• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Bank Indonesia

1 1 1 ' ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ c c n     = = =     f F X B X S L f  . (2.22)

Jika pada penelitian menggunakan matrik R, maka model persamaan 2.21 dan 2.22 berubah menjadi

1 1 ˆ = ˆ B R L (2.23) 1 ˆ ˆ s = F X R L (2.24)

Xs adalah matrik yang tiap elemennya telah distandarkan,

�𝑥𝑥𝑖𝑖𝑖𝑖 − 𝑥𝑥��/𝑠𝑠𝑖𝑖 𝑖𝑖. Dalam menghitung factor score dengan persamaan

2.22 dan 2.24, matrik S atau R yang digunakan tidak diperbolehkan berupa matrik nonsingular.

2.5 Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) merupakan bank sentral yang berada

Indonesia, dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, BI

mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa (perkembangan laju inflasi), serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.

Agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai ru-piah dapat dicapai secara efektif dan efisien,Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut adalah:

1. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter. 2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran. 3. Stabilitas Sistem Keuangan.

2.5.1 Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, berkewajiban menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Implementasi kebijakan moneter dilakukan dengan menetapkan suku bunga (BI Rate). BI Rate tersebut dikendalikan melalui piranti tidak langsung, yaitu:

1. Operasi Pasar Terbuka

2. Penetapan Cadangan Wajib Minimum 3. Kebijakan Nilai Tukar

4. Pengelolaan Cadangan Devisa

2.5.2 Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

Sesuai dengan Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Di bidang sistem pembayaran Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Disisi lain dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Bank Indonesia berwenang melaksanakan, memberi persetujuan dan perizinan atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran seperti sistem transfer

dana baik yang bersifat real time, sistem kliring maupun sistem pembayaran lainnya misalnya sistem pembayaran berbasis kartu.

Untuk mewujudkan suatu sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal, Bank Indonesia secara terus menerus melakukan pengembangan sesuai dengan acuan yang ditetapkan yaitu Blue Print Sistem Pembayaran Nasional. Pengembangan tersebut direalisasikan dalam bentuk kebijakan dan ketentuan yang diarahkan pada pengurangan resiko pembayaran antar bank dan peningkatan efisiensi pelayanan jasa sistem pembayaran.

Pada sistem pembayaran non tunai, saat ini penyediaan layanan jasa pembayaran sebagian besar dilakukan oleh perbankan baik melalui rekening bank di Bank Indonesia, hubungan bilateral antar bank maupun melalui jaringan internal bank yang dimilikinya. Layanan pembayaran dana antar nasabah tersebut biasanya dilakukan melalui transfer elektronik, sistem kliring maupun melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS).

Sementara itu dalam kaitannya dengan pengawasan sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki tanggung jawab agar masyarakat luas dapat memperoleh jasa sistem pembayaran yang efisien, cepat, tepat dan aman. Fungsi pengawasan sistem pembayaran ini selain berwenang untuk memberikan izin operasional terhadap pihak yang menyelenggarakan kegiatan di bidang sistem pembayaran juga berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran baik yang dilakukan oleh Bank Indonesia maupun pihak lain di luar Bank Indonesia.

2.5.3 Stabilitas Sistem Keuangan

Stabilitas sistem keuangan dapat dipahami dengan melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakstabilan di sektor keuangan.Ketidakstabilan sistem keuangan ini dapat dipicu oleh berbagai macam penyebab dan gejolak. Hal ini umumnya merupakan kombinasi antara kegagalan pasar, baik karena faktor struktural maupun perilaku. Kegagalan pasar itu sendiri dapat bersumber dari eksternal

(internasional) dan internal (domestik). Resiko yang sering menyertai kegiatan dalam sistem keuangan antara lain resiko kredit, resiko likuiditas, resiko pasar dan resiko operasional.

Meningkatnya kecenderungan globalisasi sektor finansial yang didukung oleh perkembangan teknologi menyebabkan sistem keuangan menjadi semakin terintegrasi tanpa jeda waktu dan batas wilayah. Selain itu, inovasi produk keuangan semakin dinamis dan beragam dengan kompleksitas yang semakin tinggi. Berbagai perkembangan tersebut selain dapat mengakibatkan sumber-sumber pemicu ketidakstabilan sistem keuangan meningkat dan semakin beragam, juga dapat mengakibatkan semakin sulitnya mengatasi ketidakstabilan tersebut.

Identifikasi terhadap sumber ketidakstabilan sistem keuangan umumnya lebih bersifat forward looking (melihat kedepan). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi resiko yang akan timbul serta akan mempengaruhi kondisi sistem keuangan mendatang. Atas dasar hasil identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan analisis sampai seberapa jauh resiko berpotensi menjadi semakin membahayakan, meluas dan bersifat sistemik sehingga mampu melumpuhkan perekonomian, berikut ini digambarkan hubungan stabilitas sistem keuangan dan stabilitas moneter (www.bi.go.id).

Gambar 2.3Hubungan Stabilitas Sistem Keuangan dan Stabilitas Moneter

Resiko Kredit Resiko Likuiditas Resiko Pasar Profitabiltas Permodalan IHSG, Yield Curved, PUAB Ekonomi Makro Rumah Tangga Korporasi Kondisi Keuangan Probability of default Probability of default Bank Lembaga keuangan nonBank Pasar Keuangan Inflasi Infrastruktur Sistem Keuangan Profitabilitas Permodalan Stabilitas Sistem Keuangan Stabilitas Moneter Produk Domestik Bruto - Intermediasi - Mekanisme transmisi Internasional dan domestik :

- Faktor Ekonomi - Faktor non Ekonomi

Kinerja Keuangan

Ketidakstabilan sistem keuangan dapat menimbulkan beberapa kondisi yang tidak menguntungkan, seperti:

1. Transmisi kebijakan moneter tidak berfungsi secara normal

sehingga kebijakan moneter menjadi tidak efektif.

2. Fungsi intermediasi tidak dapat berjalan sebagaimana

mestinya akibat alokasi dana yang tidak tepat sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi.

3. Ketidakpercayaan publik terhadap sistem keuangan yang

umumnya akan diikuti dengan perilaku panik para investor untuk menarik dananya sehingga mendorong terjadinya kesulitan likuiditas.

4. Sangat tingginya biaya penyelamatan terhadap sistem

keuangan apabila terjadi krisis yang bersifat sistemik.