• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini menguraikan tentang pengertian bancassurance, latar belakang timbulnya bancassurance, manfaat bancassurance serta bentuk-bentuk bancassurance.

BAB IV : TINJAUAN YURIDIS MANAJEMEN RISIKO PADA BANK DALAM KAITANNYA DENGAN BANCASSURANCE

Bab ini menguraikan tentang apa saja manfaat ekonomis dan non ekonomis yang ditimbulkan bagi bank berkaitan dengan bancassurance, apa saja risiko yang kemungkinan bisa terjadi pada bank bila mengabaikan manajemen risiko yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance) dan bagaimana pengaturan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya terhadap bancassurance yang meliputi pembahasan tentang bagaimana konsep penerapan manajemen risiko dalam rangka bancassurance, pelaporan dan tata cara pengenaan sanksi dihubungkan dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.12/35/DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan

Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance).

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini dimana Penulis akan membuat kesimpulan dari keseluruhan uraian skripsi sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini dan memberikan beberapa saran yang diajukan penulis sehubungan dengan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance.

BAB II

BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK

A. Bank dan Perbankan 1. Pengertian Bank

Apabila menelusuri sejarah dan terminologi “bank” maka ditemukan bahwa bank berasal dari bahasa Italia, “banca” yang berarti bence yaitu suatu susunan bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di bangku-bangku halaman pasar. 55

Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 1 angka (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi bank.

Istilah ini sangat berbeda dengan pengertian bank yang dinyatakan dalam Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Perbedaan tersebut terletak pada kedudukan bank sebagai lembaga keuangan diganti dengan badan usaha. Perubahan istilah lembaga keuangan menjadi badan usaha, dimaksudkan agar badan usaha lebih professional dalam mengelola usaha perputaran uang dari dan ke masyarakat.56

Dari pengertian yang dimaksud Pada Pasal 1 angka (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Dua fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan, sebagai badan usaha bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja.

57

Dari pengertian di atas terlihat usaha bank lebih terarah tidak semata-mata memutar uang untuk mencari keuntungan perusahaan, tetapi undang-undang mengehendaki agar taraf hidup rakyat banyak ditingkatkan. Hal ini merupakan salah satu tanggung jawab bank dalam rangka mewujudkan cita-cita negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.58

56 Gatot Supramono, 1995, Perbankan dan Masalah Kredit, Djambatan, Jakarta, hal. 2.

57 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 59. 58 Gatot Supramono, Loc. Cit.

Selain pengertian otentik yang telah dirumuskan di dalam Undang-Undang Perbankan, terdapat pengertian bank yang dikemukakan oleh para sarjana, antara lain:

1. Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain.59

2. Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan oleh pihak ketiga maupun dengan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.

60

3. Prof. G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.61

4. Bank sebagai suatu institusi yang mempunyai peran yang besar dalam dunia komersil yang mempunyai wewenang untuk menerima deposito, memberikan pinjaman dan menerbitkan promissory notes yang sering disebut dengan bank bills atau bank notes. Namun demikian, fungsi bank yang orisinil adalah hanya menerima deposito berupa uang logam, plate, emas dan lain-lain.62

2. Pengertian Perbankan

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika, dan Amerika dibawa oleh Bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia Afrika maupun benua Amerika.63

Jika ditelusuri sejarahnya, kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Namun jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan

59

A. Abdurrachman, Loc. Cit. 60

O. P. Simorangkir, 1979, hal. 18 dalam Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 1.

61 Hermansyah, Op. Cit., hal. 8.

62 Black, Henry Campbell, 1968, hal. 184 dalam Munir Fuady, Op. Cit., hal. 14.

63 Kasmir, 1998, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Rajagrafindo Persada,

zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju maupun negara berkembang.

Kata perbankan dalam bahasa Inggris disebut banking. Dalam Black’s Law Dictionary dirumuskan bahwa banking adalah

the business of banking, as defined by law and customs, consist in the issue of notes payable on demand intended to circulate as money, when the banks are banks issue, in receiving deposits payable on demamnd, in discounting commercial paper, selling bills of exchange, negotiating, loans, and dealing in negotiable securities issued by the government, state and national, and municipal and other corporation.64

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.65 Berdasarkan pengertian tersebut bahwa sistem perbankan adalah suatu sistem yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses melaksanakan kegiatan usahanya secara keseluruhan.66

3. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan

Asas, fungsi dan tujuan Perbankan Indonesia sesungguhnya telah dimuat di dalam Pasal 2, 3, dan 4 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan namun untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

a. Asas Perbankan

64 Hermansyah, Op. Cit., hal.18.

65 Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Satjipto Rahardjo menyatakan, bahwa barangkali tidak berlebihan apabila dikatakan asas hukum merupakan “jantungnya” peraturan hukum.67 Karena asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Hal ini berarti, bahwa peraturan hukum pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas hukum tersebut. Asas hukum merupakan suatu sarana yang membuat hukum itu hidup, tumbuh, dan berkembang dan menunjukkan bahwa hukum itu bukan sekedar kumpulan peraturan belaka. Hal ini disebabkan asas hukum itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis, yang merupakan jembatan antara peraturan-peraturan hukum dan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. Dengan demikian, asas hukum merupakan dasar atau ratio legis bagi dibentuknya suatu norma hukum, demikian pula sebaliknya.68

Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.69 Ini berarti, fungsi dan usaha perbankan diarahkan untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.70 Dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tersebut harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut:71

1. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah

67 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 13. 68

Ibid.

69

Pasal 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

70 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 14. Bandingkan dengan Zainal Asikin, 2000, Pokok Hukum Perbankan di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 5-7. Bandingkan dengan Hermansyah, Op. Cit., hal. 18-19. Bandingkan dengan Gatot Supramono, Op. Cit., hal. 2-3.

menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktur ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.

2. Sistem etatisme, dalam arti bahwa bahwa negara beserta aparatur negara bersifat dominan, mendesak, dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.

3. Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.

Pada Penjelasan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian padahal kejelasan mengenai prinsip kehati-hatian sangat penting untuk mengetahui sejauhmana batas kehati-hatian perbankan yang tegas. Namun dalam bukunya yang berjudul, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Rachmadi Usman menjelaskan prinsip kehati-hatian ini bertujuan agar bank menjalankan usahanya dengan benar dengan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku dalam dunia perbankan, agar bank yang bersangkutan selalu dalam keadaan sehat sehingga masyarakat semakin mempercayainya, yang pada gilirannya akan mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan efisien, dalam arti sempit dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perkembangan ekonomi nasional.72

b. Fungsi dan Tujuan Perbankan

Pada Pasal 3 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dinyatakan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Sedangkan mengenai tujuan perbankan Indonesia tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

yang menyatakan bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.

Dari kedua Pasal tersebut dapat dijabarkan lebih luas mengenai fungsi dan tujuan perbankan nasional dalam kehidupan ekonomi nasional Bangsa Indonesia yaitu:73

1. Bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam. Hal ini berarti kehadiran bank sebagai badan usaha tidak semata-mata bertujuan bisnis, namun ada misi lain yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.74

2. Penghimpun dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang sebagian tugas penyelenggara negara yaitu:

a. Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah; bukan melaksanakan misi pembangunan suatu golongan apalagi perseorangan, jadi pembangunan di Indonesia diarahkan menjadi agen pembangunan (agent of development).

b. Dalam rangka mewujudkan trilogi pembangunan nasional.

c. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perbankan Indonesia harus mampu melindungi secara baik apa yang dititipkan masyarakat

73 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 61. 74 Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 8.

kepadanya (Penjelasan umum angka (3)) dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, dengan cara:

1) Efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang semakin mengglobal atau mendunia.

2) Menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif, bukan konsumtif;

d. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada bank selain melalui penerapan prinsip kehati-hatian, juga pemenuhan ketentuan persyaratan kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya praktek-praktek yang merugikan kepentingan masyarakat luas.

Dengan demikian, fungsi perbankan tidak hanya sekedar sebagai wadah penghimpun dan penyalur dana masyarakat atau perantara penabung dari investor, tetapi fungsinya akan diarahkan kepada peningkatan taraf hidup rakyat banyak, agar masyarakat menjadi lebih baik dan sejahtera daripada sebelumnya. Oleh karena itu, dalam menjalankan fungsinya, Perbankan Indonesia seyogianya selalu mengacu pada tujuan Perbankan Indonesia tersebut.75

Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata berorientasi ekonomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang non ekonmis seperti masalah yangmenyangkut stabilitas nasional yang menakup antara lain stabilitas politik dan stabilitas nasional.76

Dalam perkembangan selanjutnya bahwa fungsi bank telah berkembang menjadi empat yaitu:77

1. Penghimpun dana dan penyalur dana

75Ibid., hal. 62.

76 Hermansyah, Op. Cit., hal. 20.

2. Memberi informasi dan pengetahuan 3. Pemberi jaminan

4. Pencipta dan pemberi likuiditas

Fungsi bank dalam hal memberi informasi dan penyalur dana maksudnya adalah kemampuan bank untuk melaksanakan tugas sebagai ahli analisis kredit dan ekonomi untuk kepentingan nasabah. Hal ini sangat diperlukan untuk kepentingan nasabah tatkala saat nasabah ingin memperluas usaha yang memerlukan kredit dari bank. Sedangkan fungsi pemberi jaminan mensyaratkan agar bank secara moral dan yuridis dapat menjamin keamanan dana yang dipercayakan kepada bank. Adapun fungsi likuiditas mengandung arti bahwa bank mengembalikan dana nasabahnya pada saat diperlukan atau tatkala jatuh tempo. Dengan demikian nasabah tidak ragu-ragu menyimpan dananya di bank yang bersangkutan. 78

4. Jenis-Jenis dan Usaha Bank a. Jenis Bank

Melihat praktek operasional perbankan yang ada, dapat dibedakan jenis-jenis bank. Jenis bank secara teoritis ditentukan dari:79

1) Segi fungsinya 2) Segi kepemilikannya 3) Segi penciptaan uang giral

78Ibid.

79 Muhammad DJumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,

Dari segi fungsinya serta tujuan usahanya, dikenal ada empat jenis bentuk bank, yaitu:80

a. Bank sentral (Central Bank), adalah bank yang dapat bertindak sebagai bankers, bank pimpinan, pengusaha moneter, mendorong dan mengarahkan semua jenis bank yang ada.

b. Bank umum (Commercial Bank) yaitu bank baik milik negara, swasta, maupun koperasi, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito, serta tabungan dan dalam usahanya terutama dalam memberikan kredit jangka pendek. Dikatakan sebagai bank umum karena bank tersebut mendapatkan keuntungannya dari selisih bunga yang diterima dari peminjam dengan yang dibayarkan oleh bank kepada depositor (disebut spread).

c. Bank tabungan (Saving Bank) yaitu bank milik negara, swasta maupun koperasi,, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan sedangkan usahanya terutama membungakan dananya dalam kertas berharga.

d. Bank Pembangunan (Development Bank), yaitu bank baik milik negara, swasta, maupun koperasi, baik pusat ataupun daerah, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam deposito, dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah, dan panjang, sedangkan usahanya terutama memberikan kredit jangka panjang dan menengah di bidang pembangunan.

Dari segi kepemilikannya dikenal ada empat jenis bank, yaitu:81 a. Bank milik negara

b. Bank milik pemerintah daerah

c. Bank milik swasta baik dalam negeri maupun asing d. Bank koperasi

Sedangkan dari segi penciptaan uang giral ada dua jenis bank, yaitu:82 a. Bank primer, yaitu bank yang dapat menciptakan uang melalui simpanan

masyarakat yang ada padanya yaitu simpanan likuid dalam bentuk giro. Yang dapat bertindak sebagai bank primer ini adalah bank umum.

80Ibid., hal. 84.

81Ibid.

b. Bank sekunder, yaitu bank-bank yang tidak menciptakan uang melalui simpanan masyarakat yang ada padanya, bank ini hanya bertugas sebagai perantara dalam menyalurkan kredit. Umumnya bank yang bergerak pada bank sekunder, adalah bank tabungan, bank pembangunan, bank hipotik, yang sekarang ada di Indonesia adalah berupa Bank Perkreditan Rakyat, yang kesemua bank tersebut tidak menciptakan uang giral.

Sedangkan, Johannes Ibrahim dalam bukunya, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif, menyatakan bahwa jenis-jenis bank dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain:83

1) Jenis bank menurut bentuk badan usaha 2) Jenis bank menurut kepemilikan

3) Jenis bank menurut status

4) Jenis bank menurut cara menentukan harga 5) Jenis bank menurut target pasar

Ad.1 Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha84

Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dan/atau menyalurkan dana dari masyarakat harus memperoleh izin usaha terlebih dahulu sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan rakyat dari Bank Indonesia.

Untuk memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat, suatu lembaga keuangan wajib memenuhi persyaratan mengenai:

a. Susunan organisasi dan permodalan b. Permodalan

c. Kepemilikan

d. Keahlian di bidang perbankan

83 Johannes Ibrahim, 2004, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi Dalam Hukum Positif,

CV Utomo, Bandung, hal. 38.

e. Kelayakan rencana kerja

Ad.2 Jenis Bank Menurut Kepemilikan85

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah personil atau lembaga yang memiliki bank. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan yang dimiliki bank yang bersangkutan.

a. Bank Milik Pemerintah

Dalam akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki pula oleh pemerintah. Contoh bank milik pemerintah, antara lain: Bank Negara Indonesia 46, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia. Sedangkan bank milik pemerintah daerah (pemda) terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi, contoh: BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur dan sebagainya.

b. Bank Milik Swasta Nasional

Kategori bank jenis ini, seluruh atau sebagian sahamnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya didirikan oleh swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional, antara lain: Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga, bank Bali dan sebagainya.

c. Bank Milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank untuk kategori ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh: Bank Umum Koperasi Indonesia.

85Ibid., hal. 39.

d. Bank Milik Asing

Kategori bank jenis ini, merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Dengan demikian, jelas bahwa kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Contoh bank asing, antara lain: ABN AMRO bank, Deutsche Bank, American Express Bank, Bank of America, dan sebagainya.

e. Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya tergantung dari posisi tawar dari para pihak yang mendirikan bank tersebut, bisa pihak asing atau swasta nasional. Contoh bank milik campuran, antara lain: Sumitomo Niaga Bank, Bank Merincorp., Sanwa Indonesia Bank, Mistsubishi Buana Bank.

Ad.3 Jenis Bank menurut Status 86

Kedudukan atau status menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Status bank yang dimaksud adalah:

a. Bank Devisa

Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

Misalnya, transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan dan pembayaran letter of credit atau L/C dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

b. Bank Non Devisa

Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.

Ad.4 Jenis Bank Menurut Cara Menentukan Harga 87

Kategori jenis bank ini dilihat dari segi atau caranya menentukan harga, terbagi atas dua kelompok, yaitu:

a. Bank berdasarkan prinsip konvensional

Sebagian besar bank di Indonesia merupakan jenis bank yang konvensional. Metode yang digunakan adalah menetapkan bunga tertentu untuk simpanan maupun kredit. Penentuan ini dikenal dengan spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari pinjaman, dikenal dengan istilah negative spread. Selain itu untuk jasa-jasa tertentu, menetapkan biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem biaya ini dikenal dengan istilah fee based.

b. Bank berdasarkan prinsip syariah

Bank sejenis ini belum lama beroperasi di Indonesia sedangkan untuk negara-negara di Timur Tengah telah dikenal secara lama. Bank dengan prinsip syariah ini aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam penentuan harga bagi bank dengan prinsip syariah dikenal dengan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil, prinsip penyertaan modal, jual beli

Dokumen terkait