• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan dan Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2009 sampai dengan Juli 2010.

Materi Penelitian

Domba yang digunakan sebanyak 18 ekor domba jantan dengan rataan bobot badan 22.91 ± 1.39 kg dengan umur 1-1.5 tahun (sepasang gigi tetap) terdiri atas domba ekor gemuk (DEG) dan domba ekor tipis (DET) masing-masing 9 ekor. DEG diperoleh dari peternakan domba Mitra Tani Farm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, sedangkan DET diperoleh dari peternakan domba Barokah di daerah Cimande Jawa Barat. Gambar 2 dan 3 memperlihatkan foto DEG dan DET.

Gambar 2 Foto domba Ekor Tipis (kiri) dan domba Ekor Gemuk (kanan) yang digunakan pada penelitian

ekor yang tipis dan kurus

ekor yang besar dan gemuk

Metode Penelitian Ekstrak ELJ

Akar Pasak Bumi dalam keadaan kering didatangkan dari wilayah Kalimantan Timur. Akar dihancurkan menggunakan mesin menjadi ukuran yang halus. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan air suling sebagai pelarut (aqueous extract). Simplisia direndam menggunakan air suling dengan perbandingan ELJ : air = 1 : 4, selama 24. Campuran selanjutnya diaduk selama 4 jam dengan suhu 40°C. Padatan dan filtrat dari campuran tersebut selanjutnya dipisahkan dengan penyaringan. Filtrat kemudian dikeringkan pada suhu rendah (50oC) hingga didapatkan ekstrak padat. Ekstrak padat yang diperoleh disimpan di dalam refrigerator sebelum dienkapsulasi (Murwani 2003).

Enkapsulasi Ekstrak ELJ

ELJ yang digunakan terlebih dahulu dilakukan enkapsulasi hidrofobik modifikasi metode Klose dan Nyack (1993). Komposisi bahan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Komposisi bahan yang digunakan pada enkapsulasi ekstrak ELJ

Komposisi enkapsulasi % berat

Substrat bioaktif 47.2

Penyalut hidrofobik : 37.8

90% asam stearat 10% beeswax

Pengubah berat jenis (kaolin) 15.0

Total 100

Komponen penyalut dipanaskan dan dicampur bersamaan. Setelah penyalut meleleh, ditambahkan substrat bioaktif (ekstrak ELJ) dan diaduk sampai merata, kemudian ditambahkan kaolin dan dicampurkan lagi. Kemudian produk enkapsulasi didinginkan. Selanjutnya ukurannya diperkecil sehingga dapat dilewatkan pada kasa 6 mesh. Enkapsulat selanjutnya disemprot dengan propylene

a b

c

Gambar 3 Tanaman (a), serutan akar (b) dan ekstrak ELJ yang dienkapsulasi (c)

Pemeliharaan Ternak

Domba yang menjadi materi panelitian diadaptasikan selama dua minggu. Pada saat ini dilakukan pembersihan dan pencukuran bulu, pemberian obat cacing dan pengenalan pakan. Masing-masing domba ditempatkan dalam kandang individu yang terbuat dari besi dengan ukuran panjang 120 cm lebar 60 cm dan tinggi 120 cm. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan yang terbuat dari papan dan tempat minum berupa ember plastik kapasitas 5 liter. Pakan yang digunakan merupakan pakan komplit berbentuk pellet ukuran 8 mm dengan komposisi pada Tabel 6. Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pagi 250 g, siang 600 g dan sore 800 g. Air minum disediakan ad libitum.

Pemberian ekstrak ELJ dilakukan setiap hari bersamaan dengan pemberian pakan pada pagi hari. Sebanyak 250 g pakan pellet dihancurkan sampai ukurannya sama dengan ekstrak ELJ terenkapsulasi, kemudian ekstrak ELJ enkapsulasi dicampur dangan satu sendok makan molasses sampai rata dan kemudian diaduk dengan pakan yang sudah dihancurkan. Penambahan molases

bertujuan untuk mengurangi rasa pahit dari ekstrak ELJ. Periode pemeliharaan ternak dilakukan selama 115 hari.

Tabel 6 Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian (% bahan kering)

Jenis Bahan Ransum Zat-zat makanan dan jumlahnya

a BK Abu LK EM BETN PK Ca P Rumput Gajah 15.0 1.11 0.36 1.26 6.25 1.24 0.08 0.04 Jagung 47.0 0.94 2.21 6.61 37.51 4.48 0.02 0.12 Bk. Kedelai 11.5 1.07 0.65 1.51 3.54 5.52 0.03 0.08 Bk. Kelapa 25.0 1.60 2.55 3.47 12.42 5.40 0.05 0.16 Kapur 1.00 - - - 0.34 0.00 Jumlah 100 5.72 5.77 12.85 59.72 17.0 0.52 0.40 Baku keb. NRC 7-8 12.06 16.99 0.54 0.24

Keterangan: aBerdasarkan Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia (Hartadi et al. 1990).

Pemotongan Ternak dan Penanganan Karkas

Pemotongan ternak dilakukan selama tiga hari, dengan jumlah pemotongan 6 ekor setiap harinya yang mewakili setiap perlakuan. Ternak yang dipotong dipuasakan selama 15 jam. Pemotongan dilakukan sesuai syariat Islam dengan memotong bagian leher dekat rahang bawah yaitu memotong arteri karotis, vena jugularis serta trachea dan esophagus.

Setelah ternak mati, ujung esophagus diikat unutk mencegah cairan rumen keluar. Kepala dilepaskan dari tubuh pada sendi occipito-atlantis. Kaki depan dan kaki belakang dilepaskan pada sendi carpo-metacarpal dan tarso-metatarsal. Pengulitan dilakukan dengan cara menggantung ternak pada kaki belakang di tendo

achilles, kemudian kulit dituris dari anus sampai leher di bagian perut dan dada,

kemudian dari arah kaki belakang dan kaki depan menuju irisan pertama, selanjutnya kulit dilepaskan. Penyayatan pada dinding abdomen sampai dada dilakukan untuk mengeluarkan organ tubuh dari rongga perut dan dada, sebelumnya anus diikat untuk mencagah keluarnya faeces.

Setelah organ bagian dalam, lemak pelvis dan ginjal dikeluarkan dan bagian ekor dipisahkan maka didapatkan karkas panas dan kemudian ditimbang untuk mendapatkan bobot karkas panas. Selanjutnya karkas dibelah menjadi dua bagian pada sepanjang tulang balakang dari leher sampai sakral, sehingga didapatkan

setengah karkas kiri dan kanan. Selanjutnya bagian setengah karkas tersebut disimpan di dalam ruang pendingin dengan suhu 2oC yang belumnya dibungkus dengan plastik. Keesokan harinya bagian setengah karkas kanan diuraikan untuk mendapatkan lemak, otot dan tulang.

Peubah yang Diamati

Kadar testosteron darah. Diukur dengan metode Enzyme-linked Immuno

Sorbent Assay (ELISA) (Tietz 1986). Pengambilan darah dilakukan pada pagi

hari antara jam 07.30-08.30, dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada awal (sebelum perlakuan dimulai) dan pada akhir perlakuan. Sampel darah diambil dengan syringe steril kapasitas 3 ml di vena bagian leher (jugularis) sebanyak 1 ml. Sampel darah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung eppendorf kapasitas 1.5 ml yang mengandung antikoagulan EDTA. Plasma darah diambil dengan cara disentrifus pada 10 000 rpm, selama 10 menit, sehingga dapat digunakan untuk pengukuran hormon testosteron. Pengukuran kadar testosteron plasma darah menggunkan DRG testosterone ELISA EIA-1559 produksi DRG Instruments GmbH, Jerman.

Pertambahan bobot badan (PBB). Ditentukan dengan penghitungan selisih bobot badan akhir dengan bobot badan awal/ekor/lama periode penelitian (hari). Penimbangan bobot badan dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.00 - 07.00 WIB (sebelum pemberian pakan).

Konsumsi Pakan.Dihitung dengan cara jumlah pemberian dikurangi dengan sisa pakan.

Konversi Pakan. Dihitung dengan cara jumlah konsumsi pakan dibagi dengan PBB

Bobot potong. Diukur dengan cara penimbangan bobot tubuh ternak sebelum pemotongan.

Bobot karkas panas. Diukur dengan cara penimbangan karkas sesaat setelah pemotongan.

Persentase karkas. Persentase karkas (%), didapat dari perbandingan bobot karkas panas dengan bobot potong dikali 100%.

Berat lemak pelvis, ginjal dan jantung. Diperoleh dengan penimbangan lemak pelvis, ginjal dan jantung yang telah dipisahkan dari karkas.

Kadar lemak intramuskuler. Ditentukan melalui analisis proksimat dengan metode AOAC (1995). Sampel daging yang dianalisis diambil dari otot

longgissimus dorsi. Sebanyak 2 gram sampel disebar di atas kapas yang

beralas kertas saring yang digulung berbentuk thimble, lalu dimasukan ke dalam labu soxhlet, kemudian diekstraksi selama 6 jam dengan pelarut lemak berupa heksan sebanyak 150 ml. Lemak yang terekstrak kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1000 C selama 1 jam, lalu bobot ekstrak kering ditimbang. Kadar lemak dapat dihitung dengan rumus berikut:

= × 100%

Kadar kolesterol. Penentuan kadar kolesterol dilakukan dengan metode

Liebermann Buchard (Kliener & Dotti 1962). Sampel otot yang digunakan

adalah otot longissimus dorsi.

Sebanyak 0.1 gram sampel otot dimasukan ke dalam sentrifuse, kemudian ditambah dengan 8 ml larutan etanol dengan heksan (3:1), lalu diaduk sampai homogen. Pengaduk dibilas dengan 2 ml larutan etanol: heksan (3:1), kemudian disentrifuse selama 10 menit (3000 rpm).

Supernatan dituang ke dalam beaker glass 100 ml dan diuapkan di dalam penangas air. Residu diuapkan dengan kloroform sedikit demi sedikit sambil dituang ke dalam tabung (5 ml), kemudian ditambah 2 ml asetat anhidrid dan 0.2 ml H2SO4 pekat. Selanjutnya diaduk dengan vortex dan

dibiarkan di tempat gelap selama 25 menit, lalu dibaca absorbannya dangan alat spectrofotometer pada panjang gelombang 420 nm dangan standar 0.4 mg/ml.

Penghitungan kadar kolesterol dilakukan dengan rumus:

= ( ℎ �100 � �

Komposisi Asam lemak

Ditentukan dengan metode gas chromatography (GC) (AOAC, 1995). Sampel lemak yang dianalisis adalah lemak sub kutan di daerah punggung. Diperlukan proses ekstraksi dan esterifikasi dari sampel sebelum dianalisis dengan khromatografi gas.

Ekstraksi. Untuk sampel padat diekstraksi dengan pelarut lemak benzena atau dietil eter, menggunakan alat ekstraksi soxhlet. Disiapkan labu lemak yang sesuai dengan alat ekstraksi soxhlet, lalu dikeringkan dengan oven, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 1-2 gram sampel tersebut (bentuk tepung) dibungkus dengan kertas saring, diletakan dalam soxhlet kemudian dipasang kondenser di atasnya. Selanjutnya tambahkan benzena lalu di reflux selama 5 jam, sampai pelarut yang turun ke dalam labu berwarna jernih. Destilasi pelarut yang ada dalam labu lemak, kemudian tampung pelarutnya. Hasil ekstraksi dalam labu lemak dipanaskan dengan oven pada suhu 105oC. Setelah dikeringkan sampai beratnya tetap, lalu dinginkan dalam desikator dan timbang labu beserta lemaknya, selanjutnya berat lemak dapat dihitung.

Esterifikasi. Sebanyak 0.2 gram asam lemak bebas diambil dari labu lemak dimasukan ke dalam botol kecil, kemudian tambahkan 1 ml NAOH (0.5N) + 0.5 ml methanol (50%). Selanjutnya dipanaskan selama 20 menit dalam water bath lalu dinginkan, kemudian tambahkan 2 ml BF3 dan

panaskan lagi selama 20 menit dalam water bath, kemudian dinginkan, selanjutnya ditambahkan 2 ml NaCl dan 1 ml hexan, kemudian homogenisasi dengan vortex. Selanjutnya ambil 0.2 µl campuran ini dengan microsyringe dan siap diinjeksikan ke dalam alat khromatografi gas.

Rancangan Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3x2 dengan tiga ulangan. Faktor perlakuan I adalah dosis ekstrak ELJ 0, 50 dan 100 mg/kg dengan pemberian ekstrak ELJ (0, 1.145 dan 2.290 g/ekor) dan faktor

perlakuan II adalah jenis domba, yaitu domba ekor tipis dan domba ekor gemuk. Model matematis mengacu pada Steel dan Torrie (1995):

Model matematis rancangan faktorial dengan kofaktor: Yijk = µ + αi+ βj + (αβ)ij + bXij + εijk

Model matematis rancangan acak lengkap pola faktorial: Yijk = µ + αi+ βj + (αβ)ij + εijk

Keterangan :

Yijk = respon percobaan dari perlakuan ke-i ulangan ke-k

µ = nilai tengah umum respon percobaan

αi = pengaruh perlakuan I ke-i ulangan ke-k

βj = pengaruh pelakuan II ke-j ulangan ke-k

(αβ)i = pengaruh interaksi perlakuan I ke-i dengan perlakuan II ke j ulangan

ke-k

b = regresi dari respon terhadap bobot awal

Xij = bobot badan awal perlakuan I ke-i dan perlakuan II ke-j ulangan ke-k

εijk = pengaruh galat perlakuan I ke-i dengan perlakuan II ke j ulangan ke-k

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik peragam atau kovarian (selain kadar testosteron darah, dianalisis dengan sidik ragam) dengan bobot awal sebagai faktor koreksi. Jika terdapat pengaruh terhadap peubah yang diukur maka dilanjutkan dengan uji LSMEAN.

Dokumen terkait