• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENELITIAN

3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan atau katalis merupakan bahan yang berfungsi

sebagai pemicu (inhihitor) yang berfungsi untuk memulai dan

mempersingkat reaksi pengeringan pada temperatur ruang. Kelebihan katalis

akan menimbulkan panas saaat proses pengeringan dan hal ini bisa merusak

produk biola pencampuranya dalam resin terlalu banyak atau tidak sesuai

takaran. Katalis yang bereaksi dengan resin akan memberikan reaksi berupa

panas.

Pigmen atau pasta pewarna hanya digunakan pada akhir proses,

apabila pasta pewarna ini harus digunakan pada produksi maka harus dipakai

bahan yang sesuai karena bahan ini dapat mempengaruhi proses pengeringan

resin.

Untuk menghindari lengketnya produk komposit dengan cetakannya,

dilakukan. Relase agent yang bisa digunakan beupa waxes (semir), mirror

glass, polyvinils alcohol, firm forming, oli, dan sebagainya

Selain bahan bahan diatas masih banyak lagi bahan bahan tambahan

yang dapat diaplikasikan sebagai penambah kemampuan terhadap suhu

tinggi, tahan aus dan sebagainya.

5 Fraksi Volume

Fraksi volume (%) adalah aturan perbandingan untuk pencampuran

volume serat/ serbuk dan volume matrik bahan pembentuk komposit terhadap

volume total komposit. Biasanya penggunaan istilah fraksi volume mengacu pada

jumlah prosentase (%) volume bahan penguat atau reinforcement yang kita

gunakan dalam proses pembuatan komposit.

Perhitungan untuk menentukan fraksi volume campuran komposit:

Keterangan :

Vcomposite = 100% volume total komposit

Vreinforcement = % volume serat/partikel

Vmatrik = % volume matrik/resin

V catalis = % volume katalis (hardener)

Pada komposit yang menggunakan matrik epoksi, pencampuran resin dan katalis

(hardener) menggunakan perbadingan 1 : 1 volume keduanya.

6. Mekanika Komposit

Sifat mekanik bahan komposit berbeda dengan bahan konvensional biasa.

Tidak seperti bahan teknik lainya yang pada umumnya bersifat homogen

isotropik. Bahan komposit cenderung bersifat hetrogen anisotropik atau berbeda

beda tiap titiknya. Ini terjadi karena bahan komposit tersusun atas dua atau lebih

material yang mempunyai sifat mekanis yang berbeda juga. Sifat mekanis bahan

komposit merupakan fungsi dari :

a) Sifat mekanis komponen penyusunnya.

b) Geometri susunan masing masing komponen

c) Inter fasa antar komponen

Mekanika komposit dapat dianalisi dari dua sudut pandang yaitu dengan

analisa mikro dan analisa makro mekanik. Dimana analisa mikro bahan komposit

dengan memperlihatkan sifat sifat mekanik bahan penyusun dan hubungan antara

komponen penyusunya dengan sifat sifat akhir dari komposit yang dihasilkan.

Sedangkan analisis makro mekanis memperlihatkan sifat sifat bahan komposit

secara umum tanpa memperlihatkan sifat maupun hubungan antara komponen

penyusunya (Jones, 1975: 11)

6. 1. Koefisien gesek

Gaya gesekan ini terjadi jika dua buah benda bergesekan, yaitu

permukaan kedua benda bersinggungan. Mekanika terjadinya gesakan adalah

sewaktu benda yang satu bergerak terhadap benda yang lain. Benda yang satu

dan dengan arah berlawanan terhadap gerak benda yang lain. gaya gaya

gesekan akan selalu melawan gerakan yang terjadi. Bahkan dua benda

bersinggungan yang diam atau relatif tidak bergerak juga mengalami gaya

gesek.

Gaya gesekan yang terjadi antara dua permukaan benda yang berada

dalam keadaan relatif diam satu dengan yang lainya disebut gaya gesek statik.

Gaya gesekan statik fs dihubungkan dengan gaya normal (N) yang bekerja

pada benda itu. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada mekanisme gesekan

dalam gambar dibawah ini. (Sutrisno,1981:48)

Gambar 5 : Mekanisme gesekan.

Jika benda mempunyai massa barada pada sebuah bidang horisontal, maka

bidang tersebut akan memberikan gaya reaksi. Gaya reaksi tersebut

dinamakan gaya normal (N) yang arahnya tegak lurus keatas. Apabila benda

yang mempunyai massa itu di beri gaya gerak (Fa), maka akan ada gaya yang

melawan gerak tersebut. Gaya yang melawan gerak itu dinamakan gaya gesek

(fs) arahnya berlawanan dengan arah gaya gerak. Apabila benda tersebut

diberi gaya gerak, maka: massa N = m . g

fs = µs.N ....(2)

Jika benda diam : Fs< fs

Jika benda sesaat bergerak : F ≥ fs

Jika benda bergerak: f = µk N

Ket:

µs > µk

µs = koefisian gesek statis

µk = koefisien gesek kinetik

6. 2. Uji Keausan

Uji keausan adalah suatu pengujian yang dilakukan unuk mengetahui

angka laju ketahanan aus (pengurangan berat dan dimensi) suatu bahan

terhadap pengaruh gesekan dari benda atau material lain.

Keausan menerima pengaruh yang besar dan dan rumit dari laju

pergerakan relatif dan tekanan bidang kontak. Keausan komulatif antara

permukaan halus pada tekanan tetap akan menghasilkan harga maksimum

pada laju pergerakan relatif tertentu. Makin besar kontak makin besar juga

harga maksimum itu.

Keausan korosi bisa disebabkan juga oleh zat kimia dan proses

elektrokimia dari bahan pelumas dan juga ada keausan flet yang menyebabkan

kerontokan oleh retakan lelah lokal karena tegangan yang berulang ulang dari

persentuhan atau kontak yang tegangannya lebih tinggi dari batas elastisnya.

Goresan karena bahan yang keras menyebabkan permukaan kasar,

campuran debu memberikan fenomena abrasi disebut keausan goresan atau

keausan permukaan licin. abrasi antara bidang bisa menyebabkan temperatur

naik karena gesekan yang berulang dan pada akhirnya akan terkikis dan habis.

Mekanisme gesekan pada bahan polimer sangat berbeda dengan

mekanisme logam. Pada logam, koefisien gesekan hampir konstan tidak

terhitung beban luas bidang kontak laju gesekan. Tetapi pada polimer

koefisien gesekan tergantung beban yang bekerja, bidang kontak, dan waktu

kontak. Umumnya cenderung berkurang kalau beban bertambah, karena bahan

menunjukan kelakuan tengah tengah antara deformasi elastik dan deformasi

plastis. (Surdia, 1995:188)

Laju keausan spesifik merupakan angka ketahanan aus sebuah meterial

bila dikenakan gesekan yang berulang dengan beban dan waktu gesekan yang

berubah ubah. Laju keausan spesifik dapat digunakann untuk memprediksi

keausan (pengurangan berat dan dimensi) yang akan terjadi bila sebuah

material mendepatkan gesekan. Skema penggerusan benda uji oleh piringan

penggerus dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 6 : Mekanisme penggerusan benda uji Benda uji

Persamaan untuk menghitung laju keausan spesifik sebuah material yang diuji keausan adalah: o 8.r.Po. 3 B. s w l bo = (mm2/kg) Keterangan:

Ws = laju keausan spesifik (mm2/kg)

B = tebal penggerus (mm)

bo = panjang tergerus (mm)

r = jari jari penggerus (mm)

Po = beban penggerusan (kg)

ℓo = panjang penggerusan (mm)

6. 3 . Uji Tarik

Uji tarik merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar material dapat menerima tegangan atau pembebanan dan juga

seberapa besar pertambahan panjang (elongatioan) yang terjadi.(Horrath. L,

1995: hal 292)

Awal mulanya pengujian ini dilakukan sebagai perhitungan untuk

mengetahui sebaerapa besar kekuatan bahan dalam menerima pembebanan

yang akan akan digunakan perancangan suatu konstruksi baik permesinan atau

bangunan. Dengan adanya pengujian ini, maka penggunan material yang akan ...( 4 )

digunakan akan lebih dan tepat dan juga tidak menimbulkan kerusakan

ataupun kelebihan material dalam suatu konstruksi permesinan dan banguan.

Perhitungan yang dapat digunakan untuk mengetahui tarikan (stress) yang

dialami material dapat dihitung dengan persamaan:

σ= stress atau tegangan (kg/mm2) F = pembebanan maksimal (kg)

A = luas penampang awal: lebar x tebal (mm2)

Dari pengujian tarik ini juga akan didapatkan banyak properti

mekanika kekuatan bahan terhadap tarikan. Properti ini juga sangat berguna

dalam perhitungan untuk merancang konstruksi permesinan dan banagunan.

Properti tersebut adalah:

a) Tegangan normal

b) Tegangan plastis material

c) Tegangan elastis material

d) Tegangan maksimum material menerima baban

e) Tegangan patah (hancur) bahan dalam menerima bahan.

0

A

F

maks

=

6. 4. Uji Impak

Uji impak merupakan pengujian yang dilakukan untuk menentukan

nilai keuletan (toughnees) suatu material bila mendapatkan pembebanan kejut

atau pembebanan secara tiba tiba. Selain itu juga untuk menentukan

perpindahan energi yang terjadi dan juga penyerpan energi oleh material

akibat pembebanan kejut.

Energi kejut yang dapat diserap material dari pengujian impact dapat berupa

(Horrath,1995:hal 359);

• Deformasi plastis material

• Deformasi elastis material

• Efek histeris material

• Kehancuran material

Pengujian impak yang dilakukan menggunakan alat uji impak charpy.

Prinsip dasar dari pengujian ini adalah dengan mengayunkan beban

(pendulum) yang dikenakan pada benda uji. Energi yang yang diperlukan

untuk mematahkan spesimen dihitung langsung dari perbedaan energi

potensial pendulum pada awal dijatuhkan dan akhir setelah menabrak

sepesimen.

Persamaan yang dapat digunakan untuk uji impak Charpy:

tenaga patah :

...( 6 ) Tenaga patah = G . R . (cos β – cos α ) joule

Sedangkan harga keuletan material yang diuji merupakan

perbandingan dari energi yang diperlukan untuk mematahkan material yang

diuji dengan dimensi luasan patahan akibat pengujian ini. Material yang

mempunyai keuletan atau keliatan yang baik biasanya bentuk patahnnya akan

menyerong terhadap arah tumbukan. Selain itu sudut yang akan terbentuk

dalam pengujian impak akan besar :

) (joule/mm patahan penampang luas patah tenaga keuletan harga = 2 ... ( 7 ) Keterangan :

G = berat pendulum x gravitasi (N)

R = radius pendulum (m)

α = sudut ayunan awal sebelum menabrak benda uji β = sudut ayunan akhir setelah menabrak benda uji

BAB III

PENELITIAN

1. Skema Jalanya Penelitian

Untuk memudahkan penelitian agar terencana, maka dibuat skema jalanya

penelitian. Berikut alur skema jalannya penelitian.

PENGADAAN BAHAN Resin epoxy Ampas tebu Pembuatan arang: • Pembakaran arang • Penghalusan arang • Penyaringan arang Pembuatan cetakan Pembuatan komposit

• Pencampuran serbuk arang dengan resin epoksi

• Pencetakan serbuk arang dengan matrik

• Pencetakan dengan variasi volume 50%, 60% & 70%

• Menyiapkan kampas rem Penelitian :

• Uji koefisien gesek

• Uji keausan

• Uji tarik

• Uji impak

• Pengambilan foto pengujian Hasil pengujian & data pengujian

Studi pustaka Kesimpulan

2. Persiapan Bahan 2. 1. Partikel

Pada penelitian komposit partikel ini, material partikel yang

digunakan sebagai bahan penguat (reinforcement) adalah ampas tebu yang

dibuat arang. Ampas tebu ini didapatkan dari sisa penggilingan pabrik gula

PT. Madu Baru-Madukismo, Yogyakarta.

Gambar 8 : Tanaman tebu

Tanaman tebu: tanaman tebu yang berasal dari perkebunan tebu milik

pemerintah atau milik swasta merupakan sumber bahan baku utama yang

dibutuhkan pabrik gula untuk menghasilkan gula.

Gambar 9 : Ampas tebu

Ampas tebu: sisa penggilingan dari batang tanaman tebu yang sudah

diambil sari tebunya diolah untuk menjadi gula pasir. Amapas tebu biasanya

hanya digunakan sebagai bahan bakar boiler, oleh karena itu penulis berusaha

Gambar 10 : Serbuk arang ampas tebu

Partikel arang ampas tebu: ampas tebu sisa penggilingan dioven

dan kemudian disaring menggunakan alat penyaring. Selanjutnya digunakan

untuk bahan penguat (reinforcement) untuk komposit partikel.

Proses pembuatan serbuk arang ampas tebu

• Ampas tebu sisa penggilingan dicuci dengan air, kemudian dijemur dibawah sinar matahari sampai kering.

• Ampas tebu yang sudah kering dimasukan kedalam wadah kaleng dan ditutup rapat, kemudian dioven dengan cara dimasukan kedalam wadah

kaleng yang tertutup rapat selanjutnya dioven dengan bertemperatur

3000C selama 100 menit.

• Setelah 100 menit, kaleng dikeluarkan dari oven dan didinginkan. Selama proses pendinginan tidak membuka penutup kaleng, supaya

arang tidak terbakar dan tidak menjadi abu.

• Setelah dingin, arang ampas tebu digerus dalam kaleng sampai lembut.

• Arang yang sudah lembut kemudian disaring agar terpisah dari partikel kasar.

Setelah arang dari ampas tebu sudah siap untuk digunakan sebagai bahan

tersebut. Nilai densitas arang ini dibutuhkan untuk melakukan perhitungan

perbandingan fraksi volume dalam proses pembuatan komposit. Berikut

langkah langkah dalam mencari nilai densitas arang:

ƒ Menyiapkan gelas ukur volume dan timbangan digital.

ƒ Gelas ukur diisi dengan air sampai volume tertentu dan menimbang arang ampas tebu.

ƒ Volume air dan massa dari arang ampas tebu dicatat.

ƒ Arang ampas tebu dicampur kedalam air dalam gelas ukur.

ƒ Volume dari campuran air dan arang diukur dan dicatat. Selanjutnya melakukan perhitungan sebagai berikut:

Dengan metode seperti diatas, dilakukan percobaan sebanyak empat kali dan

diperoleh data rata rata sebagai berikut:

Vair : 10 ml

Vair + arang : 14.3 ml

Varang : 4.3 ml

marang : 2.0 gram

Setelah volume arang dan massa arang sudah kita dapatkan, maka dapat

mencari nilai densitas arang tersebut dengan persamaan:

arang arang arang V m = ρ (g/mm3) ...(pers. 8) 2 3

0.46 /

3

.

4

0

.

2

mm

gr

mm

gram

arang

= =

ρ

Dari hasil percobaan yang penulis sudah lakukan untuk mencari nilai densiti

dari arang ampas tebu, maka didapat nilai

ρ

arang = 0.46 g/mm3

2. 2. Matrik

matrik yang digunakan sebagai bahan pengikat dalam penelitian

komposit partikel ini adalah resin epoksi. Resin ini didistribusikan oleh PT.

Justus Kimia Raya – Semarang, mempunyai ciri ciri kental dan berwarna

putih bening. Resin epoksi juga disertai katalis atau sering disebut hardener.

Perbadingan pencampuran resin dengan hardener adalah 1 : 1

2. 3. Bahan Tambahan

Dalam proses pembuatan atau pencetakan komposit biasanya akan

menyebabkan lengketnya produk dengan cetakan, maka untuk mengatasinya

digunakan release agent. Bahan tambahan release agent ini berfungsi untuk

mencegah kelengketan produk dengan cetakan pada saat proses pembuatan.

menggunakannya dengan cara mengolesi atau melapisi cetakan dengan

release agent sebelum proses pembuatan komposit. Dengan cara ini akan

memudahkan saat melepasan produk dengan cetakan. Release agent atau zat

pelapis yang digunakan adalah MAA yang biasa digunakan untuk memoles

atau menghaluskan permukaan lantai dan batu.

Dokumen terkait