• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan yang sesuai untuk perkerasan tanpa penutup aspal adalah:

Bahan yang sesuai untuk perkerasan tanpa penutup aspal adalah:

1. Tanah yang distabilisasi. 2. Timbunan pilihan.

3. Kerikil alam yang memenuhi ketentuan klasifikasi AASHTO A1 dan A2. 4. Lapis Fondasi Agregat kelas A, B, dan S.

Penampang Melintang

Perkerasan tanpa penutup aspal harus dibentuk secara benar dengan lereng melintang tanah dasar atau permukaan jalan 3% atau lebih. Elevasi muka air tanah paling tidak 600 mm atau lebih di bawah tanah dasar.

Umur Rencana

Umur rencana minimum 10 tahun, namun rencana konstruksi bertahap harus disiapkan untuk menyediakan kebutuhan perkuatan atau pelaburan (sealing) di masa yang akan datang. Desain

Perkerasan tanpa penutup aspal dapat terdiri atas satu atau lebih lapisan material berbutir tergantung pada material yang tersedia dan opsi biaya tersedia. Setiap lapisan mulai dari tanah dasar ke atas harus memiliki CBR yang semakin atas semakin besar. Lapisan atas harus memiliki nilai CBR lebih besar dari 30% dan PI antara 4% - 12%. Tebal setiap lapisan ditentukan berdasarkan Bagan Desain 7 (Gambar E1).

Prosedur penggunaan bagan tersebut dijelaskan dengan menggunakan contoh berikut. Lalu Lintas rencana 500.000 ESA4

CBR Tanah Dasar 3%

Material perkerasan tersedia:

Tanah Laterit CBR 10%

Tanah Laterit distabiliasi CBR 18%

Lapis Fondasi Agregat Kelas S CBR 50%

Dengan demikian struktur lapisan berbutir dari atas ke bawah adalah:  Lapis 1. Lapis Fondasi Agregat Kelas S

 Lapis 2. Laterit distabilisasi  Lapis 3. Laterit

Dengan menggunakan Gambar E.1 lakukan perencanaan dengan langkah – langkah sebagai berikut:

1. Cari titik pada bagan untuk (CBR 3% dan 500.000 ESA), nilai axis sebelah kiri menunjukkan 480 mm. Nilai ini adalah nilai minimum tebal total kombinasi perkerasan yang dibutuhkan.

2. Cari titik pada bagan untuk (CBR 18% dan 500.000 ESA) (lapis 2), nilai axis sebelah kiri menunjukkan 170 mm. Nilai ini adalah tebal minimum untuk lapis 1 (LFA).

3. Cari titik pada bagan untuk (CBR 10% dan 500.000 ESA), nilai axis sebelah kiri menunjukkan 240 mm. Nilai ini adalah tebal total minimum untuk lapis 1 dan lapis 2. Dengan demikian, tebal lapis 1 adalah 170 mm dan tebal minimum lapis 2 adalah (240

LAMPIRAN E-2

mm – 170 mm) = 70 mm. Karena 70 mm bukan tebal praktis untuk konstruksi maka digunakan tebal 100 mm untuk memenuhi persyaratan tebal minimum seperti ditunjukan dalam Tabel 8.1.

Gambar E.1. Contoh penggunaan desain 7 untuk Perkerasan Tanpa Penutup Aspal 4. Karena tebal dari dua lapis pertama dan tebal total perkerasan telah diketahui, maka

tebal minimum untuk lapis 3 dapat ditentukan. Yakni 480 mm – 170 mm – 150 mm = 160 mm

5. Catatan : bagan desain - 7 digunakan untuk desain perkerasan berbutir yang terdiri atas lapisan fondasi agregat, batu kerikil, laterit, material berbutir stabilisasi, material timbunan pilihan, dan tanah dasar asli atau stabilisasi, dan untuk perkerasan berbutir dengan lapis permukaan aspal tipis (≤ 40mm).

6. Solusi desain akhir:

Proses yang sama dapat digunakan untuk desain perkerasan Burda dan overlay aspal tipis 25 mm – 40 mm. Rentang tebal yang diizinkan untuk setiap lapisan dapat dilihat pada Tabel 9.1. Agregat Kelas B 170 mm Laterit distabilisasi CBR 18% 150 mm Laterit CBR 10% 160 mm Tanah Dasar CBR 3% Te b a l m a te ri a l b e rb u ti r

Lalu Lintas Desain (ESA4) CONTOH

LAMPIRAN F-1

LAMPIRAN F.

Desain Bahu Jalan

Tebal Lapis Berbutir

Elevasi tanah dasar untuk bahu harus sama dengan elevasi tanah dasar perkerasan atau setidaknya pelaksanaan tanah dasar badan jalan harus dapat mengalirkan air dengan baik. Untuk memudahkan pelaksanaan, pada umumnya tebal lapis berbutir bahu dibuat sama dengan tebal lapis berbutir perkerasan.

Bahu Tanpa Pengikat – Lapis Agregat Berbutir Kelas S

Lapis permukaan harus berupa lapis fondasi agregat kelas S, atau kerikil alam yang memenuhi ketentuan dengan Indeks Plastisitas (IP) antara 4% - 12%. Tebal lapis permukaan bahu LFA kelas S sama dengan tebal lapis beraspal tapi tidak lebih tebal dari 200 mm. Jika tebal lapis beraspal kurang dari 125 mm maka tebal minimum LFA kelas S 125 mm.

Bahu Diperkeras

Bahu diperkeras untuk kebutuhan berikut:

a) Jika terdapat kerb (bahu harus ditutup sampai dengan garis kerb). b) Gradien jalan lebih dari 4%.

c) Sisi yang lebih tinggi dari kurva superelevasi (superelevasi ≥ 0%). Dalam kasus ini, bahu pada sisi superelevasi yang lebih tinggi harus sama dengan superelevasi badan jalan.

d) Jalan dengan LHRT lebih dari 10.000 kendaraan. e) Jalan tol dan jalan bebas hambatan.

Material bahu diperkeras dapat berupa: a) Penetrasi makadam;

b) Burtu / Burda; c) Beton aspal (AC); d) Beton semen;

e) Kombinasi bahu beton 500 mm – 600 mm atau pelat beton dengan tied shoulder, atau bahu dengan aspal.

Lalu Lintas untuk desain bahu

Beban lalu lintas desain pada bahu jalan tidak boleh kurang dari 10% lalu lintas lajur rencana, atau sama dengan lalu lintas yang diperkirakan akan menggunakan bahu jalan (diambil yang terbesar). Untuk bahu diperkeras dengan lapis penutup, pada umumnya, hal ini dapat dipenuhi dengan Burda atau penetrasi makadam yang dilaksanakan dengan baik.

Contoh desain perkerasan bahu jalan

Rencanakan perkerasan bahu jalan untuk jalan raya dua lajur dua arah pada contoh desain sub-bab 7.6.

LAMPIRAN F-2

1. Dari contoh soal diketahui/diperoleh:  CBR tanah dasar 3%;

 beban gandar kumulatif 20 tahun: 98,5E+06 ESA;

 struktur perkerasan lajur utama di atas 600 mm lapis penopang: Lapisan Tebal (mm) AC WC 50 AC BC 60 AC Base 125 CTB 150 LFA kelas A 150

2. Beban rencana bahu jalan: 10% x 98,5E+06 ESA = 9,85E+06 ESA  10E+06 ESA.

3. Dengan menyiapkan fondasi yang sama dengan lajur utama diperoleh daya dukung fondasi perkerasan bahu jalan ekuivalen CBR 6%.

 Berdasarkan bagan desain 7 (Gambar G.1) untuk beban 10E+06 ESA dan CBR 6% diperlukan penutup setebal 350 mm.

 Tebal total perkerasan lajur utama = 535 mm > 350 mm (tebal minimum perlu perkerasan bahu jalan).

 Tebal lapis beraspal pada lajur utama 235 mm  gunakan permukaan bahu jalan berupa lapis fondasi agregat kelas S setebal 200 mm.

 Untuk memastikan air permukaan yang meresap ke perkerasan dapat dialirkan, pasang LFA kelas A di bawah LFA kelas S dengan tebal 335 mm (535 mm – 200 mm) di bawah lapis permukaan LFA kelas S.

 Struktur perkerasan bahu jalan alternative 1:

Lapisan Tebal (mm)

LFA kelas S 120

LFA kelas A 415

Fondasi: Lapis penopang 600

4. Alternatif 2:

 Seperti alternatif 1, tetapi tebal lapis 2 dikurangi 150 mm menjadi 265 mm.  Lapis penopang ditambah 150 mm.

 Penambahan tebal lapis penopang berpotensi menghalangi aliran keluar bagi air yang meresap ke perkerasan. Untuk mengatasinya disediakan subdrain.

 Struktur perkerasan bahu jalan alternative 2 seperti ditunjukkan di bawah ini.

Lapisan Tebal (mm) LFA kelas S 120 LFA kelas A 265 Fondasi: Lapis penopang 750

5. Bandingkan biaya alternatif 1 dan 2.

LAMPIRAN F-3

Alternatif 1:

Perkerasan bahu jalan Perkerasan lajur utama Lapisan Tebal (mm) Lapisan Tebal (mm)

LFA kelas S 120 AC WC 50 AC BC 60 LFA kelas A 415 AC Base 125 CTB 150 LFA kelas A 150 Fondasi: Lapis penopang 600 Fondasi: Lapis penopang 600

Gambar F.1. Struktur perkerasan alternatif 1

Alternatif 2:

Perkerasan bahu jalan Perkerasan lajur utama Lapisan Tebal (mm) Lapisan Tebal (mm)

LFA kelas S 120 AC WC 50

AC BC 60

LFA kelas A 265 AC Base 125

CTB 150 Fondasi: Lapis penopang + subdrain 750 LFA kelas A 150 Fondasi: Lapis penopang 600

LAMPIRAN F-4

LAMPIRAN G-1

LAMPIRAN G. Tabel MKJI 1997 dan contoh perhitungan rasio

Dokumen terkait