• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada awalnya balanced scorecard didesain untuk organisasi bisnis yang bergerak di sektor swasta, namun pada perkembangannya balanced scorecard dapat diterapkan pada organisasi sektor publik dan organisasi nonprofit lainnya. Tujuan organisasi sektor publik adalah maksimisasi pelayanan publik. Manajer pada sektor swasta berfokus pada ukuran-ukuran kuantitatif-finansial, misalnya laba bersih, laba per lembar saham, ROI, dan sebagainya (Mahmudi, 2011). Rumah Sakit Umum Daerah yang merupakan bagian dari instansi pemerintah merupakan pure nonprofit organizations, sehingga balanced scorecard dapat diterapkan dengan memodifikasi perspektif pelanggan ditempatkan di puncak, diikuti perspektif finansial, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Mahsun, 2006).

1. Perspektif Keuangan

Perspektif ini terkait dengan upaya untuk meningkatkan kinerja keuangan dengan cara meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya (Mahmudi, 2011). Menurut Riyanto dalam Mahsun (2006) Kinerja keuangan dapat diukur dari rasio laporan keuangan, antara lain rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan aktivitas.

a. Rasio Likuiditas

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan/organisasi dalam memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih/kewajiban jangka pendek. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan, current ratio merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar, dengan rumus sebagai berikut.

Current ratio =

x 100% b. Rasio Solvabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan/organisasi dalam memenuhi kewajiban keuangannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio yang dipakai untuk mengukur solvabilitas rumah sakit adalah rasio modal sendiri terhadap total aset (Hartati, 2012). Rasio ini menjelaskan besarnya pembiayaan kekayaan total rumah sakit yang dibiayai dari modal sendiri, dengan rumus sebagai berikut.

Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset = c. Rasio Aktivitas

Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan/organisasi dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Rasio ini digunakan oleh rumah sakit untuk menganalisis hubungan antara pendapatan usaha/operasional dengan investasi

dalam berbagai bentuk aktiva antara lain periode perputaran piutang dan perputaran total aset (Hartati, 2012).

1) Collection Period (Periode Perputaran Piutang)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, rasio ini untuk mengukur berapa lamanya dana ditanamkan dalam piutang atau berapa lama penagihan piutang. Semakin kecil rasio ini maka semakin baik, karena semakin cepat piutang dilunasi/terkumpul.

Collection Period = 2) Total Assets Turnover (Perputaran Total Aset)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, rasio ini untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aset berputar dalam satu tahun. Semakin besar rasio ini maka semakin baik, karena semakin efektif rumah sakit memanfaatkan keseluruhan hartanya untuk memperoleh pendapatan.

Total Assets Turnover =

Menurut Permendagri No. 61 Tahun 2007 rumah sakit pemerintah daerah yang berstatus BLUD, penilaian kinerja keuangannya dapat diukur berdasarkan tingkat kemampuan BLUD dalam:

a. Memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang diberikan (rentabilitas)

b. Memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditas) c. Memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas)

d. Kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai pengeluaran, biasa disebut dengan cost recovery rate (CRR). Adapun rumus dari CRR sebagai berikut.

CRR = d. Rasio Profitabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya (Hery, 2015). Adapun rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan rumah sakit yaitu Return on Equity (ROE). Return on Equity merupakan rasio yang berguna untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang diperoleh dari penanaman modal (Khoirunisa, 2014). Berikut persamaan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Return on Equity = 2. Perspektif Pelanggan

Menurut Zeithaml, Parasuraman, dan Berry (dalam Hartati, 2012), terdapat lima dimensi penentu kualitas layanan yang dinamakan konsep Servqual. Kelima dimensi tersebut adalah:

a. Tangibles (wujud fisik) adalah bentuk fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh providers.

b. Reliabiity (keandalan) adalah kemampuan dalam menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.

c. Responsiveness (daya tanggap) adalah kerelaan untuk mendorong customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.

d. Assurance (kepastian/jaminan) adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada customers.

e. Emphaty adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh providers kepada customers.

Maka dari itu, dalam penelitian ini pengukuran untuk perspektif pelanggan akan diukur berdasarkan kelima dimensi yang sudah dijelaskan tersebut.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Tujuan perspektif ini adalah membangun keunggulan organisasi melalui perbaikan proses internal organisasi secara berkelanjutan. Beberapa sasaran strategik pada perspektif ini misalnya peningkatan proses layanan, perbaikan siklus layanan, peningkatan kapasitas infrastruktur, pemutakhiran teknologi, dan pengintegrasian proses layanan pelanggan.

Untuk dapat meningkatkan kinerja pada perspektif proses bisnis internal, organisasi sektor publik perlu mengidentifikasi dan mengukur kompetensi inti organisasi, mengindentifikasi proses pelayanan utama, mengidentifikasi teknologi utama yang perlu dimiliki dan menentukan

ukuran dan target kinerja. Identifikasi proses pelayanan diperlukan untuk mengetahui tahap yang menyebabkan pelayanan yang lambat dan proses yang tidak menambah nilai. Jika proses atau siklus utama telah teridentifikasi, organisasi dapat melakukan penyederhanaan siklus pelayanan dengan cara menghilangkan proses yang tidak menambah nilai sehingga proses pelayanan menjadi lebih cepat (Mahmudi, 2005).

Dalam penelitian ini untuk mengukur perspektif proses bisnis internal akan dinilai dari proses, pelayanan, sarana dan prasarana, serta kualitas.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Beberapa sasaran strategik untuk perspektif ini antara lain peningkatan keahlian pegawai, peningkatan komitmen pegawai, peningkatan kemampuan membangun jaringan, dan peningkatan motivasi pegawai (Mahmudi, 2011). Sasaran strategik ini sejalan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi, dengan uraian sebagai berikut (Keith Davis dalam Hartati, 2012).

a. Kemampuan

Kemampuan pegawai dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan keterampilan (Keith Davis dalam Hartati, 2012). Secara psikologis, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi dan kemampuan reality. Artinya, pegawai yang memiliki kemampuan

di atas rata-rata dengan pendidikan dan pengetahuan yang memadai untuk menjalankan pekerjaan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja (prestasi) yang diharapkan.

b. Motivasi

Pegawai mempunyai energi potensial. Bagaimana energi-energi dilepaskan tergantung kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi akan dimanfaatkan oleh pegawai karena didorong oleh motif, harapan, dan insentif. Pengertian dari motif, harapan, dan insentif sebagai berikut (a) Motif merupakan suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai, (b) Harapan merupakan suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan, (c) Insentif merupakan memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah (imbalan) kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan demikian semangat kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik Mc. Clelland (1961 dalam Hartati, 2012).

Jadi, bisa dikatakan bahwa peningkatan kemampuan pegawai dan motivasi pegawai merupakan variabel penting dalam menambah nilai organisasi bagi pelanggan. Maka dari itu dalam penelitian ini variabel

kemampuan pegawai dan motivasi pegawai digunakan dalam mengukur perspektif pembelaaran dan pertumbuhan.

Dokumen terkait