagai bakteri yang menghasilkan antibiotik, dan kebanyakan bersifat saprofit di dalam tanah.

Tabel 1. Hasil identifikasi bakteri yang berasosiasi dengan busuk basah pada buah pepaya

No. Pengujian A B C D E F

1. Uji Gram + + - + + -

2. Uji Hipersensitivitas + - - + - -

3. Uji Tumbuh pada

Media YDCA - - - - - +

4. Uji Tumbuh pada

Media TZC - - + - - - 5. Uji Pembusukan Kentang - - - - - - 6. Uji Fluoresensi - - - - - - 7. Uji Oksidatif/Fermentatif O F O O F F 8. Uji Pembentukan Endospora + + - + + - Kemungkinan Bakteri B. sp. B. sp. R. sp. B. sp. B. sp. P. sp.

Keterangan: B. sp. = Bacillus sp., P. sp. = Pantoea sp.

Identifikasi Cendawan

Selain bakteri yang diperoleh dari hasil isolasi yang berasal dari buah pepaya bergejala busuk basah dan pengamatan langsung dari buah tersebut, beberapa cendawan juga diperoleh antara lain adalah Aspergillus niger, Colletotrichum sp., Fusarium sp., Thielaviopsis sp., Penicillium sp., dan Mucor

sp.

Bentuk konidia dari A. niger adalah berbentuk bulat kecil berwarna kecoklatan dengan ujung konidiofora berbentuk bulat. Cendawan A. niger tumbuh pada media PDA dengan miselium berwarna hitam. Cendawan Aspergillus sp. merupakan cendawan dari kelas Deuteromycetes yang sebagian besar bersifat saprofitik. Cendawan Aspergillus dapat menyebabkan infeksi, alergi atau keracunan baik pada tumbuhan, hewan, bahkan pada manusia (Anonim 2003).

Gambar 12. Konidia Thielaviopsis sp. dan Fusarium sp. (mikro (a) dan makroonidia (b))

Sementara bentuk konidia yang diperoleh dari cendawan Fusarium sp. berbentuk seperti bulan sabit, bersepta, dan hialin, memiliki mikrokonidia dan makrokonidia (Gambar a dan b). Koloni cendawan Fusarium sp. biasanya cepat tumbuh, dengan warna pucat atau berwarna cerah (tergantung pada spesies). Makro dan mikro konidia hialin, berbentuk sabit, bersepta, sebagian besar dengan sel apikal memanjang (Ellis D 2010). Konidiofor cendawan Thielaviopsis

berwarna coklat pucat, sedangkan konidia hialin atau coklat dan bersel satu. Cendawan Thielaviopsis sp. merupakan cendawan yang bersifat saprofit fakultatif, bersifat parasit pada tanaman kurma, tebu, nenas, dan lain-lain. Konidiofor berada pada cabang-cabang lateral yang pendek. Konidia berbentuk seperti batang, berwarna gelap, dan memiliki klamidospora yang berdinding tebal (Streets 1972).

Gambar 13. Konidia Colletotrichum sp. (a) dan Mucor sp. (b)

Pada tanaman pepaya terdapat cendawan Colletotrichum gloeosporioides

(Penz) Sacc, identik dengan C. papayae (P. Henn) yang merupakan penyebab penyakit antraknosa. Bentuk konidianya seperti tabung, hialin, tidak bersepta, dan bersel satu dengan ujung membulat (Semangun 2004). Namun pada penelitian ini ditemukan konidia yang berbentuk sabit, hialin, bersel satu, dan tidak bersepta (Gambar 13a). Menurut Semangun (1991) cendawan Colletotrichum mempunyai banyak ras fisiologis, yang dalam hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan spesiesnya. Oleh sebab itu dalam penelitian ini hanya dicantumkan

Colletotrichum sp.

Bentuk konidia cendawan Mucor sp. (Gambar 13b) bulat hampir sama dengan Rhizopus sp. namun pada Mucor sp. tidak ditemukan akar stolon (rhizoid), dan konidia hialin. Cendawan Mucor sp. bersifat saprofit atau parasit pada tanaman, manusia, dan binatang. Spora aseksual cendawan nonmotil yang diproduksi dalam sporangia. Cendawan ini penyebab kapang roti, busuk pada buah-buahan dan sayuran di tempat penyimpanan (Sinaga 2006).

Cendawan Penicillium sp. merupakan cendawan Deuteromycetes yang memiliki konidiofor dengan fialid (sel pembawa spora) membentuk struktur seperti sikat atau sapu lidi. Cendawan ini banyak ditemukan pada buah-buahan pascapanen atau benih yang rusak dan dapat menyebabkan busuk kapang biru, bersifat saprofit maupun parasit pada tumbuhan. Cendawan ini mampu menghasilkan antibiotik yang berguna dalam bidang kedokteran (Isarmanto 2009).

b a

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Bakteri yang berasosiasi dengan busuk basah buah pepaya adalah Bacillus

sp., Pantoea sp., dan Ralstonia sp. Cendawan yang ditemukan adalah A. niger,

Colletotrichum sp., Mucor sp., Thielaviopsis sp., Penicillium sp., dan Fusarium

sp. Bakteri Bacillus sp. yang ditemukan ada yang bersifat patogen dan

nonpatogen, sedangkan bakteri Pantoea sp. yang ditemukan tidak termasuk bakteri patogen.

Saran

Perlu dilakukan pengujian lanjutan untuk mengetahui bakteri nonpatogen yang kemungkinan merupakan bakteri antagonis di dalam buah pepaya yang bergejala busuk basah.

DAFTAR PUSTAKA

[Ellis D]. 2010. Cendawan Fusarium sp. http://www.skripsi//fusariumsp.htm [2 Oktober 2010].

[FAO]. Food and Agriculture Organization. 2009. Top Production of Papayas in 2007. http://www.fao.org/corp/statistics/en/. [27 Desember 2010].

[Isarmanto]. 2009. Jamur/Fungi. http://www.jamur-fungi.html. [2 Oktober 2010]. [Ramdan]. 2010. Fusarium oxysporum. http://www.skripsi/Fusarium

oxysporum.htm [2 Oktober 2010].

[Suryowihardi]. 2010. Khasiat Buah Pepaya. http://www.purwakarta.org [23 Desember 2010].

Brown JF, Kerr A, Morgan FD, Parbey IH. 1980. Plant Protection. Australia: Australian Vice-Chancelors Committee.

Chun W, Vidader AK. 2001. Gram-Positive Bacteria-Bacillus. Di dalam: Schaad NW, Jones JB, and Chun W, editor. Laboratory Guide for Identification of

Plant Pathogenic Bacteria. Ed ke-3. Minnesota: APS Press.

Coplin DL, Kado CI. 2001. Gram-Negatif Bacteria-Pantoea. Di dalam: Schaad NW. Jones JB, and Chun W, editor. Laboratory Guide for Identification of

Plant Pathogenic Bacteria. Ed ke-3. Minnesota: APS Press.

Ferfinia A. 2010. Eksplorasi bakteri dan cendawan rizosfer yang berasosiasi dengan penyakit busuk basah pada batang papaya (Carica papaya L.) di Pasir Kuda, desa Ciomas, Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hadioetomo RS. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia. Kalie M, Baga. 1999. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Martoredjo T. 2009. Ilmu Penyakit Pascapanen. Ed ke-1. Jakarta: Bumi Aksara. 209:109-111.

Rukmana R. 2008. Bertanam Buah-buahan Di Perkarangan. Yogyakarta: Kanisius.

Sastrahidayat. 1991. Budidaya Berbagai Jenis Tanaman Tropika. Surabaya: Usana Offset Printing.

Schaad NW, Jones JB, Chun W. 2001. Laboratory Guide for Identification of

Semangun H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Semangun H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Semangun H. 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sinaga Meity Suradji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Streets RB. 1980. Diagnosis Penyakit Tanaman. Santoso Iman, penerjemah. Gede Jaya. Terjemahan dari: Diagnosis of Plant Diseases.

Sunarjono H. 2005. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya Verheij, Coronel, editor. 1997. Prosea Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2

Buah-buahan Yang Dapat Dimakan. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Widiati R. 2009. Identifikasi bakteri penyebab busuk basah pada batang pepaya (Carica papaya L.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Watanabe T. 1993. Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi Morphologies of

Cultured Fungi and Key to Species. USA: Lewis Publisher.

Lampiran 1. Komposisi bahan untuk isolasi dan identifikasi cendawan dan bakteri (Schaad et al. 2001 dan Brown et al. 1980)

Tabel 2. Komposisi bahan media King’s B 100%

No. Nama bahan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Protease pepton No. 3

Glycerol K2HPO4 MgSO4.7H2O Agar Akuades 20.0 g 15.0 ml 1.5 g 1.5 g 15.0 g 1.0 L Tabel 3. Komposisi bahan media LB (Luria Broth)

No. Nama bahan Jumlah

1. 2. 3. 4. Tryptone NaCl Yeast Extract Akuades 10.0 g 5.0 g 5.0 g 1.0 L Tabel 4. Komposisi bahan media NA (Nutrient Agar)

No. Nama bahan Jumlah

1. 2. 3. 4. Beef extract Peptone Agar Akuades 3.0 g 5.0 g 15.0 g 1.0 L Tabel 5. Komposisi bahan media Oksidatif/Fermentatif

No. Nama bahan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. Peptone KH2PO4 NaCl Agar Bromotimol Biru Akuades

pH 7.2 sebelum ditambah agar

2.0 g 0.3 g 5.0 g 3.0 g 3.0 ml 1.0 L

Tabel 6. Komposisi bahan media PDA (Potato Dextrose Agar)

No. Nama bahan Jumlah

1. 2. 3. 4. Kentang Dextrose Agar Akuades 200 g 10.0 g 15.0 g 1 L

Tabel 7. Komposisi bahan media Uji Gram

No. Nama bahan Jumlah

1. KOH 3%

Tabel 8. Komposisi bahan media TZC Agar (Tryphenil Tetrazolium Chloride 1%)

No. Nama bahan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. Pepton Glukosa Casamino acid Agar Akuades

Tryphenil Tetrazolium Chloride

10.0 g 10.0 g 1.0 g 18.0 g 1.0 L 1% (5 ml /L)

Tabel 9. Komposisi bahan media Yeast Extract Dextrose CaCO3 Agar

Dokumen terkait