• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANDAR UDARA TERDAFTAR ( REGISTERED AERODROME ) 1 Umum

a. Pendaftaran Bandar udara (Registrasi Aerodrome) diberikan untuk bandar udara yang mampu melayani pesawat udara dengan kapasitas di bawah 30 tempat duduk atau kapasitas beban angkut dibawah 5.700 kg.

b. Penyelenggara bandar udara sebagaimana dimaksud pada huruf a. dilarang mengoperasikan aerodrome yang belum terdaftar dalam Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome).

c. Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf b. termasuk tindak pelanggaran.

d. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara harus membuat Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome).

Lamp I buku 1 SKEP/76/vi/2005 17

6.2 Permohonan Pendaftaran Bandar Udara (Registrasi Aerodrome).

a. Penyelenggara bandar udara sebagaimana dimaksud dalam angka 6.1 mengajukan permohonan Pendaftaran Bandar Udara (Registrasi Aerodrome) kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sesuai format yang telah disyahkan.

b. Permohonan Pendaftaran Bandar Udara (Registrasi Aerodrome) sebagaimana dimaksud pada huruf a. harus melampirkan :

1. informasi tentang bandar udara sesuai dengan Apendix 3 dalam ketentuan ini. 2. berita acara pemeriksaan keselamatan (safety inspection) yang dilaksanakan

dan ditanda tangani oleh pejabat/personil yang ditugaskan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan menyatakan bahwa bandar udara bersangkutan memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dan aman untuk pengoperasian pesawat udara.

3. Organisasi dan Personil Penyelenggara Bandar Udara.

c. Pejabat atau Personil yang ditugaskan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk melakukan pemeriksaan dan menandatanggani berita acara harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Appendix 5 dalam keputusan ini.

6.3 Pendaftaran Bandar Udara (Registrasi Aerodrome).

Apabila penyelenggara bandar udara telah mengajukan permohonan Pendaftaran Bandar Udara (Registrasi Aerodrome) sesuai persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka 6.2, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara harus :

a. Mencatat/mendaftar bandar udara tersebut dengan memasukkan informasi ke dalam Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome) sebagaimana dimaksud butir 6.1 huruf d. tentang :

1. Nama Bandar Udara;

2. Lokasi bandar udara secara rinci

3. Nama dan alamat Penyelenggara Bandar Udara.

b. Menyampaikan kepada penyelenggara bandar udara secara tertulis, bahwa bandar udara telah terdaftar;

c. Memerintahkan kepada AIS untuk mempublikasikan dalam AIP rincian registrasi dan informasi tentang bandar udara yang bersangkutan disyaratkan dalam Apendix 3 dalam Keputusan ini.

6.4 Penolakan Pendaftaran Bandar Udara (Registrasi Aerodrome).

Dalam hal permohonan Pendaftaran Bandar Udara (Registrasi Aerodrome) sebagaimana dimaksud dalam butir 6.2 ditolak, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara harus memberitahukan secara tertulis yang disertai dengan alasan penolakan, selambat-lambatnya 14 hari setelah permohonan diterima secara lengkap.

6.5 Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome).

a. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara harus membuat dan mepertahankan Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome), dalam suatu format yang disahkan, sesuai ketentuan ini.

b. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara harus menyediakan Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome) untuk diperiksa oleh anggota masyarakat apabila diperlukan dan dengan alasan yang tepat.

c. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara harus mempertahankan akurasi Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome).

d. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara harus melakukan pembetulan terhadap informasi dalam Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome) apabila terdapat kesalahan atau perubahan.

6.6 Masa Berlaku Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome).

a. Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome) berlaku selama 5 (lima) tahun Bandar Udara masih beroperasi sesuai ketentuan, standar dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Keputusan ini.

b. Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome) akan dievaluasi oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara secara berkala setiap 1 tahun sekali atau apabila dipandangan perlu dengan pertimbangan keselamatan pengoperasian pesawat udara.

c. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dapat penundaan atau pembekukan Register Aerodrome apabila pengoperasian bandar udara tidak sesuai dengan ketentuan, standar dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Keputusan ini.

6.7 Pembekuan atau Pencabutan Pendaftaran Bandar Udara (Registrasi

Aerodrome).

a. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dapat membekukan atau mencabut Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome) apabila penyelenggara bandar udara:

1. Penyelenggara bandar udara melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir 5.9 dalam Keputusan ini.

2. Penyelenggara bandar udara telah gagal memenuhi ketentuan angka 6.9, 6.10, 6.11, 6.12, 6.13 dalam Keputusan ini.

b. Pembekuan atau pencabutan Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome) sebagaimana dimaksud huruf a. dilakukan dengan dengan proses sebagai berikut : 1. Memberikan peringatan kepada Penyelenggara Bandar Udara secara tertulis

yang memuat tentang situasi dan fakta yang ditemukan pelanggaran ketentuan sebagaimana dalam dimaksud pada huruf a;

2. Memberikan kesempatan kepada Penyeleggara Bandar Udara untuk menyampaikan penjelasan atau keterangan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah surat peringatan disampaikan.

3. Mempertimbangkan segala penjelasan atau keterangan yang diberikan oleh Penyelenggara Bandar Udara sebagaimana dimaksud butir 2 untuk diambil keputusan.

4. Apabila setelah waktu 30 (tiga puluh) hari surat peringatan disampaikan tidak mendapat tanggapan dari Penyelenggara Bandar Udara, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dapat mencabut Pendaftaran Bandar Udara (Register Aerodrome).

6.8 Pembatalan Pendaftaran Bandar Udara (Registrasi Aerodrome) atas Permintaan Penyelenggara Bandar Udara (Aerodrome) .

a. Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome) dapat dibatalkan atas permintaan Penyelenggara Bandar Udara;

b. Permohonan pembatalan Daftar Bandar Udara (Register Aerodrome) harus disampaikan secara tertulis oleh Penyelenggara Bandar Udara kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara selambat lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum penyelengara bandar udara menghendaki pembatalan dimaksudkan.

Lamp I buku 1 SKEP/76/vi/2005 19

c. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara harus menerbitkan surat pembatalan dan melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. memberitahukan lewat NOTAM, dan

2. menghapus Daftar (Register) dan informasi yang terkait tentang Bandar Udara (Aerodrome) dimaksud dari AIP.

6.9 Standar Yang Berlaku Untuk Bandar Udara yang Terdaftar (Registered

Aerodrome).

a. Standar yang berlaku pada bandar udara yang sertifikat (certified aerodromes) meliputi:

1. Sifat-sifat fisik (physical characteristic) dari daerah pergerakan (movement area);

2. Obstacle Limitation Surface; 3. Marka aerodrome;

4. Laghting;

5. Wind direction indicator; 6. Signal circle ( signal area),

b. Semua standar dalam Manual of Standards untuk Bandar Udara (Aerodrome) yang Terdaftar (Regitered).

6.10 Pejabat Pelaporan (Reporting Officer).

a. Penyelenggara Bandar Udara wajib menunjuk 1 (satu) orang atau lebih untuk menjadi Pejabat Pelaporan (Rerporting Officer);

b. Tugas tugas Pejabat Pelaporan (Reporting Officer) sebagaimana dimaksud pada huruf a. adalah:

1) Melakukan pemantauan (monitor) terhadap kesetiapakaian (serviceability) bandar udara (aerodrome);

2) Melaporkan kepada NOTAM Office dan Air Traffic Control segala perubahan kondisi, atau segala peristiwa di bandar udara, yang wajib dilaporkan sesuai ketentuan sebagaimana dalam dimaksud angka … huruf …. butir ….

3) Penyelenggara Bandar Udara tidak boleh menunjuk seseorang yang belum mendapat pelatihan sesuai Manual of Standards untuk menjadi Pejabat Pelaporan (Reporting Officer)

6.11 Pemberitahuan Perubahan-Perubahan Kondisi Fisik atau lain-lain pada Bandar Udara (Aerodrome)

a. Penyelenggara Bandar Udara wajib menyampaikan pemberitahuan kepada NOTAM Office apabila terjadi:

1) Setiap perubahan baik permanen maupun sementara terhadap kondisi fisik bandar udara (aerodrome), yang bisa mengganggu keselamatan operasi pesawat udara.

2) Semua peristiwa-peristiwa lainnya yang berkaitan dengan operasi atau pemeliharaan bandar udara (aerodrome) yang dapat mengganggu keselamatan operasi pesawat udara.

b. Apabila Bandar Udara (Aerodrome) bersangkutan bukan bandar udara (aerodrome)

yang ruang udara disekitarnya dikendalikan (Controlled Aerodrome), maka harus memberitahukan juga kepada Air Traffic Controller.

6.12 Pemberitahuan tantang perubahan Informasi yang dipublikasikan dalam AIP .

Untuk mempertahankan akurasi Informasi yang dipublikasikan dalam AIP, setiap perubahan pada pendaftaran bandar udara (Aerodrome Registered) AIS secara tertulis.

6.13 Pemerikasaan Keselamatan (Safety Inspection).

a. Ketentuan ini berlaku bagi Aerodrome Registered yang melayani pengoperasian

pesawat udara:

1. melayani penerbangan umum atau penerbangan carter, dan

2. mempunyai kapasitas tempat duduk (seating capacity) lebih dari 9 (sembilan) tempat duduk.

b. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara harus melakukan pemeriksaan keselamatan bandar udara sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun.

c. Pejabat atau petugas yang melakukan Pemeriksaan harus menyampaikan laporan atau berita acara pemeriksaan kepada Penyelenggara Bandar Udara yang memuat: 1. Masalah-masalah yang diatur dalam Apendix 4.

2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan perbaikan yang perlu dilakukan untuk dapat memenuhi standard yang berlaku.

d. Dalam tempo 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak menerima laporan/berita acara pemeriksaan, penyelenggara Bandar Udara (Aerodrome) harus menyampaikan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara:

1. rekaman laporan/ berita acara, dan

2. apabila laporan/ berita acara memuat tentang pekerjaan perbaikan yang perlu dilakukan, penyelenggara wajib menyertakan pernyataan tentang bagaimana dan kapan pekerjaan perbaikan akan dilaksanakan.

7. PELAYANAN PERTOLONGAN KECELAKAAN PENERBANGAN DAN PEMADAMAN

KEBAKARAN (PKP-PK).

Sebagai salah satu Negara penanda tangan konvensi Chicago Indonesioa mempunyai kewajiban untuk menyediakan pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) dengan standar yang memadai untuk kelas bandar udara (aerodrome) tertentu , sesuai dengan ketentuan chapter 9.2 Annex 14 Konvensi Chicago. Untuk memenuhi kewajiban dimaksud, pada Bab ini ditetapkan : bahwa untuk penyelenggara bandar udara yang melayani penerbangan internasional, atau penerbangan domestik dengan tingkat operasi penerbangan tertentu, diwajibkan untuk menyediakan pelayanan Pertolongan kecelakaan Penerbangan dan Pemadam kebakaran (PKP-PK) dan standar yang berlaku penyelenggara bandar udara lain, yang hanya melayani penerbangan domestic dapat menyediakan pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan pemadam kebakaran (PKP PK) dengan tingkat pelayanan (level of service) alternative.

7.1 Umum.

a. Ketentuan pada Bab ini berlaku untuk Pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) yang diberikan pada bandar udara (aerodrome) yang melayani penerbangan sipil

Lamp I buku 1 SKEP/76/vi/2005 21

b. Ketentuan pada Bab ini menetapkan standar teknis dan operasional bagi pelayanan pertolongan pada kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran (PKP PK)

c. Ketentuan pada Bab ini tidak berlaku bagi pelayanan pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran (PKP-PK) yang disediakan oleh instansi militer.

7.2 Definisi.

Dalam Bab ini yang dimaksud dengan :.

a. Pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran yang selanjutnya disebut PKP-PK adalah PKP-PK pada bandar udara (aerodrome).

b. Operasi PKP-PK adalah operasi yang diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan PKP-PK

c. Penyedia Pelayanan PKP-PK untuk bandar udara (aerodrome) adalah orang atau organisasi yang memberikan pelayanan tersebut di bandar udara (aerodrome) bersangkutan.

d. Kategori bandar udara (aerodrome) adalah suatu tingkatan yang dihitung atau dirumuskan berdasarkan metoda yang ditetapkan dalam chapter 9.2 pada Annex 14 Konvensi Chicago.

e. Manual of Standard adalah suatu dokumen yang terkait dengan pengaturan dalam CASR 139, yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

7.3 Tugas dan Fungsi dari PKP-PK.

a. Tugas dari PKP PK pada bandar udara (aerodrome) adalah :

1. Menyelamatkan manusia dan barangnya dari suatu pesawat udara yang mengalami kecelakaan atau kebakaran pada saat take off atau landing, dan ; 2. Mengendalikan dan memadamkan, melindungi manusia dan barangnya yang

terancam oleh api atau kebakaran, di bandar udara (aerodrome) baik itu di pesawat udara atau bukan.

b. Ketentuan sebagaimana huruf a tidak menghalangi PKP-PK untuk memberikan pertolongan atau pemadaman kebakaran dtempat lain selain bandar udara (aerodrome), dengan ketentuan prioritas utama tetap pada bandar udara (aerodrome).

7.4 Ketentuan Penyediaan Pelayanan PKP-PK.

Penyedian atau pelayanan PKP-PK di bandar udara (aerodrome) harus mendapat izin dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

7.5 Penerbitan Manual of Standard.

Direktorat Jenderal Perghubungan Udara menetapkan Manual of Standard PKP-PK di bandar udara (aerodrome) meliputi :

a. Standar dan kiteria pelayanan PKP-PK

b. Prosedur, sistem dan dokumen pelayanan PKP-PK. c. Standar fasilitas dan peralatan pelayanan PKP-PK.

d. Standar kecakapan, kualifikasi minimum dan standar training personil pelayanan PKP-PK.

7.6 Pengaruh dari Manual of Standard.

a. Apabila Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menetapkan suatu cara untuk mematuhi persyaratan yang terdapat dalam Bab ini, maka penyedia jasa PKP PK yang menggunakan cara tersebut dapat dianggap sudah memenuhi / mematuhi persyaratan dimaksud, kecuali yang terlihat adalah kebalikannya.

b. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dapat memeriksa lebih jauh kepatuhan penyedia jasa PKP - PK terhadap persyaratan yang ditetapkan Manual, dalam rangka memutuskan apakah pelayanan yang disediakan sudah cukup memadai atau belum.

7.7 Persyaratan yang harus dipenuhi oleh Penyedia Pelayanan PKP-PK.

Apabila standar yang berlaku menghendaki adanya suatu system atau prosedur bagi PKP PK, maka penyedia jasa harus menjamin bahwa sistem atau prosedur dimaksud tersedia dan diimplentasikan dan digunakan.

7.8 Standard dan Persyaratan Pelayanan PKP-PK.

a. Untuk bandar udara (aerodrome) :

1. melayani penerbangan internasional

2. melayani penerbangan domestic yang jumlah penumpang lebih besar 350.000 orang pertahun.

3. Standard dan Persayaratan Pelayanan PKP-PK untuk bandar udara (Aerodrome) sebagaimana dimaksud butir 1 dan 2 berlaku ketentuan :

a) Chapter 9 Annex 14 konvensi Chicago b) Manual of Standard.

b. Untuk bandar udara (aerodrome) selain bandar udara (aerodrome) sebagaimana dimaksud huruf a, standard dan persyaratan yang berlaku adalah standar dan persyaratan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan dipublikasikan dalam AIP.

c. Ketentuan untuk bandar udara (aerodrome) sebagaimana dimaksud huruf a. jumlah penumpang per tahun yang ditetapkan berdasarkan statistic yang dikeluarkan oleh Direktorat Jederal Perhubungan Udara.

7.9 Perbedaan (inconsistency) antara Manual of Standard dan Chapter 9 Annex 14.

Apabila persyaratan yang ditetapkan pada Manual of Standard, yang diberlakukan pada suatu bandar udara (aerodrome) tidak sama dengan yang ditetapkan dalam chapter 9. Annex 14 Konvensi Chicago, maka yang berlaku adalah persyaratan yang ditetapkan dalam Manual of Standard.

7.10 Pengetahuan, Peralatan dan Keahlian untuk menghadapi bahaya Penerbangan.

Penyedia jasa PKP-PK harus mempunyai pengetahuan, peralatan dan keahlian untuk menghadapi setiap keadaan bahaya yang mungkin timbul pada saat adanya kejadian (incident), kecelakaan (accident), termasuk semua bahaya yang disebutkan dalam Manual of Standard.

Lamp I buku 1 SKEP/76/vi/2005 23

7.11 Kewajiban Mempertahankan Pelayanan PKP-PK.

a. Penyedia jasa PKP-PK harus menjamin bahwa pelayanan PKP-PK selalu tersedia selama kurun waktu sebagaimana yang dipublikasikan dalam AIP.

b. Ketentuan sebagaimana dimaksud huruf b. tidak menutup kemungkinan bahwa pada saat aktivitas penerbangan menurun, tingkat pelayanan (level of protection), diturunkan sampai dengan batas yang diijinkan oleh chapter 9. Annex 14 Konvensi Chicago.

7.12 Response Time PKP-PK.

a. PKP-PK harus mampu memenuhi kriteria respons time yang ditetapkan dalam chapter 9 annex 9 Konvensi Chicago.

b. Ketentuan sebagaimana dimaksud huruf a. berlaku bagi PKP-PK yang tidak mengikuti ketentuan Annex 14 Konvensi Chicago

7.13 Bangunan dan Fasilitas Keadaan Darurat (Emergency).

a. Bangunan dan fasilitas pelayanan PKP-PK meliputi: 1. sebuah gedung / stasiun pemadam (Fire station) 2. fasilitas komunikasi

3. fasilitas untuk keperluan perawatan kendaraan dan peralatan 4. fasilitas pelatihan

5. fasilitas gudang

b. Apabila pada daerah bandar udara (aerodrome) terdapat perairan dalam jarak 1000 m dari threshold runway, harus tersedia fasilitas rescue boat, tempat penyimpanan dan tempat peluncurannya.

c. Bagunan fire station dan peralatan pelayanan PKP-PK harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam Manual of Standard.

d. Penggantian dan pengisian kembali pasokan air untuk kendaraan PKP-PK harus sesuai dengan ketentuan dalam Manual of Standard.

e. Jalan emergency untuk pelayanan PKP-PK di bandar udara (aerodrome) harus sesuai dengan ketentuan dalam Manual of Satandard.

f. Fasilitas dan bangunan lain yang harus disiapkan dalam pelayanan PKP-PK sebagai berikut:

1. Suatu lokasi untuk bersiap siap (standby pont) dalam keadaan darurat, untuk memungkinkan kendaraan pemadam untuk mencapai respons time yang disyaratkan dalam Manual of Standard.

2. Gudang untuk menyimpan persediaan bahan pemadan api.

7.14 Waktu Pelayanan PKP-PK.

a. Penyedia pelayanan PKP-PK harus dipublikasikan dalam AIP tentang waktu pelayanan PKP-PK.

b. Apabila karena suatu alasan (keadaan darurat di aerodrome), pelayanan PKP-PK secara sementara tidak dapat tersedia sesuai ketentuan dalam Bab ini, maka penyedia pelayanan PKP-PK harus menyampaikan kepada NOTAM Office tentang ketersediaan bahan pemadam api dari suatu jenis atau penurunan katagori tingkat pelayanan yang dipersyaratkan serta lama/durasi sampai dengan kembali kepada kondisi pelayanan normal.

c. Kondisi pelayanan PKP-PK sebagaimana dimaksud huruf b, harus dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara secara tertulis tentang rencara penurunan standar dan pelayanan (waktu penurunan dan ketentuan melebihi ketentuan chapter 9 Annex 14 Konvensi Chicago);

d. Apabila pada bandar udara (aerodrome) yang bersertifikat, maka penyelenggara bandar udara (aerodrome) harus memastikan bahwa suatu prosedur yang disediakan sama buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) dan memberitahukan kepada NOTAM office dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

7.15 Persediaan Bahan Pemadam Api.

a. Bahan pemadam api yang tersedia di bandar udara (aerodrome) harus sesuai dengan peralatan dan kendaraan yang ada berdasarkan standar yang ditetapkan.

b. Bahan pemadam api dimaksud harus disimpan sekurang kurangnya dalam jumlah minimal sesuai dengan yang ditentukan dalam standar

7.16 Peralatan dan Kendaraan Pemadam.

a. Peralatan dan kendaraan pemadam harus tersedia di bandar udara (aerodrome) sekurang kurangnya ………. sesuai dengan standar.

b. Peralatan atau kendaraan sebagaimana dimaksud huruf a harus :

a. mampu membawa bahan pemadam ke lokasi kebakaran sesuai dengan yang dipersyaratkan.

b. mempunyai kinerja (performance) sesuai dengan yang dipersyaratkan.

c. Kendaraan pemadam harus membawa suatu peralatan tambahan sesuai dengan yang dipersyaratkan.

d. Setiap kendaraan dan peralatan harus dalam kondisi beroperasi dengan baik. e. Warna kendaraan harus sesuai dengan yang dipersyaratkan.

f. Penyelenggara pelayanan PKP-PK harus mempertahankan buku petunjuk perawatan (maintenance instruction) untuk setiap kendaraan dan peralatan yang dimiliki termasuk semua informasi yang diperlukan guna memungkinkan personil yang mempunyai kemampuan secara teknis melakukan perawatan, pemantauan kinerja, pelaporan kerusakan, pelaporan kesalahan dan penyimpanan catatan-catatan dari kendaraan atau peralatan.

7.17 Kendaraan dan Peralatan lain.

a. Selain kendaraan dan peralatan pemadam, di aerodrome harus ada kendaraan dan peralatan lain dalam jumlah yang memadai untuk pelaksanaan pelayanan, sesuai dengan standar dan persyaratan yang berlaku.

b. Kinerja kendaraan dan peralatan ini harus sesuai dengan standar dan persyaratan yang berlaku.

c. Kendaraan dimaksud harus membawa peralatan tambahan sesuai dengan standar dan persyaratan yang berlaku.

d. Penyelenggara pelayanan PKP-PK harus mempertahankan buku petunjuk perawatan (maintenance instruction) untuk setiap kendaraan dan peralatan lain yang dimiliki termasuk semua informasi yang diperlukan guna memungkinkan personil yang mempunyai kemampuan secara teknis melakukan perawatan, pemantauan kinerja, pelaporan kerusakan, pelaporan kesalahan dan penyimpanan catatan-catatan dari kendaraan atau peralatan.

Lamp I buku 1 SKEP/76/vi/2005 25

7.18 Kendaraan dan Peralatan untuk Lingkungan yang sulit.

a. Apabila pergerakan pesawat udara di bandar udara pada daerah perairan atau rawa-rawa atau daerah sulit lainnya yang cukup luas, maka harus disediakan kendaraan dan peralatan PKP-PK khusus, sesuai tingkat kesulitan dan bahaya yang dihadapi. b. Kendaraan dan peralatan PKP-PK khusus sebagaimana dimaksud huruf a. harus

tersedia dalam jumlah sekurang kurangnya sesuai dengan standar dan persyaratan yang berlaku.

c. Kendaraan dan peralatan PKP-PK khusus sebagaimana dimaksud huruf a. harus berwarna sesuai warna sesuai dengan standar dan persyaratan yang berlaku.

7.19 Komisioning terhadap peralatan tertentu.

Setiap kendaraan dan peralatan PKP-PK yang akan dioperasikan harus mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara setalah memenuhi persyaratan buku pedoman pengoperasian bandar udara dan Manual of Standard.

7.20 Pakaian pelindung dan peralatan.

Untuk Personil Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebalaran di bandar udara (aerodrome), harus tersedia :

1) Pakaian pelindung dan jumlah sekurang kurangnya sesuai dengan standar dan persyaratan yang berlaku.

2) Peralatan pelindung lain dalam jumlah dan jenis sesuai dengan standar dan persyaratan yang berlaku.

7.21 Komunikasi.

a.

Peralatan komunikasi harus tersedia di bandar udara (aerodrome) dalam jumlah yang memadai pada saat pelaksanaan pelayanan PKP-PK.

b. Kendaraan yang dioperasikan untuk pelayanan PKP-PK harus membawa peralatan komunikasi sesuai dengan standar dan persyaratan yang berlaku.

c. Personil yang mengoperasikan peralatan komunikasi harus memiliki sertifikat sesuai dengan standar dan persyaratan yang berlaku.

d. Pengoperasian alat komunikasi sebagaimana dimaksud huruf a. tidak dibenarkan mengganggu sistem komunikasi pemandu lalulintas udara di bandar udara (aerodrome).

7.22 Peralatan untuk pengujian dan perawatan.

a. Penyedia pelayanan PKP-PK harus mempunyai peralatan dan perkakas sesuai dengan standar dan persyaratan yang berlaku untuk menguji dan melakukan perawatan kendaraan dan peralatan PKP-PK.

b. Apabila standar dan persyaratan yang berlaku sebagaimana dimaksud huruf a. mensyaratkan tambahan suatu peralatan pengujian atau perawatan, maka penyedia pelayanan PKP-PK harus menyediakan peralatan tersebut.

7.23 Komisioning kendaran dan Peralatan baru.

Penyedia pelayanan PKP-PK tidak dibenarkan mengoperasikan kendaraan dan peralatan yang dapat mempengaruhi kualitas atau rate of charge bahan pemadam, kecuali:

a. Kendaraan atau peralatan dimaksud telah disetujui oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, setelah spesifikasi memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku.

b. Semua pelatihan yang diperlukan bagi para personil telah selesai dan lengkap dilaksanakan.

7.24 Jumlah Personil Operasi.

a. Selama jangka waktu pelayanan PKP-PK diberikan di bandar udara (aerodrome) sebagaimana dicantumkan dalam AIP, harus tersedia cukup personil terlatih untuk mengoperasikan kendaraan dan peralatan yang diperlukan dengan kapasitas penuh. b. Personil sebagaimana dimaksud pada huruf a. ditempatkan pada posisi dimana

memungkinkan PKP-PK dapat memberikan respons sekurang kurangnya sama cepat dengan respons time yang ditetapkan dalam standar dan persyaratan yang berlaku.

7.25 Standar Kesehatan Personil PKP-PK.

a. Personil PKP-PK harus memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan dalam Manual of Standard.

b. Kesehatan Personil PKP-PK sebagaimana dimaksud pada huruf a. harus pertahankan dengan suatu system (pemeriksaan secara berlanjut/berkala), sehingga dapat diketahui dengan pasti kondisi kesehatan Personil PKP-PK.

7.26 Kualifikasi dan Pelatihan anggota PKP-PK.

a. Personil PKP-PK harus sudah diberikan pelatihan sekurang kurangnya seseuai dengan standar yang ditetapkan.

b. Sebelum ditugaskan/diberi tanggung jawab secara operasional, mereka juga harus sudah mendapatkan suatu training khusus berkaitan dengan bagaimana menghadapi bahaya yang spesifik berkaiatan dengan penerbangan.

c. Mereka yang dipekerjakan sebagai anggota PKP-PK harus mendapatkan pelatihan yang sesuai untuk membuat mereka mengenal dengan baik situasi/ lingkungan setempat.

d. Untuk menjamin agar para anggota PKP-PK selalu memenuhi standar yang ditetapkan, maka harus ada kegiatan training secara terus menerus dan berlanjut bagi mereka.

e. Apabila pergerakan pesawat udara di bandar udara (aerodrome) bersangkutan ada pada daerah perairan, rawa atau daerah yang sulit yang cukup luas, maka para anggota PKP-PK harus mendapatkan pelatihan yang memadai untuk dapat melaksanakan tugasnya pada lingkungan seperti dimaksud.

7.27 Manual Operasi.

a. Untuk pelayanan PKP-PK di bandar udara (aerodrome) harus tersedia manual operasi yang sesuai dengan Manual of Standard.

b. Manual Operasi sebagaimana dimaksud pada huruf a. harus memuat : 1. organisasi pelaksana pelayanan PKP-PK;

2. pembagian tugas dan fungsi masing-masing bagan organisasi;

3. tugas dan fungsi pelayanan PKP-PK dalam bandar udara Emenrgency Procedure.

Dokumen terkait