Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Desember 2008 hingga Juni 2009 bertempat di dua lokasi, 1) Rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik, Cimanggu, Bogor, dan 2) Laboratorium Teknologi Benih IPB, Dramaga, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih padi (Oryza sativa L.) varietas IR64 dan Ciherang yang terinfeksi secara alami oleh X. oryzae pv. oryzae yang diperoleh dari BB Padi Sukamandi. Isolat bakteri A6 (Pseudomonas diminuta) sebagai agens hayati, minyak serai wangi, bakterisida (Agrept 20WP dengan bahan aktif Streptomisin sulfat), bubuk arang sekam (lolos saringan 0,5 mm), Tween 80, aquades, kertas merang, plastik dan pupuk (urea, KCl, dan SP-18), Alat yang digunakan yaitu ember, timbangan, pipet, botol, pinset, spatula, dan gelas ukur.
Rancangan Penelitian
Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan petak utama adalah varietas: IR64 dan Ciherang, anak petak adalah perlakuan benih: kontrol, bakterisida sintetik (Agrept 0,2 %), minyak serai wangi 1 %, agens hayati (P. diminuta), matriconditioning + Agrept 0,2 %, matriconditioning + minyak serai wangi 1 %, matriconditioning + P. diminuta. Setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga total unit percobaan berjumlah 42 satuan percobaan (dua varietas x tujuh perlakuan x tiga ulangan). Tiap ulangan empat ember, dan tiap ember terdiri atas tiga tanaman, seluruh tanaman diamati.
Model rancangan yang digunakan adalah :
Yijk = µ + αj + (ρ*α)ij + βk + (α+β)jk + εijk
Keterangan :
Yijk : Respon ulangan ke-i, perlakuan petak utama ke-j dan perlakuan anak petak ke-k
αj : Pengaruh perlakuan petak utama ke-j, j: 1, 2
(ρ*α)ij : Galat I (Interaksi ulangan ke-i dengan perlakuan petak utama ke-j) Βk : Pengaruh perlakuan anak petak ke-k, k: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
(α+β)jk : Pengaruh interaksi petak utama ke-j dengan perlakuan anak petak ke-k εjjk : Galat percobaan (Galat II)
Data hasil percobaan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam pada taraf kepercayaan 95%, jika menunjukkan pengaruh nyata maka selanjutnya diuji lanjut dengan uji perbandingan nilai tengah menggunakan Duncan Multiple Range Test.
Perlakuan benih yang digunakan adalah : P0 : kontrol (tanpa perlakuan)
P1 : Agrept 0,2%
P2 : minyak serai wangi 1%
P3 : P. diminuta skala IV McFarland P4 : matriconditioning + Agrept 0,2%
P5 : matriconditioning + minyak serai wangi 1% P6 : matriconditioning + P. diminuta
Pelaksanaan Penelitian Sumber Benih Padi
Benih padi varietas IR64 dan Ciherang yang digunakan berasal dari BB- Padi Sukamandi dengan kelas benih Breeder Seed (BS). Varietas IR64 digunakan karena merupakan varietas yang paling banyak digunakan petani, sedangkan varietas Ciherang digunakan karena merupakan varietas unggul baru berpotensi hasil tinggi dan akan menggantikan varietas IR64. Benih padi yang digunakan terinfeksi X. oryzae pv. oryzae secara alami. Hasil uji laboratorium menggunakan metode grinding dengan 400 butir benih ditemukan 40 cfu X. oryzae pv. oryzae pada varietas Ciherang dan 51 cfu pada IR64. Metode grinding yang digunakan berdasarkan hasil penelitian Ilyas et al. (2007) dengan beberapa modifikasi. Benih dicuci dengan air steril kemudian direndam 5 – 6 jam pada temperatur 5 – 15 oC, setelah itu diambil 400 benih (ISTA, 2005), ditambah peptone sucrose agar
disebar merata ke dalam cawan perti yang telah berisi media PSA. Setelah seminggu, koloni X. oryzae pv. oryzae yang terbentuk diamati dan dihitung jumlah yang terbentuk dengan mata telanjang.
Sebelum digunakan dalam penelitian ini, benih telah disimpan dengan wadah plastik dalam suhu ruangan 16 oC di Laboratorium Penyimpanan Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB selama 1 bulan. Sebelumnya benih varietas IR64 dan Ciherang juga telah mengalami penyimpanan selama masing- masing 3 bulan dan 5 bulan dengan wadah plastik dalam suhu kamar di gudang penyimpanan BB-Padi Sukamandi. Hasil uji mutu fisiologis menunjukkan daya berkecambah dan indeks vigor benih padi varietas IR64 92,5% dan 89,5%, sedangkan Ciherang 91% dan 90%.
Perlakuan Benih
Perlakuan matriconditioning menggunakakn perbandingan antara benih : bubuk arang sekam : larutan pelembab (larutan inokulum agens hayati, larutan bakterisida, atau larutan minyak serai wangi) adalah 1 : 0,8 : 1,2 (g : g : ml). Benih yang digunakan pada penelitian ini 10,6 g, bubuk arang sekam 8,48 g, dan 12,72 ml larutan pelembab. Matriconditioning dilakukan dengan cara melembabkan benih dengan larutan pelembab dalam botol transparan, kemudian ditambahkan bubuk arang sekam yang lolos saringan 0,5 mm, diaduk hingga benih terlapisi arang sekam secara merata, kemudian botol ditutup, dan diinkubasi pada ruang bersuhu 20 oC stabil, benih dalam botol diaduk setelah 12 jam, lama conditioning 30 jam (Gambar lampiran 3).
Untuk perlakuan matriconditioning + bakterisida, digunakan larutan Agrept 0,2 % sebagai pelembab benih, untuk perlakuan matriconditioning + agens hayati, digunakan larutan inokulum P. diminuta dengan kekeruhan skala IV McFarland (≈ 4,5 x 108 bakteri /ml) (lihat Tabel Lampiran 2 dan Gambar lampiran 1) sebagai pelembab benih, dan untuk perlakuan matriconditioning + minyak serai wangi 1 % (v/v), terlebih dahulu ke dalam minyak serai wangi ditambahkan 4 ml emulsifier Tween 80 untuk meningkatkan kelarutannya. Untuk perlakuan tanpa matriconditioning, benih dilembabkan selama 30 jam dengan 12,72 ml larutan
Agrept 0,2 %, larutan minyak serai wangi 1 %, atau P. diminuta IV McFarland saja.
Penanaman di Rumah Kaca
Tanah yang digunakan merupakan tanah sawah yang berasal dari Kebun Percobaan Muara, Bogor. Analisis tanah dilakukan terhadap N total, P tersedia, dan K tersedia sebelum percobaan. Berdasarkan analisis tanah dari Laboratorium Departement Ilmu dan Sumberdaya Lahan, Faperta, IPB diketahui kandungan hara tanah yang digunakan pada percobaan memiliki nilai pH 6,24, kandungan C- organiknya 2,08 %, N-total 0,19 %, kandungan P 1,8 ppm, dan kandungan K 0,56 me/100 g (Tabel lampiran 4). Berdasarkan analisis tanah tersebut, maka dibutuhkan dosis pupuk 170 kg urea/ha, 200 kg SP18/ha, dan 100 kg KCl/ha. Dosis pupuk di konversi ke ember berdasarkan bobot lapisan olah tanah terhadap bobot tanah di ember, sehinga pada pelaksanaan penelitian didapatkan dosis pupuk 0,425 g urea/ember, 0,5 g SP18/ember, dan 0,25 g KCl/ember.
Setelah perlakuan, 10 butir benih padi ditanam di dalam satu ember plastik. Ember yang digunakan memiliki diameter bagian atas 30 cm, diameter bagian bawah 20 cm, dan tinggi 25 cm dengan pengisian tanah setinggi 20 cm. Pemupukan dilakukan pada dua minggu setelah tanam (MST) dengan 1/3 dosis urea, seluruh dosis SP-18 dan KCl. Pemupukan susulan dilakukan pada 8 MST dan saat sebelum primordia berbunga dengan dosis masing-masing 1/3 dosis urea. Tanah di dalam ember pada awal penanaman hingga 1 MST dijaga dalam kondisi macak-macak. Pada 2 MST hanya disisakan tiga tanaman didalam ember untuk dipelihara dan diamati sampai panen (Gambar lampiran 4). Pada 2 MST sampai 10 hari sebelum panen (HSP) diairi setinggi 2-5 cm (Gambar lampiran 5), selanjutnya tanah di dalam ember dibiarkan mengering sampai panen.
Panen dilakukan pada 17 MST, pada saat panen diamati tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, jumlah malai /rumpun dan bobot kering brangkasan. Setelah di panen gabah di jemur dengan sinar matahari hingga kadar air gabah ± 10 %. Pengamatan komponen hasil seperti jumlah dan bobot gabah
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman, peubah-peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
Pengamatan pada fase vegetatif
Pengamatan dilakukan pada 1 – 7 MST, dengan parameter: Persentase tumbuh bibit (pada 1 MST).
Jumlah anakan per rumpun (pada 5 – 7 MST).
Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi (pada 2 – 7 MST).
Bobot kering brangkasan tanpa malai (saat panen). Pengamatan fase generatif
Pengamatan dilakukan pada saat panen, meliputi: Jumlah anakan produktif per rumpun.
Jumlah gabah, gabah isi, dan gabah hampa per malai.
Bobot gabah, gabah isi, dan gabah hampa per rumpun. Sebelum diukur bobotnya, gabah dikeringkan sampai kadar air 10 %, kemudian dikonversi ke GKG (kadar air 14 %).
Pengamatan terhadap serangan penyakit HDB
Pengamatan dilakukan pada 8 MST sampai panen, meliputi: Kejadian penyakit HDB
Tingkat keparahan (Density) penyakit HDB
Keterangan : n = jumlah tanaman yang terserang
ni = jumlah tanaman yang terserang pada skala ke-i N = jumlah seluruh tanaman yang diamati
vi = skala ke-i V = skala terbesar
Skala yang digunakan mengikuti standar pengamatan HDB di rumah kaca (Tabel lampiran 3)