• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokas

BAHASAN UMUM

Unit Pendidikan Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) sebagai Sentra Bibit Domba

Domba UP3J merupakan domba lokal yang mampu beradaptasi dan berkembang pada lingkungan panas dan kering. Domba UP3J telah mengalami proses seleksi alam sejak tahun 1980 pada lingkungan kering dan kondisi pakan yang jelek. Ciri-ciri umum domba UP3J antara lain memiliki ekor tipis dan tidak berlemak, telinga berukuran kecil sampai medium, bentuk hidung datar, domba betina tidak bertanduk, bulu biasanya berwarna putih, belang hitam dan banyak bercak hitam di sekitar mata dan hidung. Produktivitas induk domba UP3J umur 1- 4 tahun pada musim kering dengan suhu lingkungan antara 220C-350C antara lain memiliki rata-rata bobot badan 24±4 kg, mampu melahirkan anak 1,27±0,44 ekor/induk, rata-rata produksi susu selama 16 minggu laktasi 415±135 g/hari, total bobot lahir dan total bobot sapih umur 2 bulan masing-masing sebesar 2,48±0,827 dan 6,12±1,92 kg/induk.

Usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu genetik domba UP3J melalui pengembangbiakan ternak-ternak yang memiliki potensi genetik baik dapat dilakukan dengan cara seleksi terhadap induk domba. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa untuk melakukan seleksi terhadap induk sebaiknya dilakukan pada induk-induk muda umur 1-1,5 tahun berdasarkan kriteria bobot badan dan produksi susu. Agar proses seleksi dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan hasil yang optimal, diperlukan beberapa tahapan di lokasi Unit Pendidikan Penelitian dan Peternakan jonggol, Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB).

1. Perbaikan sarana dan prasarana di UP3J

Peningkatan produktivitas ternak diawali dengan perbaikan sarana dan prasarana seperti padang penggembalaan, kandang, laboratorium, air dan fasilitas jalan. Perbaikan padang penggembalaan dapat dilakukan dengan peremajaan rumput padang penggembalaan, perbaikan pengelolahan padang penggembalaan, perbaikan pagar padang penggembalaan, pemupukan secara intensif dan pengembangan tanaman leguminosa. Sistem pemeliharaan dan pengandangan ternak dengan mengelompokan ternak

yang sedang bunting, melahirkan/laktasi dan pertumbuhan. Untuk menghindari perkawinan antar kerabat kelompok domba jantan dewasa dipisah dari kelompok betina dewasa baik saat di padang penggembalaan maupun di dalam kandang.

2. Seleksi ternak betina

Seleksi terhadap domba betina muda yang dilahirkan di lokasi UP3J dilakukan berdasarkan kriteria kondisi fisik yang sehat, bebas dari abnormalitas, dan pertumbuhannya baik. Seleksi pertumbuhan secara sederhana dapat dilakukan dengan mencatat bobot lahir, bobot sapih dan bobot sampai dengan umur 1 tahun. Sebanyak 40% dari jumlah betina muda yang terbaik digunakan sebagai pengganti sejumlah induk domba yang di afkir karena alasan tertentu. Sisanya dapat dijual sebagai sumber bibit untuk peternak lokal atau daerah lain. Jumlah induk di UP3J sebaiknya dipertahankan dalam jumlah mudah dikontrol dan menghasilkan pendapatan dari penjualan setiap tahunnya. Induk yang tua dapat diafkir setelah berumur 4 tahun. Kriteria seleksi berdasarkan sifat kuantitatif pada ternak domba UP3J betina hasil penelitian disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19 Kriteria seleksi domba UP3J betina dewasa umur 1,0-1,5 tahun

Parameter Rataan ± sb

Bobot badan (kg) Produksi susu (g/hari) Total bobot lahir (kg/ekor) Total bobot sapih(kg/ekor)

21,42 ± 3,52 330 ± 120 2,06 ± 0,82 4,99 ± 1,54

Dalam melaksanakan seleksi dilakukan pemilihan sekelompok induk domba yang mempunyai produksi lebih tinggi dari rataan populasinya.

3. Seleksi ternak jantan

Seleksi terhadap domba jantan muda yang dilahirkan setiap periode dilakukan berdasarkan kriteria kondisi fisik sehat dan tidak cacat, pertumbuhan baik. Seleksi tahap pertama dapat dilakukan dengan cara memilih sebanyak 40% jumlah ternak jantan saat disapih untuk dipelihara sampai umur 1 tahun (dewasa), sisanya 60% dapat digemukan untuk dijual..

pada umur 1 tahun ternak yang terseleksi tahap pertama diseleksi lagi berdasarkan bobot badan serta tes kemampuan reproduksi dan kemampuan kawinya (kopulasi). Hanya 10-20% dari domba jantan pada seleksi kedua ini yang akan digunakan untuk sumber bibit di lokasi UP3J sebagai calon pengganti pejantan. Sedangkan sisanya dapat disebarkan kepada petani diluar lokasi UP3J.

4. Perkawinan

Setelah melakukan seleksi (pemilihan) terhadap induk-induk domba UP3J untuk dijadikan bibit yang memiliki produktivitas tinggi, dilanjutkan dengan perkawinan. Sistem perkawinan yang digunakan untuk meningkatkan mutu genetik domba UP3J dapat dilakukan dengan cara melepas pejantan- pejantan unggul kedalam kelompok betina unggul di padang penggembalaan yang telah berpagar rapat. Jumlah pejantan dan betina dewasa hasil seleksi di dalam populasi tetap dipertahankan dengan perbandingan 1:25.

Pengelompokan wilayah perlu dilakukan dalam mengembangkan ternak domba, agar kemurnian sumber daya genetik domba UP3J tetap terjaga.

1. Wilayah Sumber Bibit

Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) berpotensi dijadikan sebagai wilayah sumber bibit murni ternak domba lokal galur domba ekor tipis yang tahan terhadap lingkungan yang panas. Pada wilayah sumber bibit ini sebaiknya dilakukan pelestarian secara in-situ dengan menutup wilayah tersebut terhadap pemasukan bangsa domba lain maupun bangsa yang sama dari wilayah lain. Upaya perbaikan mutu genetik untuk peningkatan produktivitas domba dilakukan melalui program seleksi dalam bangsa.

2. Wilayah Produksi

Potensi pengembangan domba UP3J di luar daerah-daerah sentra populasi domba cukup tinggi terutama pulau Sumatera dan daerah-daerah lain di Indonesia yang memiliki sumber pakan melimpah terutama di lahan

perkebunan kelapa sawit. Pengembangan domba UP3J pada perkebunan kelapa sawit memiliki potensi yang cukup besar, tingginya daya dukung hijauan yang eksis pada perkebunan sawit, hasil ikutan pabrik seperti bungkil inti sawit (palm cernel cake); lumpur sawit (soleyid decanter) dan hasil ikutan di kebun seperti daun dan pelepah sawit dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Batubara 2003). Wilayah produksi digunakan pengembangbiakan domba UP3J untuk tujuan komersil, menggunakan teknik-teknik perkawinan silang dan penggemukan. Keuntungan utama persilangan adalah hybrid vigor atau heterosis, yaitu jika seekor induk dikawinkan dengan pejantan dari bangsa yang berbeda, turunannya akan lebih baik performanya untuk sifat-sifat tertentu daripada tetuanya. Persilangan (Crossbreeding) dengan domba garut pada wilayah produksi merupakan salah satu cara untuk peningkatan mutu genetik domba yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas. Kemajuan potensi genetik akan lebih cepat tercapai jika program pemuliaan dilakukan dengan persilangan yang diiringi dengan seleksi (Gatenby, 1991).

Tabel 20 Produktivitas hasil persilangan antara domba UP3J dan garut

Peubah UP3J Garut UP3J-Garut

Bobot induk (kg) 21,42* 30** 25,71 Kelahiran (ekor/induk) 1,21* 1,8** 1,51 Produksi susu (g/hari) 330* 815*** 572,5 Sumber : * hasil penelitian

** Nafiu 2003

*** Manalu dan Sumariyadi 1998

Hasil persilangan induk UP3J dengan pejantan domba garut menghasilkan proporsi darah 50% domba UP3J dan 50% domba garut yang berpotensi dapat meningkatkan bobot badan, jumlah anak sekelahiran dan produksi susu induk dengan asumsi lingkungan yang sama (Tabel 20). Hal ini menunjukkan domba UP3J dapat ditingkatkan dengan melakukan penyilangan dengan domba garut.

 

SIMPULAN

1. Umur induk berpengaruh sangat nyata terhadap bobot badan, produksi susu, total bobot lahir dan total bobot sapih induk domba UP3J.

2. Induk domba jonggol mencapai produktivitas tertinggi pada saat induk mencapai umur 3-4 tahun (I3), namun setelah umur 4-5 tahun (I4) produktivitas

induk mulai menurun.

3. Bobot badan dan produksi susu pada induk domba UP3J memiliki tingkat keragaman yang tinggi dalam populasi, sehingga akan efektif untuk digunakan sebagai kriteria seleksi.

4. Seleksi pada induk domba UP3J berdasarkan bobot badan dan produksi susu terbaik dilakukan pada umur 1-1,5 tahun (I1).

Dokumen terkait