Alat
Alat yang digunakan adalah kandang mencit dengan ukuran 40 cm x 50 cm untuk satu ekor mencit, tempat minum, tempat makan, lampu merkuri, timbangan, kaos tangan, kamera, cat, dan alat bedah.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah mencit betina yang sedang gestasi, pakan mencit, dan air minum.
C. Pelaksanaan Percobaan
Persiapan Hewan Percobaan
Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu dipersiapkan tempat
19
cm untuk satu ekor mencit, sekam, tempat makan, minum, dan pakan mencit. Setelah itu dilakukan aklimatisasi di laboratorium selama 1 minggu. Mencit betina yang sedang dalam masa estrus dikandangkan bersama mencit jantan dalam bak perkawinan pada sore hari agar terjadi perkawinan, dengan perbandingan 4:1 (4 mencit jantan dan 1 mencit
betina) dalam satu bak, apabila ditemukan sumbat vagina keesokan harinya, maka dianggap mencit berada pada kehamilan hari ke nol. Mencit yang telah gestasi dipisahkan dan yang belum kawin dicampur kembali dengan mencit jantan (Almahdy, 2007). Mencit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok mencit yang diberi pemajanan lampu merkuri.
Pemajanan Lampu Merkuri
Penelitian ini menggunakan pemajanan lampu merkuri sebagai bentuk perlakuan terhadap objek penelitian. Adapun cara pemajanan lampu merkuri tersebut adalah sebagai berikut :
Mencit ditempatkan pada ruangan fiksasi dan dilakukan penyinaran dengan lampu merkuri.
Dua puluh ekor mencit betina yang gestasi dibagi ke dalam lima kelompok, masing-masing terdiri dari 4 ekor mencit. Kelima kelompok tersebut meliputi :
Kelompok kontrol : tidak diberi perlakuan pemajanan lampu merkuri.
20
Kelompok intensitas I : diberi perlakuan pemajanan lampu merkuri dengan intensitas 4 jam perhari selama 18 hari. Kelompok intensitas II : diberi perlakuan pemajanan lampu
merkuri dengan intensitas 8 jam perhari selama 18 hari. Kelompok intensitas III : diberi perlakuan pemajanan lampu
merkuri dengan intensitas 12 jam perhari selama 18 hari. Kelompok intensitas IV : diberi perlakuan pemajanan lampu
merkuri dengan intensitas 16 jam perhari selama 18 hari.
Gambar 4. Desain/ tata letak percobaan Laparaktomi
Pada hari ke-18 kebuntingan mencit betina dibius dengan khloroform. Hal ini dilakukan pada kehamilan hari ke-18 karena proses pembentukan organ-organ tubuh mencit telah sempurna dan untuk mencegah kelahiran secara normal. Kemudian dilakukan laparaktomi untuk mengeluarkan fetus dengan membedah pada bagian abdomen ke arah atas sampai terlihat uterus yang berisi fetus. Fetus dikeluarkan dengan cara memotong uterus dan
21
plasenta. Setelah fetus dikeringkan dengan kertas tissu lalu ditimbang berat masing-masing fetus untuk mengetahui berat rata-rata kelahiran.
D. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan yaitu 1 kontrol dan 4 tahap perlakuan (penyinaran 4 jam/hari, 8 jam/hari, 12 jam/hari, dan 16 jam/hari). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Jadi jumlah mencit yang digunakan adalah 5x4 ekor= 20 ekor mencit betina.
E. Parameter yang Diamati
Pada penelitian ini parameter yang diukur terbatas pada perkembangan fetus dengan menggunakan beberapa variabel yaitu bobot badan fetus (berat fetus setelah dikeringkan dengan tissu) dan panjang fetus mencit (data panjang badan fetus diperoleh dengan mengukur jarak dahi sampai pangkal ekor (crown rump) fetus (Wijayanti et.al., 2008).
F. Analisis Data
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan dilakukan uji Analisis Ragam (ANARA). Apabila terjadi perbedaan yang nyata maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% untuk
22
G. Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3:
Gambar 5. Diagram alir penelitian Mulai
Persiapan Penelitian
Pengawinan
Pemajanan Lampu Merkuri
Analisis panjang fetus Analisis berat fetus Interpretasi Data Penyusunan Laporan Selesai Aklimatisasi Laparaktomi
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian terhadap mencit (Mus musculus L.) dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemajanan lampu merkuri terhadap induk mencit bunting menyebabkan penurunan berat badan fetus dan panjang tubuh fetus.
2. Ditemukan adanya kematian fetus dalam uterus pada perlakuan pemajanan cahaya lampu selama 12 dan 16 jam/hari.
B. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya, perlu ditambah lama waktu pemajanan, sistem pengukuran yang tepat dan alat ukur yang lebih akurat sehingga data yang diperoleh semakin tepat.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh radiasi lampu merkuri dalam kebuntingan pada organ-organ lain baik pada tubuh fetus mencit, induk, dan keadaan plasenta.
34
DAFTAR PUSTAKA
Almahdy, A. 2007. Teratogenic and fertility evaluation of safrole on mice, Artocarpus, 7, (1), 49-53.
Anies. 2003. Gangguan kesehatan pada keluarga yang bertempat tinggal di bawah saluran udara extra tinggi 500 kV. Jurnal Kedokteran YARSI. 9:2-101.
Arrington, L. R. 1972. Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care and Management of Experimental Animal Science. The Interstate Printers and Publishing, Inc., New York.
Brotowidjojo, M.D. 1994. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta. 348 hlm.
Dino. 2010. Bahaya Merkuri Dalam Lampu Neon.
http://dinooblog.blogspot.com/2010/12/bahaya-merkuri-dalam-lampu-neon.html. Diakses 13 Juli 2012.
Fathony, M. 2011. Radiasi Elektromagnetik dari Alat Elektronik dan Efeknya bagi Kesehatan. Kepala Bidang Dosimetri, Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir, Batan.
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092001/pus- 3.htm. Diakses 13 Juli 2012.
Hutahuruk, T.S. 1996.Transmisi Daya Listrik . Erlangga, Jakarta.
Johnson, J.T., M.S. Hansen, I. Wu, L.J. Healy, C.R. Johnson, G.M. Jones, M.R. Capecchi, C. Keller. 2006. Virtual histology of transgenic mouse
embryos for high-throughput phenotyping. PLoS Genet.: 2006, 2(4);e61 PMID:16683035 | PLoS Genetics.
35
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Lala, B. 2009. Gelombang elektromagnetik. (http://brigittalala.wordpress.com). Diakses 15 Juni 2012.
Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Penerbit UI. Jakarta. 155-158
Mansyur, M. 1998. Dampak Medan Elektromagnetik Terhadap Kesehatan. MKI; 48 : 264 - 69
Marino, G.; A.Taticchi, G. Distefano, F.P. Colonna, S. Pignataro. 1976.
Photoelectron spectra of the α-substituted derivatives of furan,
thiophen, selenophen, and tellurophen. A comparative study of the molecular orbital energies, J. Chem. Soc. Perkin Trans. 2, 1976, 276
Naroputra. 2011. Gambar Mencit.
http://naroputra.wordpress.com/2011/12/16/teman-baru-cerita-tentang-dia/. Diakses 12 Agustus 2012
Panjaitan, R.G.P. 2003. Bahaya Gagal Hamil yang Diakibatkan Minuman Beralkohol. http://tumuotou,net/702-07134/ruqiah-gp.htm. Diakses tanggal 20 Juni 2012.
Pool, R.1990. Electromagnetic Fields, The Biological Evidence. Science. 249 : 1378 – 1381.
Qadrijati, I. and Puspita. 2007. Pengaruh Papapran Gelombang Elektromagnetik Frekuensi Ekstrim Rendah terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus Musculus). Penelitian. Universitas Sebelas Maret.
Riedlinger. 2004. Virtual environments. www.rics.org/NR/rdonlyres/C184EA66-ED72-4597-8497-D02039286652/0/ Virtual_
environments20051202.pdf
Rorong, J.A. 2002. Dampak merkuri terhadap kesehatan manusia. Departemen Kimia, Universitas Sam Ratulangi. Manado.
36
Rugh, R. 1968. The Mouse: It’s Reproduction and Development. Burgess Publishing. Co.Minneapolis. Hlm 2.
Sari, P. 1998. Pemajanan Medan Elektrostatik pada mencit strain Swiss Webster dan Pengaruhnya Terhadap Kromosom serta Proliferasi Limfosit. Tesis Magister PPSUI. Jakarta.
Shulman, S. 1990. Cancer risk seen in electromagnet fields. Nature .345:463.
Situmorang, E.D. 2006. Malformasi Bagian-Bagian Tubuh Embrio Mencit (Mus musculus L.) Setelah Paparan Medan Listrik. Skripsi Jurusan Biologi FMIPA Unila: Bandar Lampung.
Smith, J. B. and S. Mangkoewidjojo. 1997. Pemeliharaan Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press., Jakarta.
Soesanto, S.S. 1996. Medan Elektromagnetik. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 6 (3) : 6-12.
Soeradi, O., and Tadjudin.1986. Congenital anomalis in the offspring rats after exposure of the testis to an electrostatic fields. Int.J.Androl, 9.152 – 160.
Soeradi, O., P. Sari, D.A. Pujianto. 2002. The effect of Continuous Exposure to Electromagnetic Field on Four Successive Generations of Mice. MJI.
Sukra, Y. 2000. Wawasan Pengetahuan Embrio: Benih Masa Depan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 392 hlm.
Syahrin, A. 2006. Kesan Ekstrak Etanol Andrographis Paniculata (burm. F.) Nees ke atas Tikus betina diabetik aruhan streptozotosin. Malaisia: Universiti Sains Malaysia. Skripisi
Taufik. 2009. Peranan Elektronik pada Komunikasi.
37
UNEP. 2005. “Best Practice Manual –Lighting”. Biro Efisiensi Energi, Kementrian Ketenagaan, India. Available in
http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20 %20Boilers%20and%20thermic%20fluid%20heaters%20(Bahasa%20In donesi.pdf
USEPA. 1999. EPA Guidance Manual Alternative Disinfectant and
Oxidants, pp. 8-2. Center for Environmental Research Information, Cincinati, OH.
Valentine, C. 2009. Pengaruh Pemajanan Medan Elektromagnetik Extremely Low Frequency Secara Kontinu Terhadap Perubahan Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L.) Str ain Swiss Webster (Skripsi). Universitas
Indonesia. Jakarta. 2.
Wertheimer, N., and Leeper. 1979. Electrical wiring configurations and childhood cancer. Denver: American Journal of Epidemiology. 1979;109:273-84.
Wijayanti, E.D., B.P. Soenardiraharjo, B. Utomo. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Api-Api (Avicennia marina) terhadap Resorpsi Embrio, Berat Badan dan Panjang Badan Janin Mencit (Mus musculus). Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.Surabaya.
Wijiastuti. 1994. Pengaruh Pemberian Ekstrak Rimpang Kunyit Terhadap Siklus dan Jumlah Anak Tikus Putih Betina Galur Wistar. Skripsi Jurusan Biologi FMIPA UNILA. Bandar Lampung.
Wilson, J.G. 1973. Environment and Birth Defects. Academic Press, New York. Pp.6-8.
Wilson, J.G. and J. Warkany. 1975. Teratology Principles and Techniques. University of Chicago Press. Chicago IL.
Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi.Penerbit Tarsito. Bandung. 354 hlm.
Yurnadi. 2000. Medan Listrik dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia. 50 (8) : 393-397.