• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHASAN UTAMA

Dalam dokumen Volume 1, No. 1, Januari 2015 ISSN (Halaman 33-36)

MASALAH GEOMETRI

BAHASAN UTAMA

Dalam menerima informasi, subjek VL, VP, AL, AP, KL, dan KP dapat mengakses informasi pada saat membaca soal beberapa kali serta keenam subjek dapat mengetahui inti masalah dari soal yang diberikan. Dalam menyimpan informasi, semua subjek juga dapat membuat argumen-argumen yang logis ketika memberikan alasan antara pernyataan yang ada di soal dengan gambar yang ada serta dapat menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah tersebut pada saat menemukan informasi yang tidak ditampilkan di soal. Dalam memanggil kembali informasi, semua subjek dapat mendeskripsikan soal yang diberikan dengan bahasanya sendiri pada saat menjelaskan maksud soal.

Pada tahapan menyusun rencana, proses berpikir yang muncul dalam menyusun rencana ada tiga, yaitu mengolah informasi, menyimpan informasi, dan memanggil kembali informasi. Dalam mengolah informasi, subjek VL, VP, AL, AP, KL, dan KP mengingat-ingat masalah yang serupa dengan soal yang diberikan pada saat membandingkan informasi pada soal dengan pengetahuan yang dimilikinya. Subjek VL, VP, KL, dan KP dalam mengolah informasi juga dapat menggunakan keterampilan berpikir sistematis ketika menjelaskan rencana penyelesaian sesuai dengan urutan, tahapan, dan langkah-langkah yang tepat. Sedangkan hanya subjek VL dan KP dalam mengolah informasi yang menggunakan keterampilan berpikir kreatif dalam mencari sudut x dengan menggunakan cara lain. Dalam menyimpan informasi, semua subjek dapat menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah tersebut dan hanya subjek VL, VP, dan KP yang dapat membuat argumen-argumen yang logis terhadap besarnya sudut lipatan. Dalam memanggil kembali informasi, hanya subjek KP yang tidak dapat membuat masalah yang serupa dengan soal yang diberikan. Pada tahapan melaksanakan rencana penyelesaian, proses berpikir yang muncul dalam melaksanakan rencana penyelesaian ada tiga, yaitu menerima informasi, mengolah informasi, dan menyimpan informasi. Dalam menerima informasi, subjek

VL, VP, AL, AP, KL, dan KP mengetahui inti masalah dari soal yang diberikan. Sedangkan hanya subjek AL yang tidak menyelesaikan soal sesuai rencana yang dibuat sebelumnya. Dalam mengolah informasi, semua subjek mengaitkan informasi yang ada di soal dengan pengetahuan yang dimilikinya. Sedangkan dalam menyimpan informasi, hanya subjek VL, VP, KL, dan KP yang dapat membuat argumen-argumen yang logis terhadap besarnya sudut lipatan.

Pada tahapan memeriksa kembali, proses berpikir yang muncul dalam melaksanakan rencana penyelesaian ada tiga, yaitu menerima informasi, mengolah informasi, dan menyimpan informasi. Dalam menerima informasi, subjek VL, VP, AL, AP, KL, dan KP mengetahui inti masalah dari soal yang diberikan. Dalam mengolah informasi, hanya subjek AL yang tidak menggunakan keterampilan berpikir kritis dalam melakukan pengecekan hasil yang telah dikerjakannya. Dalam menyimpan informasi, semua subjek membuat argumen-argumen yang logis ketika melakukan pengecekan hasil jawaban.

PENUTUP

Secara umum, untuk subjek VL, semua indikator proses berpikir pada setiap tahap pemecahan masalah G. Polya yang meliputi tahap memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali terpenuhi, sehingga dapat dikatakan bahwa proses berpikir subjek VL sangat baik dalam pemecahan masalah geometri. Untuk subjek VP, semua indikator proses berpikir pada setiap tahap pemecahan masalah G. Polya yang meliputi tahap memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali juga terpenuhi, sehingga dapat dikatakan bahwa proses berpikir subjek VP sangat baik dalam pemecahan masalah geometri. Untuk subjek AL, semua indikator proses berpikir sudah terpenuhi pada tahap memahami masalah. Sedangkan pada tahap menyusun rencana, ketika mengolah informasi subjek AL tidak dapat berpikir sistematis dalam menguraikan rencana penyelesaian, serta ketika menyimpan informasi tidak dapat membuat argumen-argumen yang logis terhadap besarnya sudut lipatan. Pada tahap melaksanakan rencana, ketika menyimpan informasi subjek AL juga tidak dapat membuat argumen-argumen yang logis terhadap besarnya sudut lipatan. Pada tahap memeriksa kembali, ketika mengolah informasi subjek AL tidak dapat menggunakan keterampilan berpikir kritis dalam melakukan pengecekan terhadap hasil yang telah dikerjakannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses berpikir subjek AL kurang baik dalam pemecahan masalah geometri. Untuk subjek AP, semua indikator proses berpikir sudah terpenuhi pada tahap memahami masalah dan memeriksa kembali. Sedangkan pada tahap menyusun rencana, ketika mengolah informasi subjek AP tidak dapat berpikir sistematis dalam menguraikan rencana penyelesaian, serta ketika menyimpan informasi tidak dapat membuat argumen-argumen yang logis terhadap besarnya sudut lipatan. Pada tahap melaksanakan rencana, ketika menyimpan informasi subjek AP juga tidak dapat membuat argumen-argumen yang logis terhadap besarnya sudut lipatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses berpikir subjek AP cukup baik dalam pemecahan masalah geometri. Untuk subjek KL, semua indikator proses berpikir pada setiap tahap pemecahan masalah G. Polya yang meliputi tahap memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali terpenuhi, sehingga dapat dikatakan bahwa proses berpikir subjek KL sangat baik dalam pemecahan masalah geometri. Untuk subjek KP, semua indikator proses berpikir pada setiap tahap pemecahan

masalah G. Polya yang meliputi tahap memahami masalah, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali terpenuhi, sedangkan pada tahap menyusun rencana, ketika memanggil kembali informasi subjek KP tidak dapat membuat membuat masalah yang serupa dengan soal yang diberikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses berpikir subjek KP baik dalam pemecahan masalah geometri.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard L. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. 2004. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Gunawan, Adi W. 2004. Genius Learning Strategy Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning. Jakarta: Gramedia.

Krutetskii, V. A. 1976. The Psychology of Mathematical Abilities in School Children. Chicago and London: The University of Chicago Press.

Kuswana, Wowo Sunaryo. 2011. Taksonomi Berpikir. Bandung: Rosdakarya.

Laili, Nur H. 2009. Proses Berpikir Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Gaya Belajar dan Perbedaan Gender. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

Polya, G. 2014. How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Methods, Paperback edition. New Jersey: Princeton University Press.

Siswono, Tatag Y E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press.

Slavin, Robert E. 2006. Educational Psychology: Theory and Practice, 8th edition. New Jersey: Pearson.

_______. 2011. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks.

Soenarjadi, Gatot. 2011. Profil Pemecahan Masalah Geometri Siswa MTs Ditinjau dari Perbedaan Gaya Belajar dan Perbedaan Gender. Makalah tidak diterbitkan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

Safiil Maarif dan Rifa Nurmilah: Komunikasi Matematika… | 28

KOMUNIKASI MATEMATIKA TERTULIS DALAM

Dalam dokumen Volume 1, No. 1, Januari 2015 ISSN (Halaman 33-36)

Dokumen terkait