• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung dan Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanam Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan Agustus 2004 sampai September 2005.

Penyiapan Medium Tanam Lada dan Inokulum P. capsicii

Penyiapan Perbanyakan Tanaman

Medium tanah yang digunakan dalam penelitian adalah tanah yang berasal dari desa Sukamarga, Kecamatan Abung Tinggi, Lampung Utara denga n jenis latosol, dicampur dengan tanah yang terinfeksi P. capsicii dengan perbandingan 3:1 (v/v). Campuran tanah dan yang terinfeksi dimasukkan dalam bak 1 x 1 x 0,25 m.

Penyiapan Inokulum P. capsicii

Inokulum P. ca psicii diperoleh dengan mengambil tanah disekitar tanaman lada yang terserang dari desa Sukamarga, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara. Tanah tersebut dihitung kepekatan spora rehatnya dengan hemositometer. Kepekatan suspensi spora dengan ke pekatan 106/g bobot kering tanah (Kasim 1985).

Penambahan Zeolit

Perlakuan Penambahan Zeolit

Zeolit digunakan sebagai sumber unsur hara dan mineral. Zeolit yang dipakai berasal dari Provinsi Lampung yang sudah diketahui komposisi unsur mineralnya (lampiran 1 dan 2). Selanjutnya batu zeolit dalam bentuk pril ini dicampurkan ke dalam medium tanam dengan cara diaduk secara merata ke dalam tanah yang sudah terinfeksi P.capsicii sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan. Perlakuan penambahan zeolit diberikan sebelum bibit lada ditanam.

Dosis yang digunakan setelah analisis dicari dengan menggunakan rumus bobot pot x konsentrasi zeolit x banyak tanah, terdiri atas tiga taraf yaitu

1) 0 kg zeolit/ha 2) 125 kg zeolit/ha 3) 150 kg zeolit/ha

Dosis tersebut didasarkan pada komposisi kandungan unsur K zeolit dengan kebutuhan unsur K tanaman lada (Bathia 1990).

Penambahan Kompos

Pembuatan Kompos

Pembuatan kompos dilakukan dengan cara pencacahan bahan kulit kopi dan Arachis pintoii dengan menggunakan mesin pencacah. Kemudian bahan tersebut dicampurkan dengan pupuk kandang, diaduk secara merata dan diberi efektif mikroorganisme dengan perbandingan 5 ml/ 10 liter air. Dan bahan tersebut dimasukkan ke dalam lubang lalu ditutup dengan menggunakan lumpur. Pada bahagian atas ditancapkan bambu sebagai sumber sirkulasi udara. Bahan kompos terdiri atas kulit kopi dan tanaman kacang-kacangan (Arachis pintoii), dan tanah dari kebun lada yang termasuk jenis tanah latosol. Proses pematangan kompos berlangsung se lama 30 hari. Kompos yang sudah matang siap diaplikasikan. Kompos diberikan masing-masing 5 kg/polibag tanaman lada, adapun perlakuan yang diberikan yaitu :

1) Kontrol tanpa kompos 2) Kompos limbah kulit kopi

3) Kompos kacang-kacangan A.pintoii

4) Kompos campuran kulit kopi dan A.pintoii

Alasan penggunaan limbah kulit kopi, A. pintoii sebagai sumber bahan organik (kompos) adalah untuk mengetahui pengaruh kompos yang berasal dari bahan organik yang berbeda, yaitu limbah kulit kopi dan A. pintoii

mewakili golongan tumbuhan. Limbah kulit kopi dan A. pintoii yang digunakan banyak terdapat di sekitar lokasi pertanaman lada dan kopi serta sering menumpuk tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

A. pintoii dipakai sebagai cover crop (penutup tanah) di sekitar pertanaman lada, sehingga sering ketika rumput disiangi akan terjadi penumpukan sisa -sisa hasil pemotongan dan di saat musim hujan pertumbuhannya sangat cepat sering dibiarkan menjadi tumpukan sampah di lokasi perkebunan lada. Oleh karena itu untuk mengoptimalkannya, maka rumput ini digunakan sebagai salah satu sumber bahan organik untuk pembuatan kompos.

Penggunaan mikroorganisme S. cerevisae dari air kelapa diharapkan akan membantu mempercepat proses dekomposisi yang terjadi pada kompos dan diharapkan akan mendorong pembiakan kelompok mikroorganisme yang ada pada bahan kompos. Alasan digunakannya tanah kebun lada sebagai

starter dalam pembuatan ekstrak kompos, karena patogen yang menjadi sasaran adalah P. capsicii yang merupakan patogen penting pada tanaman lada. Salah satu sasaran tanah yang digunakan berasal dari lahan lada dengan asumsi, bahwa pada tanah tersebut terdapat mikroorganisme yang sudah dapat beradaptasi dengan baik sebagai antagonis terhadap P. capsicii.

Penyiapan Pembibitan Tanaman Lada dan Perlakuan Kompos

Media yang digunakan penyiapan pembibitan yaitu kotak yang berisi media pasir pembibitan 1m x 1m x 2 m. Pembuatan bibit tanaman lada dilakukan dengan menggunakan sulur panjat dengan stek tiga ruas. Untuk menghindari rusaknya bibit karena terik matahari langsung, bak persemaian diberi naungan. Untuk mengurangi penguapan, daun dipotong sepertiganya. Stek yang telah disemai dipindahkan ke tempat pembibitan. Pada saat stek masih dipersemaian, dipersiapkan media pembibitan.

Pembuatan Bak Perlakuan Sebagai Media Pembibitan

Bak untuk perlakuan penelitian ini dibuat dari bambu dengan ukuran 1m x 1m x 0,25 m, bahagian dinding dari bak dilapisi dengan plastik. Pada

dasar bak juga dilapisi dengan plastik dan diberi lobang. Komposisi media tanah dalam bak 1 bagian tanah berasal dari tanaman yang terserang P.capsicii

dan 4 bagian dari tanah tanaman lada yang tidak terserang.

Rancangan Percobaan Kompos dan Zeolit pada Tanaman Lada

Metode perlakuan merupakan interaksi antara per lakuan zeolit dan kompos untuk melihat sampai sejauh mana pengaruh zeolit dan kompos terhadap P.capsicii yang menyerang tanaman lada. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) Faktorial dengan 12 perlakuan dengan 3 ulangan.

1. Kontrol tanpa kompos dan zeolit (KO-Z0)

2. Kontrol tanpa kompos dan 125 kg zeolit/ha (KO-Z1) 3. Kontrol tanpa kompos dan 150 kg zeolit/ha (KO-Z2) 4. Kompos kulit kopi dan 0 kg zeolit/ha (KA-Z0) 5. Kompos kulit kopi dan 125 kg zeolit/ha (KA-Z1) 6. Kompos kulit kopi dan 150 kg zeolit/ha (KA-Z2) 7. Kompos A.pintoii dan 0 kg zeolit/ha (KK-Z0) 8. Kompos A.pintoii dan 125 kg zeolit/ha (KK-Z1) 9. Kompos A.pintoii dan 150 kg zeolit/ha (KK-Z2)

10. Kompos campuran Kulit kopi dan 0 kg zeolit/ha (KKA-Z0)

11. Kompos campuran Kulit kopi, A.pintoii dan 125 kg zeolit/ha (KKA-Z1)

12. Kompos campuran Kulit kopi, A.pintoii dan 150 kg zeolit/ha (KKA-Z2)

Aplikasi masing-masing perlakuan dilakukan dengan mencampurkan secara merata terlebih dahulu setiap perlakuan dengan media tanah yang sudah

ada P.capsicii di luar bak perlakuan. Setelah semuanya teraduk secara merata, masing-masing perlakuan dimasukkan kedalam bak, baru kemudian bibit lada di tanam. Tanaman dipelihara sampai dengan tanaman berumur 3 bulan setelah tanaman dipindahkan.

Isolasi Mikroba

Isolasi Mikrob dari BakPembibitan Setelah Penambahan Interaksi Perlakuan Zeolit dan Kompos

Isolasi mikroba tanah dilakukan untuk mengetahui keragaman dan kepadatan populasi mikroba tanah setelah perlakuan penambahan zeolit dan kompos. Metode isolasi yang digunakan sebagai berikut: 10 gram tanah dimasukkan ke dalam 90 ml air steril, kemudian dikocok dengan menggunakan shaker pada 200 rpm selama 30 menit sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1. Selanjutnya dari suspensi tersebut diambil 1 ml dan ditambahkan ke dalam 9 ml air steril sehinga diperoleh suspensi dengan penyenceran 10-2. Hal serupa dilakukan hingga mencapai tingkat pengenceran 10-8. Pada pengenceran 10-3 dan 10-4 diambil 0,1 ml kemudian disebar pada medium Martin agar (MA) dan diinkubasi selama 5 hari pada suhu ruang dalam inkubator. Cendawan yang tumbuh pada media MA diisolasi dan dimurnikan pada medium PDA. Pada pengenceran 10-7 dan 10-8 diambil 0,1 ml kemudian disebar pada medium nutrient agar (NA) dan di inkubasi selama 7 hari, selanjutnya bakteri dan aktinomysetes yang tumbuh diisolasi dan dimurnikan, medium NA untuk bakteri dan TSA untuk

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan pengendalian hama. Penyiraman dilakukan setiap hari selama berlangsungnya penelitian. Pengendalian hama dilakukan secara mekanis yakni mengambil hama yang ada di tanaman dengan menggunakan tangan.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap peubah sebagai berikut : 1. Keja dian penyakit

Kejadian penyakit diamati pada saat panen dengan cara mencatat tanaman yang menunjukkan gejala pembengkakan pada akar tiap satuan percobaan.

Selanjutnya kejadian penyakit dihitung dengan menggunakan rumus : 100

x N

n

KP= n = jumlah tanaman yang menunjukan pembengkakan

N= jumlah tanaman yang diamati 2. Indeks penyakit

Indeks penyakit diamati pada saat panen dan dihitung dengan nilai skoring berdasarkan metode Narisawa et a l.(2000) dengan kriteria sebagai berikut:

0 = tidak a da gejala

1 = gejala sedikit, pada bagian pangkal batang dan daun 2 = gejala sedang, pada bagian pangkal batang dan daun 3 = gejala berat pada pangkal batang dan daun

4 = gejala berat dan atau pembusukan pada pangkal batang dan daun. Indeks penyakit dihitung dengan menggunakan rumus :

Indeks penyakit =

N v ni i

( . )

vi = skala serangan ke - i

N = jumlah tanaman yang diamati 3. Bobot basah tanaman tanpa akar (gr)

Bobot basah tanaman tanpa akar diamati pada saat panen dengan cara menimbang bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah.

4. Analis tanah

Analis tanah dilakukan pada saat sebelum tanaman lada di tanam, dan sesudah tanaman selesai diperlakukan.

5. Analisa mikroba tanah

Analisa mikroba tanah dilakukan pada saat sebelum tanaman lada di tanam.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Pengaruh perlakuan dianalisis dengan sidik ragam. Apabila terdapat perbedaan nyata antar perlakuan dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda duncan pada taraf nyata 5%.

Uji Antagonisme secara in vitro Bakteri dan Aktinomisetes

Hasil Isolasi dengan Cendawan Uji

Bakteri dan aktinomisetes yang diperoleh dari isolasi tanah perlakuan penambahan zeolit dan kompos diuji kemampuan antagonismenya terhadap cendawan uji. Dalam hal ini cendawan uji yang digunakan adalah P. capsicii. Uji antagonisme ini dilakukan untuk menyeleksi bakteri dan aktinomisetes yang dapat menghambat pertumbuhan P. capsicii yang selanjutnya akan diaplikasikan ke tanaman untuk mengetahui kemampuannya dalam menekan

P. capsicii. Adapun uji antagonisme ini dilakukan dengan cara menumbuhkan

dalam cawan petri. Adanya antagonisme ditandai dengan terhambatnya pertumbuhan miselium cendawan yakni miselium cendawan yang menuju ke arah bakteri atau aktinomisetes seperti terpotong. Persentase daya hambat bakteri terhadap P. capsicii dihitung menggunakan rumus:

% 100 1 2 1 X R R R DH − =

DH= Persentase daya hambat bakteri terhadap P. capsicii

R1 = Jari-jari pertumbuhan miselium ke arah tepi petri R2 = Jari-jari pertumbuhan miselium Foc ke arah bakteri atau

aktinomisetes

Isolat bakteri yang memiliki daya hambat > 50% digunakan untuk uji in vivo terhadap P. capsicii.

Uji in vivo Bakteri dan Aktinomisetes terhadap P. capsicii

Isolat bakteri terpilih yang digunakan untuk uji in vivo ditumbuhkan pada medium NA selama 2 hari, selanjutnya ditambahkan 50 ml air steril pada pembiakan bakteri tersebut. Isolat aktinomisetes terpilih ditumbuhkan dalam medium TSB cair dan dikocok pada 150 rpm selama 48 jam. Bibit yang telah siap pindah tanam (umur 3 bulan di persemaianan) direndam dalam 50 ml suspensi bakteri atau aktinomisetes selama 24 jam, kemudian bibit ditanam pada medium tanam. Tanaman dipelihara sampai dengan berumur 3 bulan setelah tanaman dipindahkan.

IL PENELITIAN

Hasil

Tingkat Keparahan Penyakit Tanaman Lada (Intensitas Serangan)

0 5,000 10,000 15,000 20,00 0 25,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KKZ0 KKZ2 KOZ0 KOZ1 KOZ2 KAZ0 KAZ1 KAZ2 KKAZ 0 KKAZ1 KKAZ 2 pengamatan ke - KKZ 1 (Kontrol)

Gambar 1 Pengaruh inompos dan zeolit terhadap tingkat serangan BPB pada tanaman lada.

Pengujian interaksi pemanfaatan kompos dan zeolit, memberikan pengaruh yang nyata terhadap penghambatan BPB. Pengamatan tingkat keparahan penyakit tiap minggu (gambar 1) memperlihatkan interaksi kompos dan zeolit mampu menekan P. capsicii pada tanaman lada.

Tingkat keparahan penyakit pada tanaman lada yang diberi perlakuan lebih rendah dibandingkan kontrol. Meskipun demikian selama pengamatan persentase gejala pada tanaman lada yang diberi perlakuan kompos dan zeolit masih mengalami kenaikan tiap minggu. Pada tanaman kontrol terjadi peningkatan keparahan penyakit dari 15,24 % pada pengamatan awal sampai 22,92 % pada akhir pengamatan.

Gambar 2 Tingkat keparahan penyakit P.Capsicii tanaman lada pada perlakuan

Pada perlakuan kulit kopi A. Pintoii (KKA) tingkat serangan penyakit BPB pada tanaman lada paling rendah, yaitu 9,46 % dibandingkan dengan perlakuan kompos KK, KKA dan kontrol, yaitu masing-masing : 10,67 %, 10,33 % dan 14,37 % (gambar 2).

Gambar 3 Tingkat keparahan penyakit tanaman lada pada perlakuan Zeolit

Sedangkan perlakuan zeolit pada dosis 125 kg/ha (Z1), tingkat serangan penyakit BPB paling rendah yaitu 8,99 %, dibandingkan perlakuan zeolit (Z2) dan kontrol, yaitu masing-masing 10,37 % dan 14,27 % (gambar 3).

Tingkat Keparahan Penyakit Akar Lada, Berat Brangkasan dan Tinggi Tanaman

Gambar 4 Tingkat keparahaan penyakit lada saat pembongkaran dengan perlakuan kompos

Hasil pengamatan pada akar tanaman lada menunjukkan penambahan kompos mampu menurunkan tingkat keparahaan penyakit akar sampai pada tingkat 5,8 %, dibandingkan dengan kontrol 10,46 % (gambar 4). Demikian juga penambahan zeolit mampu menurunkan tingkat keparahaan penyakit akar sampai pada taraf 5.9 % dibandingkan dengan kontrol 10.8 % (gambar 5).

Gambar 5 Tingkat keparahaan penyakit tanaman lada saat pembongkaran dengan

Secara umum interaksi penambahan kompos dan zeolit ke dalam tanah mampu menekan secara nyata tingkat keparahaan penyakit akar dibandingkan kontrol. Tingkat keparahaan penyakit akar paling rendah terjadi pada perlakuaan KA-Z2 yaitu 3,1 %, dibandingkan dengan kontrol yang mencapai 21,5 % (gambar 6)

Gambar 6 Tingkat keparahan penyakit akar tanaman lada saat pembongkaran dengan perlakuan interaksi kompos dan zeolit.

Interaksi penambahan kompos dan zeolit menunjukkan penambahan berat brangkasan basah dibandingkan control (17,03 gr). Bobot basah tertinggi terjadi pada perlakuaan KK-Z2 yaitu 42.6 gr (gambar 7).

Gambar 7 Berat brangkasan saat panen dengan perlakuaan interaksi kompos dan

zeolit.

Berdasarakan pengamatan secara umum penambahan kompos dan zeolit mempengaruhi tinggi tanaman lada. Tanaman lada yang di beri perlakuan kompos dan zeolit lebih tinggi dibandingkan dengan control (gambar 8)

Gambar 8 Pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan interaksi kompos dan

Kandungan nilai tukar kation pada perlakuan KA-Z0 memperlihatkan nilai KTK yang tertinggi sebesar 13 cmol+/kg, sementara kontrol (KO-Z0) hanya mempunyai 7,16 cmol+/kg.

Gambar 9 Kandungan nilai tukar kation pada perlakuan interaksi kompos dan Zeolit

Keragaman dan Populasi Mikroorganisme

Gambar 10 Populasi isolat bakteri, aktinomycetes dan cendawan hasil isolat dari

tanah setelah perlakuan kompos dan zeolit

Hasil isolasi mikroba bahwa penambahan kompos dan zeolit meningkatkan populasi keragaman mikroba tanah seperti bakteri,

aktinomycetes dan cendawan dibandingkan dengan kontrol (gambar 10).

Populasi dan keragaman bakteri tertinggi pada perlakuan KKA-Z2 yaitu dengan 121,5 isolat bakteri, populasi dan keragaman cendawan tertinggi pada perlakuan KK-Z1 sebanyak 39,5 isolat, sedangkan aktinomycetes populasi tertinggi 8,3 pada KA-Z 2

Pada pengamatan morfologi isolat didapatkan keragaman tertinggi 5 isolat aktinomisetes pada perlakuan KK-Z2, 21 isolat cendawan pada KA-Z1 dan 10 isolat bakteri pada perlakuan KKA-Z0 (tabel 1 dan 2 ).

Tabel 1 Pengamatan marfologi isolat actinomycetes dari 12 jenis kompos Jenis Kompos Jenis Isolat Genus Jumlah Isolat

KO-Z0 A3 A4 A6 A7 Streptomyces Streptomyces Streptomyces Streptomyces 4 KO-Z1 A4 A6 A7 A11 Streptomyces Streptomyces Streptomyces Nocardia 4 KO-Z2 A6 A8 A11 A12 A15 Streptomyces Thermoactinomycetes Nocardia Streptomyces Streptomyces 5 KA-Z0 A5 A9 Streptomyces Nocardia 2 KA-Z1 A1 A6 Streptomyces Streptomyces 2 KA-Z2 A6 A8 A11 A15 Stretomyces Thermoactinomycetes Nocardia Streptomyces 4 KK-Z0 A1 A2 A3 A4 A5 Streptomyces Streptomyces Streptomyces Streptomyces Streptomyces 5 KK-Z1 A1 A6 Streptomyces Streptomyces 2 KK-Z2 A6 A8 A11 A12 A13 Streptomyces Thermoactinomycetes Nocardia Streptomyces Streptomyces 5 KKA-Z0 A8 A10 Thermoactinomycetes Streptomyces 2 KKA-Z1 A6 A8 A11 Streptomyces Thermoactinomycetes Nocardia 3 KKA-Z2 A6 A8 A11 A15 Streptomyces Thermoactinomycetes Nocardia Streptomyces 4

Tabel 2 Pengamatan marfologi cendawan dari 12 jenis kompos

No Jenis Kompos Jumlah Isolat

1 KO-Z0 9 2 KO-Z1 15 3 KO-Z2 15 4 KA-ZO 11 5 KA-Z1 21 6 KA-Z2 18 7 KK-Z0 20 8 KK-Z1 8 9 KK-Z2 11 10 KKA-Z0 7 11 KKA-Z1 9 12 KKA-Z2 17

Berdasarkan hasil analisis kimia tanah, penambahan kompos dan zeolit ke dalam tanah telah meningkatkan ketersediaan Mg, K, Na, Ca dan P2O5 serta ratio C/N di tanah (gambar 10, 11, dan 12).

Gambar 11 Kandungan unsur Mg, K dan Na dalam tanah pada berbagai perlakuan interaksi kompos dan zeolit.

Gambar 12 Kandungan unsur Ca, C/N dan P2O5 dalam tanah pada berbagai perlakuan interaksi kompos dan zeolit.

PEMBAHASAN

Tingkat Keparahan Penyakit Tanaman Lada (Intensitas Serangan) Kompos.

Penambahan kompos ke dalam tanah berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan P.capsicii pada tanaman lada. Ketiga perlakuan kompos tersebut dapat menekan perkembangan patogen secara signifikan dibandingkan kontrol. Perlakuan kompos mampu menurunkan tingkat serangan penyakit busuk pangkal batang tanaman lada. Penambahan kompos meningkatkan ke ragaman dan kepadatan mikroorganisme baik bakteri,

aktinomycetes dan cendawan di rhizosphere pada tanaman lada.

Mikroorganisme yang diisolasi dari tanah pada sistem perakaran lada mempunyai potensi sebagai agensia antagonis terhadap P.capsicii.

Pada perlakuan KKA menunjukkan populasi mikroorganisme, terutama bakteri lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan lain. Tingkat

populasi dan keragaman mikroorganisme yang tinggi merupakan peran antagonis terhadap P.capsicii. Pada gambar 2 perlakuan KKA mampu menekan penyakit BPB sampai pada tingkat serangan 10.3 %. Tsao (1977) melaporkan Phytopthora spp umumnya sensitif dan menunjukkan lisis bila terjadi antagonistik dengan mikroorganisme pada tanah.

Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi aktivitas mikroba tanah yang berperan dalam proses menetralisasi, dekomposisi berbagai bahan-bahan organik dan senyawa-senyawa kimia di tanah. Pada tanaman lada yang tanpa perlakuan kompos populasi mikroba lebih rendah bila dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan kompos. Pada kondisi tersebut tanaman lada tanpa pemberian kompos menunjukkan tingkat serangan P.capsicii lebih tinggi secara nyata, dan tingkat pertumbuhan yang rendah. Baon et al. (2003) menyatakan tanah dengan kandungan bahan organik tanah (BOT) yang cukup akan membentuk kondisi tanah yang baik sehingga membantu penyerapan hara oleh tanaman.

Berbagai mikroorganisme diketahui tumbuh pada kompos dan menghasilkan metabolit-metabolit dan senyawa-senyawa antimikrobial. ATTRA (1998) menjelaskan komponen-komponen aktif dalam kompos seperti bakteri, cendawan, aktinomycetes yang menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat antifungal seperti fenol dan asam amino yang dihasilkan. Atas dasar potensi kompos tersebut Jefries (1995) mengemukakan bahwa kompos banyak digunakan untuk memperbaiki struktur dan kondisi tanah, kesehatan tanaman dan pengendalian penyakit.

Zeolit

Penambahan zeolit Z1 dan Z2 mampu menekan serangan penyakit BPB sampai tingkat 8,99 % dan 10,37 %. Zeolit mampu melepaskan unsur -unsur dan mineral secara lambat sehingga memberikan ketersediaan nutrisi yang cukup bagi tanah. Pelepasan nutrien secara lambat terjadi melalui pertukaran ion dan menyediakan nutrien yang cukup tinggi untuk mendukung

pertumbuhan tanaman lada. Brady dan Weil (2002) menyatakan di dalam tanah zeolit bersifat sebagai penyaring molekul, penukar dan penyerap ion serta katalis. Sifat-sifat tersebut menyebabkan zeolit dapat menetralisir ion atau unsur meracun.

Pemberian zeolit pada tanah mampu menyerap logam berat dan melengkapi kebutuhan hara tanaman terutama unsur N, P, K, Ca dan Mg, yang biasanya rendah ketersediaannya pada tanahpodsolik merah kuning (PMK) yang merupakan ciri tanah di Lampung. Menurut Goeswono (1983) masalah yang ditemui pada lahan PMK kapasitas tukar kation (KTK) dan bahan organik tanah rendah, serta pH tanah rendah sehingga seringkali kelarutan beberapa unsur mikro tinggi atau sangat rendah dan dapat meracuni tanaman atau menyebabkan defisiensi. Tsadilas et al. (1997) melaporkan zeolit yang menga ndung clonoptilolite dapat meningkatkan penyerapan Ca di dalam tanah manakala diterapkan bersama-sama dengan kapur.

Karakteristik jenis zeolit seperti clinoptiolite mempunyai saluran yang cukup besar untuk dapat dimasuki oleh kation dasar yang dapat ditukarkan seperti Na, K, Ca, dan Mg (Brady dan Weil. 2002). Aplikasi zeolit Z1 mampu meningkatkan nilai tukar kation sampai dengan 13 cmol+/kg pada perlakuan KA-Z1 (gambar 9). Ditandai kekayaan lahan dan menurunkan kejenuhan lahan terhadap kekurangan unsure Ca, Mg, dan K. dengan bertambahnya unsure dalam tanah maka persen perolehaan terhadap ion Ca, Mg dan k juga meningkat. Peningkatan unsur -unsur tersebut mampu memperkuat struktur jaringan tanaman lada dan menghalangi penetrasi patogen P. capsicii dalam jaringa n. Penelitian Balitro (2002) di Lampung Utara menemukan kandungan N yang rendah dan K yang tinggi mampu mengurangi tingkat serangan patogen P.capsicii di lapangan, dinding sel menjadi keras dan tebal, kandungan karbohidrat serta molekul asam amino menjadi lebih tinggi. Ketersediaan unsur juga mampu meningkatkan aktivitas biologi serta populasi dari mikroorganisme terutama mikroorganisme antagonis. Peningkatan

aktivitas biologi mikroorganisme antagonis menyebabkan P.capsicii sulit berkembang lebih lanjut. Kondisi ini sangat berperan dalam menghambat peneterasi patogen lebih lanjut dalam jaringan tanaman (gambar 3).

Pada perlakuaan Z2 pertukaran ion cenderung menurun 11,86 cmol+/kg sehingga mengurangi kemampuan tanaman menyerap unsur -unsur yang berperanan dala m menekan serangan P. capsicii. Terlihat intensitas serangan terhadap tanaman lada mencapai 10,37% dan perolehan terhadap ion Ca, Mg dan K yang tertukar juga cenderung menurun (gambar 12).

Interaksi Kompos dan Zeolit

Interaksi perlakuan kompos dan zeolit pada perlakuan Z1, dan KA-Z2 mampu menekan tingkat keparahan penyakit BPB tanaman lada sampai 3,47 % - 4,86 % pada akhir pengamatan, sedangkan tingkat serangan kontrol 22,92 % (gambar 1). Penambahan kompos dan zeolit, berpengaruh terhadap peningkatan ketersediaan hara tanaman dan kapasitas tukar kation tanah (KTK). Disamping itu selama proses dekomposisi bahan dalam tanah memberikan stimulasi perbaikan struktur tanah dan ketersedian beberapa unsur hara, yang dibutuhkan tanaman lada. Dengan demikian fungsi–fungsi fisiologis tanaman menjadi optimal dan mampu menghalangi perkembangan mikroorganisme patogen lebih lanjut dalam jaringan tanaman. Tanaman yang terinfeksi P capsicii akan membentuk suatu fitoaleksin berupa capdiol yang menghalangi penetrasi patogen dalam jaringan (Blein et al. (1991) dalam Huang (2001)).

Kekurangan nutrien pada KO-ZO menyebabkan tanaman menjadi lebih lemah, patogen mudah menembus jaringan dan mengganggu proses fisiologis tanaman terutama tidak munculnya aktivitas fotosintesis dan terjadinya perubahan respirasi pada jaringan terinfeksi. Perubahan fotosintesa dan respirasi akan mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat keparahan penyakit

akan semakin tinggi (gambar 1). Blein et al. (1991) dalam Huang (2001) menyatakan daun tanaman yang terinfeksi P capsicii akan terjadi pengurangan asam lemak dan tidak munculnya aktivitas fotosintesa.

Kemungkinan senyawa lignin yang terdapat pada kompos KKA yang sudah terdegradasi tidak dapat dimanfaatkan oleh P.capsicii. Sementara tanaman lada yang banyak membutuhkan unsur hara dapat memanfaatkannya. Kompos KKA yang mengandung lignin jika diaplikasikan ke tanah, maka lignin yang terkandung di dalamnya akan menstimulasi pertmbuhan mikrorganisme tanah yang bermanfaat. Mikroorganisme tersebut mampu memproduksi enzim liginase untuk mendegradasi lignin. Kompos kulit kopi ditambah Arachis pintoii yang kaya dengan mikroba secara perlahan-lahan akan mengalami peruraian menjadi bahan organik aktif dan akhirnya menjadi

Dokumen terkait