• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahaya Longsor Sampah di TPA Putri Cempo

Dalam dokumen Umbu Damar Yudhistira (Halaman 46-52)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Bahaya Longsor Sampah di TPA Putri Cempo

Jumlah sampah di TPA Putri Cempo pada tahun 2010 adalah 91.602.360 kg. Dengan rata- rata tiap bulan 250.965 kg, TPA Putri Cempo menerima sampah dari seluruh penjuru Surakarta yang penduduknya berjumlah 503.421 pada tahun 2010. TPA Putri Cempo sendiri memiliki luas lahan 17 ha, yang digunakan untuk penumpukan sampah sekitar 13 ha.

Gambar 4.2 Keadaan Tumpukan Sampah di TPA Putri Cempo

Sejak berdiri tahun 1985 sampah di TPA Putri Cempo terus menumpuk tanpa adanya pengurangan sampah yang berarti, dengan umur rencana 15 tahun seharusnya TPA Putri Cempo sudah tidak dapat digunakan sejak tahun 2000

commit to user

35

TPA lain yang dapat menampung jutaan kilogram sampah dari kota Surakarta, ini mengakibabkan penumpukan berlebihan hingga menggunung.

Perhitungan daya tampung TPA Putri Cempo

Luas lahan TPA = 13 Ha = 130.000 m2

Tinggi timbunan rencana = 5 m

Umur rencana = 15 tahun

Faktor padat = 1500 kg/m3

Kapasitas daya tampung TPA = L TPA x t rencana

= 130.000 m2 x 5 m

= 650.000 m3

Jumlah sampah rencana per tahun = Daya tampung : tahun

= 650.000 : 15

= 43.333,33 m3

Konversi kg ke m3 = Jumlah sampah x Faktor padat

= 43.333,33 m3 x 1500 kg/m3

= 65.000.000 kg

Jadi menurut perhitungan daya tampung yang direncanakan TPA Putri Cempo untuk 15 tahun mulai dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2000 adalah 650.000

m3, tapi kenyataanya tentu lebih besar dari 650.000 m3. Walau sudah melebihi

umur rencana dan overload tapi hingga sekarang TPA Putri Cempo tetap di

gunakan, untuk mengetahui jumlah sampah yang masuk ke TPA Putri Cempo setelah melebihi umur rencana yaitu tahun 2001-2010 jumlah sampah yang masuk ke TPA Putri Cempo seperti pada Tabel 4.1 berikut

No. Tahun Jumlah (kg) ∑ Kumulatif

1 2001 82.081.200 82.081.200

2 2002 72.900.568 154.981.768

4 2004 81.025.660 314.835.618 5 2005 81.880.284 396.715.902 6 2006 78.103.070 474.818.972 7 2007 81.654.278 556.473.250 8 2008 80.493.520 636.966.770 9 2009 84.090.780 721.057.550 10 2010 91.602.360 812.659.910 Total 812.659.910

Sumber : Dinas PU (Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan Kotamadya Surakarta) 2010

Total jumlah sampah yang masuk ke TPA Putri Cempo tahun 2001 sampai 2010 adalah 812.659.910 kg.

Tinggi timbunan sampah yang terjadi tahun 2001 sampai 2010

Luas area tumpukan sampah = 13 Ha = 130.000 m2

Jumlah sampah = 812.659.910 kg Konversi dari kg ke m3 = padat faktor sampah jumlah = 1500 0 812.659.91 = 541.773,27 m3

Tinggi tumpukan sampah = jumlah sampah

luas area tumpukan

= 2 3 m 000 . 130 m 541.773,27 = 4,17 m

Dengan demikian pertambahan tinggi sampah pada tahun 2010 mencapai 4,17m dari tinggi rencana sampah. Menurut perhitungan tinggi rencana tumpukan sampah tahun 1985 hingga 2000 adalah 5m. Jadi perhitungan total tinggi tumpukan sampah pada tahun 2010 adalah 9,5m.

commit to user

37

Bila TPA Putri Cempo tetap digunakan untuk menampung sampah, ini akan sangat berbahaya terhadap longsor sampah. Menurut Adrin Tohari (Puslit Geoteknologi), timbunan sampah yang terlalu banyak dan tinggi dari lapisan batuan/tanah dasar dapat menimbulkan beban berlebih di bagian bawah timbunan sehingga dapat mengganggu kestabilan timbunan tersebut terutama di saat musim hujan. Karena pada saat musim hujan beban sampah akan makin bertambah oleh air yang mengendap di tumpukan sampah.

4.4.2 Kestabilan Lereng Tumpukan Sampah

Tumpukan sampah sangat berlebih di TPA Putri Cempo memerlukan penanganan serius tentang kestabilan lereng tumpukan sampah. Di TPA Putri Cempo sendiri penanganan kestabilan lereng dengan sistem terasering dan pemadatan, yaitu lereng tumpukan sampah dibuat saling bertumpuk dan membentuk seperti tangga dengan kemiringan tertentu lalu dipadatkan dengan alat berat. Dengan sistem ini diharapkan lereng tumpukan sampah menjadi stabil.

Namun dalam kenyataannya tidak demikian, pertambahan jumlah sampah yang sangat pesat tiap harinya dan luas lahan yang tidak memadai menjadikan metode ini sukar diterapkan. Sampah di TPA Putri Cempo hanya di timbun saling menumpuk begitu saja dengan tidak memperhatikan keadaan lereng tumpukan sampah, pemadatan pun jarang dilakukan karena alat berat yang dimiliki di khususkan untuk pemindahan dan perataan sampah, jumlah alat berat yang dimiliki TPA Putri Cempo juga terbatas.

Mengacu pada longsor sampah yang terjadi di TPA Leuwigajah, sudut kemiringan

tebing tumpukan sampah yang mencapai 70-80o dari dasar tanah sangat rawan

terhadap longsor sampah. Pada waktu hujan, air hujan mengalir melalui lereng- lereng tumpukan sampah dan bila lereng sampah tidak stabil akan menyebabkan sampah ikut hanyut dalam aliran air, bila sampah yang ikut terbawa hanyut ini berjumlah banyak sangat dimungkinkan terjadinya longsor.

4.4.3 Perlakuan terhadap sampah di TPA

Pengolahan sampah di TPA Putri Cempo dulu di lakukan dengan sistem sanitary

landfill tetapi sekarang di gunakan open dumping. Hal tersebut di lakukan karena

pada sistem sanitary landfill di perlukan tanah sebagai penutup sedangkan harga

tanah semakin hari semakin mahal sehingga membutuhkan biaya yang cukup

besar. Pada sistem open dumping , sampah hanya di timbun terus menerus tanpa

memakai tanah penutup.

Sistem operasi pembuangan sampah yang diterapkan di TPA Putri Cempo adalah dimulai dari truk yang membawa sampah ke TPA Putri Cempo di sini truk terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui jumlah sampah yang di angkut. Setelah itu truk menurunkan sampahnya di bagian penumpukan sampah awal,

kemudian dengan wheelloader sampah di dorong dan di kumpulkan ke bagian

bawah tumpukan sampah, dengan excavator sampah di angkat ke atas tumpukan

sampah, selanjutnya bulldozer meratakan sampah baru di atas tumpukan lama.

Dengan sistem open dumping menyebabkan sampah hanya ditumpuk tanpa

adanya perlakuan khusus terhadap sampah seperti pemadatan sampah, ini sangat penting, menurut Dr. Edi Utomo Ahli Geofisika LIPI longsor kemungkinan besar terjadi karena material sampah organik dan nonorganik yang belum kompak karena tidak adanya pemadatan sampah yang cukup menyebabkan air hujan yang turun masuk di sela- sela sampah yang renggang. Saat tekanan air semakin berat, kestabilan bukit sampah pun menurun dan akhirnya terjadi longsor sampah. Alat berat yang bekerja juga dapat menyebabkan longsor sampah, dengan bobot alat berat yang besar jika tidak berhati- hati dalam pengoperasiannya

kemungkinan dapat menggerakkan tumpukan atas sampah. Terutama excavator

dan bulldozer yang bekerja di atas tumpukan sampah. Pergerakan yang tidak hati- hati dapat berakibat longsor.

4.4.4 Curah Hujan dan Air Lindi

Curah hujan sangat mempengaruhi dalam penanganan sampah, menurut wikipedia curah hujan rata- rata tahun 2010 adalah 2.200 mm per tahun, hujan yang

commit to user

39

mengguyur selain dapat menghambat jalannya kegiatan juga dapat menambah jumlah volume sampah, iklim yang sekarang tidak menentu juga menyebabkan curah hujan yang turun di Kota Surakarta dan juga di TPA Putri Cempo tidak menentu, curah hujan yang sekarang sukar diprediksi menyebabkan penanganan terhadap dampak air hujan terhadap sampah menjadi sulit juga.

Menurut Adrin Tohari (Puslit Geoteknologi), saat hujan lebat infiltrasi air hujan melalui rongga pada material sampah yang tidak terpadatkan dengan baik dan melalui batas antara timbunan dan lereng batuan/ tanah dasar yang kedap air

membentuk muka air (water table) pada batas dasar timbunan sampah dan lapisan

batuan/ tanah dasar . Proses penjenuhan dan pembentukan muka air ini menyebabkan pelunakan lapisan bawah timbunan sehingga tidak mampu menopang berat beban timbunan di atasnya sehingga terjadi longsor.

Di TPA Putri Cempo sebenarnya terdapat kolam air lindi yang dikhususkan untuk menampung dan mengurangi air lindi yang berlebih dalam tumpukan sampah. Di TPA Putri Cempo juga terdapat kanal- kanal dan saluran khusus yang dibuat di area tumpukan sampah guna mengalirkan air lindi agar dapat di tampung di kolam air lindi. Tetapi kolam dan saluran khusus ini sekarang terabaikan karena jumlah sampah yang sudah sangat berlebih mengakibatkan saluran- saluran pada area tumpukan sampah menjadi tertutup dan tidak dapat mengalirkan air lindi ke kolam penampungan air lindi.

Air lindi yang sangat berlebih di tumpukan sampah terutama pada musim hujan dengan curah hujan tinggi sangat berpotensi mengakibatkan longsor sampah, air lindi dapat menjadikan tumpukan sampah yang padat kembali terurai, pada bagian lereng sampah ini sangat berbahaya, dengan sampah yang tidak padat lagi dan ditambah berat air yang terus bertambah selama hujan berlangsung dapat mengakibatkan longsor sampah.

4.4.5 Gas Methana

Di TPA Putri Cempo belum ada penangan yang berhubungan dengan pembebasan gas methana dari dalam tumpukan sampah.

Gas methana di tumpukan sampah yang tidak di tangani secara tepat dapat mengakibatkan banyak permasalahan seperti ledakan yang dapat mengakibatkan longsor sampah. Mengacu pada longsor sampah di TPA Leuwigajah, hujan yang terus-menerus terjadi di TPA membuat gas methana (CH4) yang tertimbun sampah terdesak. Gas ini akan berusaha keluar dari air hujan yang mengguyur. Ketika hujan mengguyur tumpukan sampah, gas methana akan keluar naik, sesuai dengan hukum alam karena gas methana memiliki berat jenis yang lebih ringan daripada air. Menurut pakar lingkungan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr Ir Enri Damanhuri menunjukkan jika gas methana sudah mencapai 12 persen terhadap total udara, terjadilah ledakan. Inilah mengapa sebelum tumpukan sampah itu longsor, terjadi ledakan yang sangat keras. Bila ledakan ini terjadi di dekat tebing akan sangat memungkinkan terjadi longsor sampah.

Dalam dokumen Umbu Damar Yudhistira (Halaman 46-52)

Dokumen terkait