BAB III METODE PENELITIAN
3.3 Bahan dan alat
Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah bawang putih (Allium sativum L.) dari pasar traddisional Jamin Ginting, pasar tradisonal Jamin Ginting, dan supermarket berastagi.
Gambar bawang putih dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 36.
3.3.2 Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berkualitas pro analisis dari E.Merck jika tidak dinyatakan lain yaitu 2,6-
diklorofenol indofenol, asam metafosfat, asam asetat glasial, vitamin C baku,
natrium bikarbonat, iodium, kalium iodida, arsen trioksida, etanol, natrium
hidroksida, asam klorida, metil jingga, amilum (Teknis), air suling (Laboratorium
Kimia Farmasi Kuantitatif), dan asam askorbat Baku Pembanding Farmakope
Indonesia (sertifikat bahan baku pembanding dapat dilihat pada Lampiran 3,
halaman 35.
3.3.3 Alat-Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah buret 25 ml,
mikroburet 5 ml, neraca analitik (Bueco Germany) , pisau (Stainless), blender
(National) , kertas saring, statif dan klem, eksikator, oven (Memmert) , maat pipet
10 ml, pipet volum 1 ml, pipet volum 2 ml, pipet volum 5 ml, botol timbang, dan
alat-alat gelas laboratorium.
3.4 Rancangan Penelitian 3.4.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara sampling purposive yang didasarkan atas pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen dan
sampel yang dianalisis dianggap sebagai sampel yang representatif.
Sampel yang ddigunakan dalam penelitian ini adalah bawang putih (Allium sativum L.) yang diperoleh dari berbagai tempat seperti pasar tradisional Pancur batu yang menjual bawang putih (bawang putih kampung/bawang putih samosir) dimana asal tanam bawang putih tersebut di Kabupaten Samosir, Kecamatan Palipi, Desa Ananrunggu
dan Palipi, sedangkan bawang putih (Allium sativum L.) yang berasal dari pasar tradisional Jamin ginting dan Brastagi pasar buah adalah bawang putih yang di import dari Negara Cina dan Taiwan yang paling mudah ditemui di setiap pasar tradisional dan Supermarket Masing-masing sampel diambil 500 g, disimpan dan diuji sesuai dengan prosedur penelitian.
Gambar bawang putih dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 36.
3.5 Prosedur penelitian 3.5.1 Pembuatan Pereaksi
Pembuatan pereaksi di bawah ini berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV:
1. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol
Ditimbang seksama 50 mg natrium 2,6-diklorofenol indofenol P yang
telah disimpan dalam eksikator, tambahkan 50 ml larutan NaHCO3 0,84% (b/v),
kocok kuat, dan jika sudah terlarut, tambahkan air hingga 200 ml. Saring ke dalam
botol bersumbat kaca berwarna coklat (Farmakope Indonesia Edisi IV).
2. Larutan asam metafosfat-asetat
Dilarutkan 15 g asam metafosfat P dalam 40 ml asam asetat glasial P dan
encerkan dengan air secukupnya hingga 500 ml. Simpan di tempat dingin, hanya
boleh digunakan dalam jangka waktu 2 hari (Farmakope Indonesia Edisi IV)
3. Larutan NaHCO3 0,84% (b/v)
Dilarutkan 840 mg NaHCO3 dalam 100 ml air (Farmakope Indonesia Edisi
IV)
4. Larutan iodium 0,05 N
Dibuat larutan 4,5 g KI dalam 20 ml air, lalu dilarutkan 1,7 g iodium P ke
dalam larutan KI sedikit demi sedikit, encerkan dengan akuades hingga 200 ml.
5. HCl 2 N
Diencerkan 17 ml HCl pekat dalam akuades sampai 100 ml.
(Farmakope Indonesia Edisi IV).
6. Metil jingga
Dilarutkan 4 mg metil jingga dengan etanol 20% sampai volume 10 ml
(Farmakope Indonesia Edisi IV).
7. Larutan amilum 1% (b/v)
Disuspensikan 1 g amilum dengan 5 ml air, tambahkan air hingga 100 ml
sambil diaduk, didihkan selama beberapa menit (Farmakope Indonesia Edisi IV).
8. NaOH 1 N
Dilarutkan 4 g NaOH dalam 15 ml air bebas CO2, dinginkan larutan
hingga suhu kamar, encerkan dengan air bebas CO2 hingga 100 ml (Farmakope
Indonesia Edisi IV).
3.5.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol
Ditimbang seksama 50 mg asam askorbat BPFI, pindahkan ke dalam
labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan larutan asam metafosfat-asetat
LP, dicukupkan sampai garis tanda. Dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan larutan asam metafosfat-asetat 6 ml. Titrasi segera
dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda mantap
tidak kurang dari 5 detik. Lakukan titrasi blanko menggunakan 7 ml asam
metafosfat-asetat dan dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga
warna merah muda mantap. Kadar larutan baku 2,6-diklorofenol indofenol
Perhitungan kesetaraan dilakukan dengan rumus: Kesetaraan (mg) ) ( % Vb Vt Vc kadar W Va − × × × = Keterangan: Va = Volume aliquot (ml) W = Berat vitamin C (mg) Vt = Volume titrasi (ml) Vb = Volume blanko (ml)
Vc = Volume labu tentukur (ml)Contoh perhitungan dan hasil perhitungan
kesetaraan dapat dilihat pada Lampiran 5,halaman 37.
3.5.3 Penyiapan Larutan Sampel
Sampel di bersihkan, ditimbang sekitar 100 g lalu di potong kecil-kecil
dimasukkan ke dalam blender kemudian ditambah sekitar 20 g asam metafosfat-
asetat dimasukkan dalam blender, setelah itu di blender,kemudian ditimbang
seksama 10 g lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan
asam metafosfat-asetat sampai garis tanda. Dihomogenkan, kemudian disaring
Filtrat pertama dibuang ± 20 ml. (Ditjen POM, 1995).
3.5.4 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel
Dipipet 2 ml larutan sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer
kemudian ditambah 5 ml asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan larutan 2,6-
diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap sebagai
titik akhir titrasi. Dilakukan penetapan blanko (Ditjen POM, 1995).
Menurut AOAC (2002), kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus:
Kadar vitamin C (mg/g) = Bs Vp Vl Vb Vt × × × − ) Kesetaraan ( Keterangan:
Vt : Volume titrasi (ml)
Vb : Volume blanko (ml)
Vl : Volume labu tentukur (ml)
Vp : Volume pemipetan (ml)
Bs : Berat sampel (g)
Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 39.
3.5.5 Uji Perolehan Kembali (Recovery)
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan
kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan
kembali (% recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).
Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit
dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan
metode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa
persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004).
Prosedur uji perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi dilakukan sebagai berikut: Dikerjakan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar
vitamin C dalam sampel dengan penambahan vitamin C baku yaitu 2,5 mg dengan
cara sebanyak 25 mg vitamin C baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml
dan ditambahkan asam-metafosfat asetat sampai garis tanda (konsenrasi 0,25
mg/100 ml) , lalu di pipet sebanyak 10 ml yang ditambahkan pada sampel yang
ditimbang seksama dan dilakukan enam kali pengulangan.
Rumus perhitungan persen recovery (Harmita, 2004):
100% x n ditambahka yang C min Kadar vita awal C min Kadar vita - penambahan setelah C min Kadar vita Recovery % =
Data hasil analisis perolehan kembali (persen recovery) dapat dilihat pada lampiran 10, halaman 46.
3.6 Analisis Data Secara Statistik