• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di greenhouse Unit Lapangan Cikabayan University Farm IPB, Dramaga dengan elevasi 160 m diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan Juli 2011.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah benih tomat varietas Arthaloka dan Permata. Casting sebagai media persemaian, arang sekam dan kompos daun bambu sebagai media tanam, furadan, insektisida. Larutan hara menggunakan pupuk AB Mix yang terdiri atas stock A dan pupuk stock B. Stock A terdiri atas NH4 14 ppm, Ca 110 ppm, K 253.5 ppm, Mg 21 ppm, NO3 150.5 ppm, SO4 48

ppm dan H2PO4 38.75 ppm. Stock B terdiri atas Fe 0.84 ppm, Mn 0.55 ppm, Zn

0.26 ppm, B 0.22 ppm, Cu 0.048 ppm dan Mo 0.048 ppm. Kebutuhan masing- masing stock untuk satu musin tanam adalah 30kg. Peralatan yang digunakan antara lain tray semai, instalasi drip irigation, sprayer (handsprayer) gelas ukur 1000 ml dan 100 ml, kontainer 2000 liter, tangki air 100 liter, EC dan pH meter,

Termo-hygrometer, jangka sorong, ember, benang ajir, kawat ajir, label, alat tulis, alat ukur, timbangan analitik, polybag ukuran 35x35 cm.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan faktorial dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah varietas (Arthaloka, Permata) dan faktor kedua adalah komposisi media tanam yang terdiri atas lima jenis perlakuan yaitu 100% arang sekam (v/v), 75% arang sekam + 25 % kompos daun bambu (v/v), 50% arang sekam + 50% kompos daun bambu (v/v), 25% arang sekam + 75% kompos daun bambu (v/v), dan 100% kompos daun bambu (v/v). Percobaan terdiri dari 10 kombinasi perlakuan dan 4 kali ulangan sehingga terdapat 40 satuan percobaan, setiap satuan

percobaan terdiri dari tiga tanaman maka secara keseluruhan terdapat 120 tanaman.

Model linear percobaan adalah sebagai berikut : Yijk = μ + αi βj + (αβ)ij + Τk + ijk

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan α ke-i, perlakuan β ke-j, dan ulangan

ke-k

μ = Nilai rataan umum

αi = Pengaruh perlakuan varietas ke-i

βj = Pengaruh perlakuan komposisi media tanam ke-j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi perlakuan varietas ke-i dan perlakuan komposisi media tanam ke-j

Τk = Pengaruh ulangan ke-k (k ; 1,2,3,4)

ijk : Galat percobaan

Jarak tanam yang digunakan adalah double rows ukuran 0.5 m x 0.4 m, polybag ditempatkan secara zig zag. Pengaruh varietas dan komposisi media tanam terhadap produksi tomat dapat diketahui dengan menggunakan analisis ragam. Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Pelaksanaan

Persiapan penelitian dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan sterilisasi greenhouse. Larutan hara dipersiapkan dengan cara melarutkan pupuk AB mix di dalam tangki. Tangki A untuk pupuk stock A dan tangki B untuk pupuk stock B dengan volume masing-masing 90 L. Aplikasi larutan hara dilakukan dengan mengambil 10 liter larutan A dan 10 liter larutan B. Kemudian masing-masing larutan hara tersebut diencerkan dalam 2000 liter air. Kemudian pengecekan pengukuran pH larutan dan EC, yaitu nilai pH 6.5-6.8 dan nilai EC 2.1-2.5.

Benih tomat disemai dalam tray sedalam ± 0,5 cm dengan media casting, ditanam satu benih per lubang. Penyiraman dilakukan 2 kali/hari pada pagi dan sore hari. Bibit tomat yang telah berumur ± 3 minggu dan dua daun telah

membuka sempurna, segera dipindahkan ke polibag yang berukuran 35 x 35 cm. Satu polibag berisi satu bibit tomat, dan media yang digunakan untuk menanam didasarkan pada perlakuan. Perlakuan pertama, media yang digunakan adalah 100% arang sekam (v/v). Perlakuan kedua, komposisi media yang digunakan berupa 75% arang sekam + 25% kompos daun bambu (v/v). Perlakuan ketiga, komposisi media yang digunakan berupa 50% arang sekam + 50% kompos daun bambu. Perlakuan keempat, komposisi media yang digunakan 25% arang sekam + 75% kompos daun bambu (v/v). Perlakuan kelima, media yang digunakaan 100% kompos daun bambu (v/v).

Polibag ditempatkan secara zig zag, selanjutnya dripper stick ditancapkan pada media tanam. Sebelum proses penanaman media disiram air sebanyak 1000 ml. Dripper stick ditusukkan pada media tanam dengan jarak 2-3 cm dari tanaman. Dripper stick diarahkan supaya aliran hara menetes dekat perakaran, sehingga mempermudah daya serap akar. Seminggu kemudian dripper stick

dipindahkan ke sisi yang lain.

Pemeliharaan tanaman mencakup beberapa kegiatan, diantaranya pembersihan kondisi di dalam greenhouse, kemudian penyulaman pada tanaman yang tidak tumbuh dengan bibit baru yang umurnya diperkirakan sama, dilakukan sekitar 1 MST. Pengajiran dilakukan saat tanaman berumur 4-5 MST dengan cara melilitkan benang ajir pada batang tanaman tomat. Pewiwilan dilakukan setiap 3 hari sekali yaitu dengan cara pemetikan tunas air pada ketiak daun dan dilakukan pemangkasan terhadap batang yang kurang produktif.

Pengendalian HPT, untuk tindakan preventif dalam pengendalian hama digunakan insektisida dengan dosis 2 ml/l. Penyiraman dilakukan secara fertigasi yaitu penyiraman bersamaan dengan pemupukan yang dilakukan melalui irigasi tetes tiap hari mulai dari 1 MST sampai dengan 14 MST. Penyiraman rutin dilakukan 3 kali sehari, dengan volume ± 100 ml pada umur 1-2 MST, ± 200 pada umur 3 MST, ± 300 ml pada umur 4-6 MST, ± 400 ml pada umur 7-10 MST, dan 300 ml pada umur 11-14 MST. Pemberian hara untuk tanaman selengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 1.

Pemanenan mulai dilakukan pada saat tanaman mulai berumur ± 9 MST setelah pindah tanam. Panen dilakukan bila buah memiliki ciri warna merah (full

red). Pada saat panen calyx ditinggalkan di buah. Seterusnya panen dilakukan hingga tanaman berumur ± 14 MST, karena nilai ekonomis buah sudah mulai menurun.

Pengamatan dilakukan dan mingguan, sedangkan pengukuran dilakukan secara harian. Pengukuran harian meliputi besarnya suhu dan kelembaban relatif di dalam greenhouse (pagi, siang, dan sore) serta volume tetes larutan hara yang diberikan pada tanaman.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap minggunya setelah tanaman dipindahkan ke polibag hingga buah dipanen terakhir, pengamatan pada tanaman meliputi ;

1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh dari 1 MST sampai 5 MST

2. Jumlah daun, dihitung dari jumlah daun yang membuka sempurna dari 1 MST sampai 5 MST

3. Jumlah bunga, dihitung dari bunga yang sudah nampak mahkotanya dari 4 MST sampai 11 MST

4. Jumlah tandan bunga, dihitung dari tandan bunga yang terbentuk dari 4 MST sampai 11 MST

5. Bunga gugur, dihitung bunga yang gugur dari percabangan dari 5 MST sampai 11 MST

6. Jumlah buah, dihitung dari jumlah buah yang dihasilkan tiap tanaman dari 6 MST sampai 11 MST

7. Bobot buah per tanaman, dihitung dari bobot panen pertanaman dari panen pertama hingga panen kelima

8. Bobot panen, dihitung dari panen pertama hingga panen kelima

9. Grade buah, diukur berdasarkan bobot buah dan diameter buah, dengan pelilaian sebagai berkut ; (1) Grade A dengan kriteria bobot buah ≥ 50 gram

dan diameter buah ≥ 5 cm. (2) Grade B dengan kriteria bobot buah 30-50 gram dan diameter buah 3-5 cm. (3) Grade C dengan kriteria bobot buah < 30 gram dan diameter buah < 3 cm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Berdasarkan hasil uji media tanam di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan didapatkan hasil analisis media tanam kompos daun bambu yaitu sebagai berikut (Tabel 1) :

Tabel 1. Hasil Analisis Media Tanam dan Kebutuhan Tanaman terhadap Unsur Hara Makro dan Mikro

Unsur Hara Kompos Daun

Bambu Arang Sekam Kebutuhan Tomat *

N (%) 0.82 0.74 2.70-5.00 P (%) 0.08 0.12 0.25-0.70 K (%) 0.18 0.30 2.50-5.00 Ca (%) 0.05 0.13 0.90-3.20 Mg (%) 0.05 0.07 0.30-0.90 Fe (ppm) 421.5 87.3 50-100 Cu (ppm) 1.53 0.49 5-16 Zn (ppm) 4.54 3.46 20-50 Mn (ppm) 46.31 16.13 40-200

*) Jones (2008) dalam Tomato Plant Culture In the Field, Greenhouse, and Home Garden 1% = 10000ppm

Kandungan hara N, Fe, Cu, Zn, dan Mn pada kompos daun bambu lebih tinggi dibandingkan media tanam arang sekam. Kandungan hara P, K, Ca, dan Mg pada media kompos daun bambu lebih rendah dibandingkan media tanam arang sekam.

Serangan hama dan penyakit menjadikan kendala pertumbuhan tanaman tomat. Pada fase awal penanaman terdapat serangan hama kutu kebul (Bemisia tabaci Genn). Serangan kutu kebul mengakibatkan kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang menghisap cairan daun, muncul gejala bercak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan daun. Persentase tanaman yang terserang kutu kebul sebesar 2% dari jumlah total populasi.

Pada saat memasuki fase generatif tanaman tomat terserang penyakit

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau geminivirus. Gejala yang nampak yaitu daun pucuk berubah warna menjadi kuning, tulang daun menebal, dan daun

menggulung ke atas. Penyakit ini ditularkan melalui penyambungan dan serangga vektor kutu kebul. Persentase tanaman yang terserang geminivirus sebesar 3 % dari varietas Permata.

Tanaman tomat varietas Permata pada umur 7 MST mengalami kelainan fisiologis blossom end rot yang ditandai dengan adanya bercak air yang kemudian menjadi lekukan basah coklat kehitam-hitaman. Kelainan ini disebabkan oleh penyerapan kalsium yang tidak mencukupi. Persentase tanaman yang terserang sebesar 2% dari total tanaman varietas Permata.

Pertumbuhan vegetatif dan generatif antara varietas Permata dan varietas Arthaloka mengalami perbedaan, perbedaan ini disebabkan tipe pertumbuhan antara varietas Arthaloka dan Permata berbeda. Varietas Arthaloka memiliki tipe pertumbuhan semi determinate, ketika tanaman memasuki fase generatif pertumbuhan vegetatifnya masih berlangsung, ciri lainnya yaitu tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda namun sifatnya semi terbatas. Varietas Permata memiliki tipe pertumbuhan determinate, ketika tanaman memasuki fase generatif maka pertumbuhan vegetatifnya berhenti, ciri lainnya yaitu pada ujung tanaman dan pada setiap ruas batang terdapat tandan bunga.

Tomat varietas Arthaloka cocok dikembangkan pada daerah dengan ketinggian > 700 mdpl (dataran tinggi), sedangkan tomat varietas Permata cocok dikembangkan pada daerah dengan ketinggian < 200 mdpl (dataran rendah) dan ketinggian 200-700 mdpl (dataran menengah). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), pertumbuhan dan pembungaan tomat baik pada kisaran suhu siang antara 25-30oC dan suhu malam antara 16-20oC. Pembungaan mulai terjadi ketika tanaman berumur 4 MST kemudian bunga mulai mekar (antesis) ketika tanaman memasuki umur 5 MST. Buah sudah mulai terbentuk (fruit set) ketika tanaman berumur 6 MST. Pertumbuhan tanaman tomat varietas Arthaloka dan varietas Permata di dalam greenhouse ketika tanaman berumur 7 MST mengalami perbedaan (Gambar 1). Hal ini dikarenakan, setelah terjadinya antesis bunga tomat varietas Arthaloka tidak mengalami penyerbukaan. Kegagalan penyerbukan ini disebabkan bunga layu dan tidak berkembang, saat tanaman berumur 6 MST hingga 7 MST, suhu didalam greenhouse mengalami kenaikan hingga > 40oC.

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), suhu tinggi mengganggu produksi dan keterbatasan tepung sari yang viable (berdaya tumbuh), dan juga mempengaruhi viabilitas sel telur.

Gambar 1. Pertumbuhan Tanaman Tomat pada Umur 7 MST, varietas Permata (kiri) dan varietas Arthaloka (kanan)

Kondisi suhu di dalam greenhouse berfluktuasi antara suhu pagi, siang dan sore. Suhu paling tinggi terjadi pada range pukul 12.00-13.00 WIB yaitu berkisar antara 32-45ºC (Gambar 2). Kelembaban relatif harian paling tinggi terjadi pada range pukul 07.00-08.00 WIB yaitu berkisar antara 80-95% (Gambar 3).

Gambar 1. Suhu Harian dalam Greenhaouse Bulan April – Juli 2011 pada Pukul 07.00-08.00, 12.00-13.00. dan 15.00-16.00 WIB 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 T em pera tur (C) Tahun 2011 7.00-8.00 12.00-13.00 15.00-16.00

Gambar 2. Kelembaban relatif Harian Greenhaouse bulan April-Juli 2011 pada Pukul 07.00-08.00, 12.00-13.00. dan 15.00-16.00 WIB

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman pada kedua varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada umur 1 MST hingga 4 MST (Tabel 1). Tinggi tanaman baru menunjukkan perbedaan pada umur 5 MST. Kedua varietas memiliki tinggi tanaman yang berbeda pada umur 5 MST, varietas Arthaloka lebih tinggi dibandingkan varietas Permata. Hal ini dikarenakan perbedaan tipe pertumbuhan antara varietas Permata dan varietas Arthaloka. Penggunaan media tanam berpengaruh pada tinggi tanaman. Penambahan kompos daun bambu meningkatkan tinggi tanaman pada umur 2 MST hingga 5 MST. Penggunaan kompos daun bambu 100% (v/v), arang sekam 25% daun bambu 75% (v/v), arang sekam 50% daun bambu 50% (v/v), dan arang sekam 75% daun bambu 25%) (v/v) memberikan hasil yang lebih baik pada umur 2 MST - 5 MST dibandingkan penggunaan arang sekam 100% (v/v). Tidak terdapat interaksi antara varietas dan media tanam terhadap tinggi tanaman.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 RH ( %) Tahun 2011 7.00-8.00 12.00-13.00 15.00-16.00

Tabel 1. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Tinggi Tanaman Tomat

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST Varietas ………(cm) ……… Arthaloka 14.75 26.86 43.56 63.42 82.54 Permata 14.01 26.80 43.78 61.32 74.67 Uji F tn tn tn tn * Media Tanam (v/v)

Daun Bambu 100% 14.39 28.19a 47.10a 68.53a 84.60a

Arang sekam 100% 13.71 23.61b 36.09b 50.46b 65.88b

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 15.10 28.59a 46.22a 64.09a 80.88a

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 14.45 27.49a 45.72a 65.54a 80.32a

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 14.26 26.28a 43.22a 63.23a 81.35a

Uji F tn ** ** ** *

Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5%

Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Jumlah Daun

Jumlah daun pada kedua varietas tidak berbeda nyata pada saat tanaman berumur 1 MST hingga 5 MST (Tabel 2). Berdasarkan perlakuan media tanam, jumlah daun pada saat tanaman berumur 1 MST dan 5 MST tidak berbeda nyata. Penambahan kompos daun bambu sebagai media tanam meningkatkan jumlah daun pada umur 2 MST hingga 4 MST. Penggunaan kompos daun bambu 100% (v/v) meningkatkan jumlah daun saat tanaman berumur 2 MST. Penggunaan kompos daun bambu 100% (v/v) dan daun bambu 75% (v/v) meningkatkan jumlah daun saat tanaman berumur 3 MST dan berbeda nyata dengan penggunaan media arang sekam 100% (v/v). Penggunaan media tanam kompos daun bambu 100% (v/v), 50% (v/v), dan 25% (v/v) meningkatkan jumlah daun saat tanaman berumur 4 MST dan berbeda nyata dengan penggunaan media arang sekam 100% (v/v). Media kompos daun bambu sebagai media pertumbuhan hidroponik mempunyai kemampuan aerasi, menyerap dan menahan air dengan baik karena

mempunyai pori yang banyak (Asrodiah, 2005). Tidak terdapat interaksi antara varietas dan media tanam yang digunakan terhadap jumlah daun.

Tabel 2. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Daun Tanaman Tomat

Perlakuan Jumlah Daun/Tanaman

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST Varietas Arthaloka 5.01 7.63 10.81 14.76 17.51 Permata 4.81 7.56 11.11 14.73 16.35 Uji F tn tn tn tn tn Media Tanam (v/v)

Daun Bambu 100% 5.12 8.00a 11.71a 16.2a 18.08

Arang sekam 100% 4.70 7.16c 10.12b 12.45b 15.58

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 4.87 7.79ab 11.2a 14.33ab 16.04

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 4.95 7.66abc 11.04ab 15.58a 17.91

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 4.91 7.37bc 10.75ab 15.16a 17.04

Uji F tn * * * tn

Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5% * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5%

Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Jumlah Bunga

Jumlah bunga pada kedua varietas menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata pada 4 MST hingga 11 MST (Tabel 3). Jumlah bunga varietas Permata lebih banyak dibandingkan varietas Arthaloka. Jumlah bunga yang terbentuk pada varietas Permata saat umur 8 MST hingga 10 MST terus mengalami penurunan dibandingkan saat tanaman berumur 4 MST hingga 7 MST, namun mengalami peningkatan kembali ketika berumur 11 MST. Jumlah bunga yang terbentuk pada varietas Arthaloka juga mengalami penurunan ketika berumur 9 MST dan 10 MST, dan mengalami kenaikan ketika tanaman berumur 11 MST.

Penambahan kompos daun bambu sebagai media tanam mampu meningkatkan jumlah bunga pada umur 4 MST, 5 MST, 7 MST, dan 8 MST. Penggunaan kompos daun bambu 100% (v/v), daun bambu 75% (v/v), daun bambu

50% (v/v), daun bambu 25%) (v/v) memberikan hasil yang lebih baik pada 5 MST dibandingkan penggunaan arang sekam 100% (v/v). Penggunaan kompos daun bambu 100% (v/v) meningkatkan jumlah bunga pada umur 7 MST dan 8 MST dan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan media arang sekam 100% (v/v) dan daun bambu 25% (v/v).

Pada umur 6 MST, 9 MST - 11 MST jumlah bunga tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata, hal ini dikarenakan pada waktu tersebut jumlah bunga gugur meningkat. Penggunaan media kompos daun bambu mampu menaikkan jumlah bunga yang terbentuk. Tidak ada interaksi antara varietas dengan media tanam yang digunakan terhadap jumlah bunga.

Tabel 3. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Bunga per Tanaman Tomat

Perlakuan

Jumlah bunga per tanaman 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST Varietas Arthaloka 1.14 4.89 7.65 9.27 11.61 9.04 7.57 8.33 Permata 4.60 15.33 22.98 21.20 17.90 15.95 13.86 15.25 Uji F ** ** ** ** ** ** ** ** Media Tanam (v/v)

Daun Bambu 100% 3.64ab 12.98a 18.77 21.04a 21.02a 15.85 12.02 12.93

Arang sekam 100% 1.08c 5.10b 16.71 12.06b 11.49bc 9.68 8.43 8.00

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 4.06a 11.68a 14.85 14.95ab 15.31abc 13.68 11.06 16.75

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 3.02ab 11.45a 15.33 16.58ab 16.47ab 13.2 14.91 13.39

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 2.54b 9.33a 10.91 11.56b 9.48c 10.06 7.16 7.87

Uji F ** ** tn * ** tn tn tn

Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5%

Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Jumlah Tandan Bunga

Jumlah tandan bunga pada kedua varietas dari umur 4 MST hingga 11MST sangat berbeda nyata (Tabel 4). Jumlah tandan bunga varietas Permata lebih banyak dibandingkan varietas Arthaloka. Penambahan media tanam kompos

daun bambu mampu meningkatkan jumlah tandan bunga pada umur 5 MST hingga 11 MST. Komposisi media tanam yang digunakan berpengaruh nyata pada umur 5 MST dan berpengaruh sangat nyata pada umur 6 MST hingga 11 MST. Penggunaan media kompos 100% (v/v) pada umur 5 MST hingga 11 MST memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan media 100% arang sekam (v/v) dan daun bambu 25% (v/v). Tidak terdapat interaksi antara varietas yang digunakan dengan komposisi media tanam.

Tabel 4. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Tandan Bunga per Tanaman

Perlakuan

Jumlah tandan bunga per tanaman 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST Varietas Arthaloka 0.83 2.30 2.12 2.30 3.05 3.12 3.33 3.48 Permata 1.90 4.55 4.87 5.32 6.01 6.46 6.94 7.09 Uji F ** ** ** ** ** ** ** ** Media Tanam (v/v)

Daun Bambu 100% 1.70 4.20a 4.33a 4.85a 5.81a 6.27a 6.41a 6.62a

Arang sekam 100% 0.74 2.33b 2.45c 2.93b 3.39c 3.70dc 4.02bc 4.22bc

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 1.41 3.52ab 3.58ab 3.73ab 4.50bc 4.87bc 5.43ab 5.60ab

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 1.60 3.98a 4.22a 4.52a 5.33ab 5.52ab 6.23a 6.33a

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 1.35 3.10ab 2.89bc 3.02b 3.62c 3.60d 3.58c 3.64c

Uji F tn * ** ** ** ** ** **

Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5%

Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Jumlah Bunga Gugur

Jumlah bunga gugur antara varietas Arthaloka dan varietas Permata pada umur 5 MST hingga 11 MST tidak berbeda nyata (Tabel 5). Komposisi media tanam juga tidak berbeda nyata. Suhu yang relatif tinggi dan RH yang relatif rendah menyebabkan bunga mudah gugur. Suhu udara di dalam greenhouse yang cenderung tinggi mengakibatkan terganggunya proses pembungaan. Ketika Tanaman berumur 6 MST dan 7 MST suhu siang hari di dalam greenhouse

meningkat mencapai angka 40-45ºC dan kelembaban relatif (RH) di dalam

greenhouse pada siang hari menurun mencapai angka 60–70%. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) suhu siang 25-30ºC dengan suhu malam 16-20ºC adalah suhu yang optimum untuk pertumbuhan dan pembungaan. Tidak terdapat interaksi antara varietas dan media tanam yang digunakan terhadap jumlah bunga gugur.

Tabel 5. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Bunga Gugur per Tanaman

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

Jumlah Buah per Tanaman

Jumlah buah per tanaman sebelum panen dihitung tiap minggu, dengan mengakumulasikan buah yang dihasilkan setiap tanaman dari 6 MST hingga 11 MST. Jumlah buah per tanaman antara varietas Arthaloka dan Permata berbeda sangat nyata pada umur 6 MST hingga 11MST (Tabel 6). Varietas Permata memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan varietas Arthaloka. Jumlah buah terus meningkat hingga umur 11 MST. Hal ini dikarenakan pertumbuhan vegetatif varietas Arthaloka yang terus berlangsung pada tanaman hingga umur 11 MST. Potensi hasil produksi varietas Arthaloka adalah 8 buah per tandan dengan jumlah

Perlakuan

Jumlah bunga gugur per tanaman 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST Varietas Arthaloka 0.64 1.49 1.66 0.68 0.46 0.21 0.16 Permata 0.86 2.08 1.00 0.40 0.25 0.08 0.00 Uji F tn tn tn tn tn tn tn Media Tanam (v/v) Daun Bambu 100% 0.66 2.25 1.29 0.45 0.24 0.33 0.16 Arang sekam 100% 0.50 1.41 0.95 0.62 0.41 0.04 0.04

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 1.08 1.12 1.83 0.70 0.12 0.00 0.04

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 0.62 2.12 1.54 0.12 0.79 0.29 0.00

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 0.91 2.04 1.04 0.79 0.20 0.08 0.16

Uji F tn tn tn tn tn tn tn

tandan 8 tandan per tanaman, jadi potensi buah varietas Arthaloka adalah 64 buah per tanaman. Potensi hasil varietas Permata produksinya adalah 8-9 buah per tandan dengan jumlah tandan 8 tandan per tanaman, jadi potensi buah varietas Permata adalah 64-72 buah. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), waktu penanaman hingga pemanenan buah pertama bergantung pada kultivar dan kondisi pertumbuhan, dan dapat berkisar dari 70 hari hingga 125 hari, sebagian besar tomat matang pada 35-60 hari setelah antesis (9-12 MST). Komposisi media tanam tidak meningkatkan jumlah buah per tanaman.

Tabel 6. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Buah per Tanaman

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Bobot Buah per Tanaman

Bobot buah per tanaman dihitung dari panen pertama hingga keempat (Tabel 7). Berdasarkan varietas yang digunakan bobot buah per tanaman pada varietas Permata lebih tinggi dibandingkan varietas Arthaloka. Berdasarkan media tanam yang digunakan bobot buah per tanaman ketika panen pertama hingga panen keempat tidak berbeda nyata.

Perlakuan Jumlah buah per tanaman

6MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST Varietas Arthaloka 0.15 1.64 4.54 8.51 10.38 11.69 Permata 2.46 6.20 10.17 15.47 19.91 20.28 Uji F ** ** ** ** ** ** Media Tanam (v/v) Daun Bambu 100% 0.93 3.68 8.93 15.58 19.97 20.58 Arang sekam 100% 0.35 1.68 4.54 7.87 9.10 11.81

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 2.10 5.16 7.41 12.02 16.74 16.43

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 1.91 5.35 7.74 11.58 15.16 16.62

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 1.22 3.72 8.14 12.91 14.75 14.47

Uji F tn tn tn tn tn tn

Potensi produksi tomat varietas Arthaloka adalah 3-4.0 kg per tanaman, sedangkan potensi produksi tomat varietas Permata adalah 3-3.5 kg per tanaman. Dilihat dari hasil produksinya, keduanya antara varietas Arthaloka dan Permata belum mencapai potensi produksi yang diharapkan. Hasil rataan bobot buah per tanaman dari panen pertama hingga keempat tidak berbeda nyata. Tidak terdapat interaksi antara varietas yang digunakan dan komposisi media tanam. Bobot buah per tanaman brlum dapat mencapai potensi produksi karena faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat. Suhu yang tinggi menjadi kendala proses pembentukan buah tomat. Menururt Rubatzky dan Yamaguchi (1999), pada banyak kultivar, suhu siang di atas 32ºC mengurangi pementukan buah, dan pada suhu 40ºC tidak terjadi pembentukan buah.

Tabel 7. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Bobot Buah per Tanaman

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Dokumen terkait