• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Bahasa Indonesia

4.2.1 Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia baku digunakan dalam ranah pendidikan, pemerintahan, dan keagamaan. Ragam baku ini digunakan dalam situasi-situasi resmi seperti rapat, sambutan, pewara, proses belajar mengajar di dalam kelas, maupun khotbah. Di wilayah Tegal timur, utara, dan selatan menunjukkan adanya persamaan penggunaan bahasa Indonesia baku dalam ranah pendidikan, pemerintahan, dan keagamaan dalam situasi formal. Ciri-ciri penggunaan bahasa Indonesia baku adalah sebagai berikut:

1. penggunaan kalimat yang lengkap sesuai dengan kaidah 2. tidak ada pelesapan unsur-unsur kebahasaan.

3. tidak terinterferensi oleh bahasa daerah.

4. kosakata yang digunakan merupakan kosakata baku.

Berikut bahasan mengenai penggunaan bahasa Indonesia baku dalam ranah pendidikan, keagamaan, dan pemerintahan.

a. Ranah Pendidikan

Penggunaan bahasa Indonesia baku dalam ranah pendidikan biasanya dilakukan oleh guru dalam acara resmi, proses belajar mengajar di dalam kelas, maupun dalam rapat seperti tampak dalam bahasan berikut.

(41) KONTEKS : SAMBUTAN GURU KELAS DALAM ACARA PEMBAGIAN RAPOR DAN KENAIKAN KELAS

P1 : Bapak-Ibu yang saya hormati, sebelumnya saya sampaikan terima kasih

kepada bapak ibu yang telah hadir di sini. Saya mohon maaf apabila selama saya mengajar putra putri bapak-ibu di kelas tiga ini, saya banyak melakukan kesalahan. Nilai tertinggi di kelas ini 745 dan terendah 602. Ini juga ada beberapa siswa yang tidak naik kelas atau tinggal kelas. Bapak Ibu yang putranya tidak naik kelas jangan sakit hati. Putranya jangan dimarahi. Bapak ibu harus membimbing putra-putri bapak ibu.

Tuturan di atas merupakan sambutan guru pada acara pembagian raport dan kenaikan kelas. Karena dalam situasi formal kedinasan maka guru tersebut memilih bahasa Indonesia formal yang ditandai dengan adanya tuturan dengan kalimat yang lengkap dan runtut. Karena latar belakang penutur yang menguasai dua bahasa maka penutur pun beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Alih kode tersebut dimaksudkan untuk memperjelas tuturan. Apabila diungkapkan dalam bahasa Jawa dirasakan oleh penutur kurang mengena di hati hadirin. Bahasa Indonesia baku juga digunakan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas seperti tampak dalam peristiwa tutur berikut.

(42) KONTEKS : PROSES BELAJAR MENGAJAR DI DALAM KELAS ANTARA GURU DAN MURID

P1 : Anak-anak pada siang hari ini kita akan membahas pelajaran PPK Tentang proses perumusan pancasila. Sudah siap mengikuti pelajaran? Seperti halnya yang sudah kamu ketahui bahwa pancasila itu sebagai apa? P2 : Lambang negara.

P1 : Lambang negara? Masa kelas enam tidak bisa. P2 : Dasar negara.

P1 : Kalau lambangnya apa? P2 : Burung garuda.

P1 : Kelihatannya remeh tapi kalau tidak ditanamkan di hati kamu pasti kamu

akan lupa. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia. Kalau dulu ada yang namanya P4. Butir-butir pancasila harus hafal. Sekarang sudah tidak ada lagi. Kamu tentunya sudah hafal pancasila sejak kelas satu ya. Satu ketuhanan yang Maha Esa. Pelajaran kelas enam sebenarnya mengulang pelajaran kelas lima. Buku-buku kamu waktu kelas lima jangan dibuang dulu. Nanti dipelajari lagi.

Peristiwa tutur di atas terjadi di dalam kelas antara guru dan murid kelas enam SD. Dalam tuturan di atas tampak P1 menggunakan bahasa Indonesia baku yang terlihat dari kalimat-kalimatnya yang lengkap, runtut, tidak ada pelesapan unsur-unsur kebahasaan, tidak ada interferensi bahasa ibu, tidak ada campur kode dan alih kode. Pada murid-murid kelas enam SD biasanya sudah menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, sehingga dalam proses belajar mengajar, guru dalam memberikan pelajaran menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ragam baku digunakan oleh pewara dalam ranah pendidikan pada waktu rapat seperti tampak dalam tuturan berikut.

(43) KONTEKS : PRANATA CARA DALAM RAPAT KOORDINASI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

P1 : Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh, Yang terhormat Bapak/Ibu wakil Kepala sekolah,

Yang kami hormati Bapak/Ibu Guru serta tamu undangan

Alhamdulillah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Sehingga pada pagi hari ini, senin, 27 juni 2011 kita bisa hadir PPDB tahun 2010/2011.

Acara pada rapat ini sebagai berikut. Acara pertama pembukaan, acara kedua sambutan dari kepala sekolah, acara ketiga penjelasan lain-lain yang berkenaan dengan PPDB, dan acara terakhir penutup. Selanjutnya sambutan dari Kepsek yang diwakili oleh Wakasek, Bapak Sutrisno. Kami persilahkan.

Tuturan di atas diucapkan oleh pewara dalam rapat di sekolah. Pemilihan kode bahasa Indonesia baku oleh pewara karena tuturan tersebut terjadi dalam situasi formal kepedidikan sehingga wajib menggunakan bahasa Indonesia baku. Penggunaan kalimat yang lengkap dan runtut oleh pewara merupakan ciri bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku juga digunakan dalam rapat dalam ranah pendidikan seperti tampak dalam tuturan berikut.

(44) KONTEKS : RAPAT KOORDINASI PENERIMAAN PPDB

P1 : Mohon maaf hari ini bapak Kepala Sekolah tidak bisa hadir di tengah kita

karena hari ini beliau ada di Jakarta. Untuk itu mohon maaf apabila beliau tidak bisa mmeberikan pengarahan. PPDB sedianya akan diadakan besok pagi, selasa, tanggal 28 juni. Rabu tanggal merah berarti libur. Selanjutnya akan dilanjutkan pada hari kamis dan jumat. Untuk PPDB mohon maaf nggih. Ini programnya Sarpras, ada pembongkaran tiga ruang. Ini baru dua ruang yang dibongkar.

Mudah-mudahan panjenengan sebagai petugas PPDB mulai dari petugas meja, seleksi , pengumuman, sampai daftar ulang semuanya berjalan dengan lancar. Sekarang robelnya berkurang dari 40 menjadi 36. Ruang yang disediakan 9. Penerimaan tidak menggunakan seleksi tapi perangkingan ditambah dengan prestasibaik tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten. Selanjutnya teknik PPDB akan disampaikan oleh Ibu Umi.

P2 : Saya akan menyampaikan penjelasan teknik PPDB meskipun setiap tahun

sudah ada. Pendaftaran PPDB akan dimulai hari selasa, 28 Juni sampai hari jumat, 1 juli 2011. Pengumuman diterima atau tidaknya tanggal 6 Juli 2011. Bagi yang

diterima daftar ulang dilaksanakan hari kamis dan jumat, tanggal 7-8 Juli. Hari Sabtu, 9 Juli itu adalah persiapan MOS. Untuk siswa baru ada MOS tiga hari. Senin sampai Rabu. Sesuai dengan transparasi setiap hari dibuatkan jurnal yang harus di tempel di papan pengumuman. Untuk petugas ruang pendaftaran, kita merencanakan dari ruang A sampai ruang P. Mudah-mudahan tidak sampai P. Satu ruang diisi oleh 40 siswa tapi yang diterima 36 siswa. Kuotanya 36 kali 9 kelas. Syarat-syarat pendaftaran sebagai berikut.

1. Menyerahkan fotokopi ijazah yang dilegalisir. 2. Usia maksimal 18 tahun.

3. SK HUASBN

4. Foto ukuran 4x6 sebanyak tiga lembar.

5. Stopmap warna hijau untuk laki-laki dan warna biru untuk perempuan.

Barangkali ada masukan dari Bapak/Ibu? P3 : Piagam berlaku untuk berapa tahun?

P2 : Tiga tahun terakhir mulai juli 2008. Kalau yang piagamnya januari 2008, mohon maaf tidak diterima. Barangkali ada pertanyaan lain

P4 : Daftar ulang di ruang berapa?

P2 : Ruang F. Bapak ibu dimohon untuk memakai pakaian dinas karena kita akan berhadapan dengan masyarakat dalam situasi formal.

Peristiwa tutur di atas terjadi dalam ranah pendidikan tentang rapat koordinasi PPDB. Dalam peristiwa tutur tersebut tampak penggunaan bahasa Indonesia baku yang diucapkan oleh P1, P2, P3, dan P4. Semula P1 menyampaikan sambutannya selaku wakil Kepala Sekolah. P1 menggunakan bahasa Indonesia baku. P2 yang merupakan pemimpin rapat, menyampaikan tuturannya dengan menggunakan bahasa Indonesia baku. P3 dan P4

menanggapi dengan menggunakan bahasa Indonesia baku. Pemilihan bahasa Indonesia baku oleh peserta tutur karena peristiwa tutur tersebut terjadi dalam situasi formal kedinasan. Kalimat-kalimat yang diucapkan oleh peserta tutur merupakan kalimat yang lengkap dan sesuai dengan kaidah.

b. Ranah Keagamaan

Dalam ranah keagamaan, bahasa Indonesia baku digunakan khotib ketika sedang khotbah jumat di masjid seperti tapak dalam tuturan berikut.

(45) KONTEKS : KHOTBAH JUMAT OLEH KHOTIB

P1 : Marilah senantiasa meningkatkan takwa kepada AllAh Swt. Dengan mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepadaNya atas segala limpahan karunia serta nikmat yang telah diberikan kepada kita semua.

Setiap manusia diwajibkan untuk menjaga dirinya sendiri dan orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya, menjaga dari gangguan, dan menjaga dalam artian memberi nafkah untuk hidupnya berupa makanan, minuman, pakaian, atau sarana-saran yang dapat mendukung kehidupan dan lain-lain.

Kebutuhan akan nafkah dicari dengan cara bekerja yang halal, bekerja dengan niat yang ikhlas merupakan bentuk lain daripada beribadah, dan juga bekerja dengan tawakal (pasrah diri kepada Allah swt).

Tuturan di atas terjadi dalam khotbah Jumat pada situasi formal. Pemilihan bahasa Indonesia ragam baku dilakukan oleh penutur karena peristiwa tutur tersebut terjadi pada saat khotbah yang merupakan pidato resmi dalam ranah keagamaan. Penggunaan kalimat yang lengkap dan runtut, tanpa adanya penggalan-penggalan unsurr-unsur kebahasaan oleh penutur menunjukkan adanya ragam baku tersebut. Dalam ranah keagamaan, penggunaan bahasa Indonesia baku juga tampak dalam peristiwa tutur berikut.

(46) KONTEKS : PERISTIWA TUTUR DALAM PENGAJIAN IBU-IBU P1 : Menginjak acara berikutnya, sambutan dari tuan rumah. Kepada Ibu

Kartimah, kami persilahkan.

P2 : Terima kasih atas waktu yang diberikan pada saya. Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh. Ibu-ibu saya sebagai tuan rumah

mengucapkan terima kasih karena ibu-ibu telah menyempatkan waktu untuk menghadiri acara pengajian di rumah saya. Tak lupa saya minta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyediaan tempat maupun hidangan kurang berkenan di hati ibu-ibu. Sekali lagi saya mohon maaf, Bu.

Peristiwa tutur di atas terjadi antara pewara yang mempersilahkan tuan rumah untuk menyampaikan sambutannya dalam acara pengajian ibu-ibu muslimat. Dalam acara pengajian dalam ranah agama biasanya pewara menggunakan bahasa Indonesia baku. P2 yang merupakan tuan rumah juga memeberikan sambutannya dengan menggunakan bahasa Indonesia baku. Pemilihan bahasa Indonesia baku oleh tuan rumah untuk menghormati tamunya yaitu peserta pengajian. Pemilihan bahasa Indonesia baku oleh P1 dan P2 karena pengajian tersebut terjadi dalam situasi resmi keagamaan. Dalam acara pengajian, pewara menggunakan bahasa Indonesia baku seperti tampak dalam tuturan berikut.

(47) KONTEKS : PRANATA CARA DALAM RANGKA PERINGATAN ISRA MIRAJ NABI MUHAMMAD SAW

P1 : Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Yang terhormat Kepala desa Lebeteng beserta perangkatnya, Yang kami hormati, para alim ulama desa Lebeteng

Yang kami hormati, bapak Kyai Haji Abdul Hadi, Yang kami hormati, para tamu undangan,

Serta hadirin dan hadirat yang kami muliakan,

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah subhanahuwata‟ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga pada malam hari ini dapat berkumpul kembali dalam acara peringatan isra miraj nabi besar Muhammad Saw. yang bertempat di Masjil Baitul Muttaqin.

Solawat serta salam semoga tetap kita limpahkan pada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw. beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa kita dari jalan yang gelap ke jalan yang terang. Baiklah untuk menyingkat waktu akan saya bacakan acara yang akan berlangsung pada malam ini. Acara pertama pembukaan, acara kedua pembacaan ayat-ayat suci alquran dilanjutkan dengan solawat nabi, acara ketiga sambutan-sambutan, acara keempat hikmah peringatan isra miraj dan acara terakhir doa penutup. Untuk membuka acara ini, marilah kita bersama-sama membaca umul kitab.

Tuturan di atas diucapkan oleh pewara dalam acara peringatan isra miraj nabi Muhammad dalam ranah keagamaan. Pemilihan bahasa Indonesia baku oleh pewara acara karena acara tersebut merupakan acara resmi. kalimat-kalimat yang digunakan oleh pewara tampak lengkap dan sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia baku. Biasanya penutur telah mempersiapkannya terlebih dahulu sehingga bahasa yang digunakan pun tampak bagus dan enak didengar tanpa banyak kesalahan dari segi kebahasaan.

c. Ranah Pemerintahan

Dalam ranah pemerintahan, bahasa Indonesia digunakan dalam rapat-rapat kedinasan seperti tampak dalam data berikut.

(48) KONTEKS : PENGARAHAN DARI KEPALA DESA TENTANG PAMSIMAS P1 : Assalamualaikum warohmatullohiwabarokatuh

Yang kami hormati segenap perangkat desa Munjungagung

Yang kami hormati para ketua RW dan Ketua RW desa Munjungagung

Pada hari ini kita akan mengadakan rapat PAMSIMAS yaitu pengadaan air bersih dan sanitasi masyarakat. Kita tentu sudah mengetahui bahwa di wilayah kita ada daerah-daerah tertentu yang belum memenuhi standar hidup bersih. Standar hidup bersih itu dilihat dari penggunaan airnya karena air merupakan sarana yang sangat vital bagi kita. Di beberapa RT terutama di RT 2 RW 3 airnya tidak jernih belum memenuhi standar kesehatan. Hal ini tentu akan berbahaya bila tetap dikonsumsi. Untuk itu, kami sebagai pemimpin desa, mengusahakan solusi untuk pengadaan air bersih tersebut. Demikian juga dengan sanitasi terutama yang berhubungan dengan MCK yaitu mandi cuci dan kakus. Di RT 1 RW 1 banyak warga yang buang air besar di sier. Untuk itu kami akan mengusahakan pembuatan jamban untuk umum.

Tuturan di atas diucapkan oleh seorang kepala desa ketika memimpin rapat PAMSIMAS. Dalam tuturan di atas tampak penggunaan bahasa Indoensia baku yang bisa dilihat dari kalimat-kalimat yang dipilih oleh kepala desa. Kalimat-kalimat tersebut diucapkan dengan bahasa yang lengkap tanpa adanya pelesapan-pelesapan unsur-unsur kebahasaan. Pemilihan bahasa Indonesia baku oleh kepala desa karena peristiwa tutur tersebut terjadi dalam situasi resmi yaitu rapat.

Dokumen terkait